Sepuluh tahun berlalu, kini aku tinggal di Bangkok dan meninggalkan Chiang Mai sejak nenek pergi untuk selama-lamanya. Aku bekerja di sebuah perusahaan pariwisata menjadi seorang tour guide. Aku rela mengeluarkan jutaan baht untuk merubah identitasku di tempat yang baru. Aku ingin melupakan masa laluku sebagai Dao, nama panggilanku sekarang adalah Mai. Mai dengan rambut honey brown yang panjang bergelombang, kaki yang jenjang bila dipadukan dengan stilleto yang menggoda, dan juga lekukan padat di bagian dada membuat aku merasa menjadi diriku yang sebenarnya. Aku tak pernah lagi mendapatkan cercaan seperti Dao yang pernah aku jalani dulu, malah pujian yang sering terlontar dari orang-orang di sekitarku bahkan di antara mereka memaksaku untuk mengikuti kontes kecantikan bergengsi seperti Miss Universe Thailand. Aku menolaknya mentah-mentah. Kadang ada rasa penyesalan yang muncul karena membohongi mereka semua, mereka tidak tahu aku yang sebenarnya. Hanya aku, Tuhan, orangtua, dan dokter bedah yang tahu kalau diriku yang sekarang adalah seorang katoey.
Selama sepuluh tahun di Bangkok, aku tak pernah punya kesempatan bertemu dengan Chai. Aku kehilangan info apapun mengenainya. Aku sudah mulai mampu melupakannya. Namun, takdir berkata lain sejak tiga bulan yang lalu. Aku dipertemukan dengannya saat ia datang ke tempatku bekerja, ia membutuhkan seorang tour guide untuk temannya yang datang dari Indonesia. Aku bertingkah seperti pada klien lainnya, seolah aku tak kenal dengannya. Ia pun sepertinya tidak mengenalku. Mungkin perubahan total dari diriku membuat sosok Dao menghilang dan digantikan oleh sesosok cantik bernama Mai.
Chai kini telah menjadi seorang pengacara sukses, tampilannya masih tak berubah saat masih menjadi sahabat. Tubuh atletisnya, rahang tegasnya, kedua alis tebalnya, dan juga lesung pipinya membuat perasaan yang dulu terkubur dalam hatiku perlahan bangkit kembali. Sekarang ia yang berusaha membangunkan perasaan itu, ia kerap sekali ikut saat aku menemani teman Indonesia-nya berkeliling Thailand dengan dalih temannya itu seorang disleksia yang sulit menghapal jalan. Apa ia tak tahu apa gunanya seorang tour guide?
Sejak saat itu lah perasaan yang lama terkubur ini berhasil Chai bangkitkan. Aku jatuh kembali dalam perangkap pesonanya. Berbeda dengan dulu, sekarang ia benar-benar mencintaiku dan akupun mencintainya juga, lebih dari perasaan cinta yang pernah aku ukir. Selama tiga bulan itu lah aku kerap sekali menghabiskan waktu bersamanya, sampai suatu ketika ia menyatakan perasaan cinta seperti apa yang pernah dulu aku lakukan. Sungai Chao Phraya menjadi saksi Chai mengucap janji untuk mencintaiku sepenuh hati dan akan menikahiku. Aku tidak membalikkan badan dan meninggalkannya seperti apa yang dulu ia lakukan padaku. Terlalu banyak alasan kuat yang ingin aku pegang. Alasan bahwa aku mencintainya dari dulu, alasan bahwa aku telah menjadi seseorang yang ia idamkan seperti apa yang pernah ia ceritakan, dan alasan bahwa aku ingin menjadi seorang wanita yang mendampinginya sehidup semati. Namun, sepertinya aku terlampau batas dalam merenggut alasan-alasan itu. Aku memeluknya erat dan terisak dalam pelukan dada bidangnya. Aku terharu sangat bahagia karena Chai yang aku cinta kini benar-benar menjadi milikku. Namun, dalam isakan haru itu terselip bulir air mata perih yang aku rasakan.
Chai, aku mencintaimu. Namun, aku pun terlampau menyakitimu.
(selesai)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt Your Heart
Roman d'amourHurt Your Heart by Rizky Ho -------------------------------------- Sudah sepuluh tahun rahasia itu tersimpan. Aku hanya ingin bersamanya seperti apa yang aku harapkan, walau memang aku harus bersandiwara. Bukankah itu menyakitkan? Aku pun tertawa me...