Just give me a reason to love you
Give me a reason to be a woman
I just wanna be a woman………...
(Glory Box by Portishead)
Chai, hari-hari yang kita tunggu selama ini akan tiba dalam beberapa hitungan hari lagi. Kau akan terlihat gagah dengan balutan tux yang aku usulkan untuk kau pakai di hari pernikahan kita nanti. Sementara aku memilih gaun krem dengan hiasan bunga-bunga yang melingkar memenuhi bagian dada dan memilih untuk menghilangkannya di bagian perut agar tangan kokohmu itu leluasa memelukku di depan altar nantinya. Kau sempat terus mengulangi perkataanmu yang tak sabar dengan hari yang paling kita tunggu itu, sampai kau tak segan untuk terus memelukku hingga aku memaksa agar kau melepaskannya, bukan aku tidak senang, bukan, memilihmu menjadi pasanganku sudah menjadi idamanku tersendiri sejak kami menikmati masa kecil bersama. Tapi semakin dekat dengan hari pernikahan kita, aku semakin tidak bisa mempertahankan lagi perasaanku yang telah aku rasakansejak dulu. Aku sangat mencintaimu tapi aku pun kasihan padamu, Chai. Aku sangat tersiksa.
Aku masih ingat saat itu, sepuluh tahun yang lalu ketika senja mengantarkanku pada jurang kehancuran.
“…..perasaan yang memaksaku kalau aku benar-benar mencintaimu,” aku terisak saat itu juga, masih tak berani menatap bagaimana ekspresi yang aku tunggu dari wajah Chai. Akhirnya aku mengatakan juga apa yang selama ini aku ingin katakan padanya. Namun, kau terlihat tidak bisa menerimanya. Kau hanya menatapku dingin lalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun terucap dari mulutmu. Aku menangis setelahnya, ya, sepertinya aku yang paling lemah dibandingkan dengan teman-temanmu lainnya. Aku sadar aku tak pantas menjadi seseorang yang lebih dari sahabat untukmu, bahkan setelah kejadian itu kau sepertinya tak menganggapku lagi sebagai seorang sahabat sampai-sampai kau tidak pernah lagi memperlihatkan wajahmu padaku.
Dulu aku dan Chai bertetangga di Chiang Mai, aku tinggal bersama nenekku di sebelah rumahnya. Tembok kamar kami pun bersebelahan, juga dua pasang balkon kamar yang berdempetan dijadikan sebagai penghubung saat aku masuk ke dalam kamar Chai, begitupun sebaliknya. Kami mulai bersahabat sejak aku pindah ke Chiang Mai menemani nenek yang saat itu baru saja ditinggal kakek, ibu dan ayahku tetap tinggal di sebuah flat di Bangkok. Chai adalah orang asing pertama yang aku kenal di Chiang Mai, aku menemukannya sedang bermain mainan kayu saat aku hendak menikmati angin sore di atas balkon. Ia menoleh ke arahku dan mengajakku untuk bermain bersama, semenjak itu persabahatan kami tak pernah putus hingga lulus SMA.
Saat masuk SMA aku tak menyangka kalau saja Chai menjadi sangat populer di antara para murid, perubahan fisiknya dikatakan sangat cukup baik. Dengan umur yang baru menginjak umur remaja rata-rata, Chai memiliki postur tubuh yang menjulang tidak seperti kebanyakan remaja Thailand lainnya. Chai sangat menyukai olahraga, setiap weekend ia tidak lupa untuk mengikuti kelas renang dan Muay Thai di malam harinya. Basket pun tak pernah ia tinggalkan, membuat otot-otot bisep dan trisepnya terlihat jelas saat ia mengenakan kaos berlengan pendek, rahang wajahnya yang tegas dipoles dengan dua alis tebal yang bernaung di atas kedua mata sipitnya dan lesung pipi yang kontras saat ia menarik senyumannya jelas membuat para siswi-siswi di sekolahnya berebut untuk menaklukan hati Chai. Sebagai seorang sahabat kadang aku sering mengatasi para siswi-siswi itu agar tidak terlalu fanatik kepada Chai, bukan Chai yang menyuruhku, ini inisiatif aku saja –lebih tepatnya- aku cemburu melihat kelakuan lebah-lebah genit itu yang selalu saja berusaha mendekati “bunga”ku. Mungkin aku terlihat terlalu berlebihan, tapi saat itu lah aku baru menyadari bahwa aku menyukai Chai. Sahabatku sendiri.
Berbeda dengan Chai, aku merupakan tipe orang yang tidak suka olahraga berat seperti apa yang Chai sering lakukan. Jogging masih bisa ditolerir, itu pun kalau aku melakukannya di malam hari saat matahari tak menyentuh kulitku. Aku berusaha menjaga kulitku agar tetap terlihat putih cantik terlebih setelah mendengar bahwa tipe idaman Chai adalah seorang wanita yang berkulit putih. Sejak saat itu aku mulai berusaha agar aku memiliki kriteria yang Chai idamkan. Apakah itu yang dinamakan dengan timbulnya benih-benih cinta?
(to be continued)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Your Heart
RomanceHurt Your Heart by Rizky Ho -------------------------------------- Sudah sepuluh tahun rahasia itu tersimpan. Aku hanya ingin bersamanya seperti apa yang aku harapkan, walau memang aku harus bersandiwara. Bukankah itu menyakitkan? Aku pun tertawa me...