"Nan, dia nggak siap." Jelas teman saya
"Nggak siap kenapa?" Tanya saya
Di sana beliau menjelaskan banyak hal, mengapa akhirnya doi nggak siap untuk melanjutkan ke ranah yang lebih serius alias nikah. Dan besar di antaranya, karena faktor ekonomi, keinginan untu membahagiakan orang tua, dan ridho dari orang tua itu sendiri.
Saya yang mendengar hal tersebut langsung bilang ke temen saya ini, "Coba diusahakan lagi, bilang aja semua itu ada solusinya."
Saya coba jabarkan ke beliau perihal solusi yang membuat doi ragu ragu. Awalnya temen saya ini nolak. Kenapa? Wong udah pasti jawabannya, kenapa harus diperjuangkan lagi. Tapi saya kekeuh (keras kepala) meyakinkan beliau untuk bantu saya, untuk memberitahukan solusi yang saya berikan ke doi. Alhasil, setelah melewati berbagai obrolan yang ada, akhirnya beliau mau juga.
Pada tahap ini, saya udah bener-bener pasrah, sekiranya emang ini yang terbaik, maka tolong pertahankan ya rabb, dan sekiranya ini memang bukan yang terbaik, saya ikhlas. Begitu batin saya berkata.
Beberapa hari kemudian, beliau menghampiri saya kembali, seraya bilang, "Alhamdulillah, beliau terima katanya, nan"
"Alhamdulillah" Ucap lisan dan hati saya
"Jadi selanjutnya apa?" Tanya saya
"Tinggal nunggu kepastian waktu dan tempatnya aja dari doi" Jelas beliau
Fiuh, mendengar hal tersebut, ada sedikit rasa lega tersendiri dalam hati saya. Kenapa? Karena akhirnya, diterima juga! Haha (walaupun agak sedikit "maksa maksa", wkwk)
Waktu demi waktu saya lewati, dan kabar dari beliau perihal tempat dan waktu tidak pula kunjung datang. Jujur, situasi ini membuat saya sedikit was-was dan bertanya-tanya, "Apa emang bener diterima, ya?"
Nggak mau lama lama dengan asumsi itu, saya pun langsung menghubungi temen saya ini, "Gimana, udah ada kabar belum?"
Lama sedari pesan itu dikirim, tak kunjung ada balasan dari beliau. Entah karena belum diliat, sibuk, atau sebenernya ada hal lain yang terjadi. Entahlah. Namun bagi saya, ini cukup membuat resah.
Di sela sela lagi scrolling, tiba-tiba muncul pemberitahuan dari beliau, "Lho, emang saya belum bilang, ya?"
Saya coba buka dan jawab, "Bilang apa gitu?"
"Ya itu, dia akhirnya memutuskan untuk nggak melanjutkan disebabkan hal-hal kemaren" Jawab dia
Ya Allah, denger itu, rasa-rasanya hati ini udah kaya nggak karuan. I know, kita emang belum ada hubungan apa-apa, tapi ngertilah perasaan saya gimana. Ibarat udah terbang ke tempat tertinggi, tiba-tiba mogok dan jatoh. It's hurt, man.
Berhubung saya masih agak nggak percaya dan cukup greget dengan hal itu, akhirnya saya bilang ke beliau, "Tolong bilangin ke dia, terima nggak terima, saya bakal langsung ke tempat, buat langsung mastiin perihal itu ke orang tuanya"
"Oke" Jawab beliau.
Beberapa waktu kemudian, beliau bales chat saya, "Yaudah, katanya dateng aja langsung ke rumah beliau di *** tanggal ***"
"SIAP!' Jawab saya menggebu gebu.
Entah saya harus merasa seneng, lemes, bingung, atau gimana, cuman yang pasti, hati ini merasa nggak karuan. Kenapa? Karena di satu sisi saya seneng, akhirnya bisa melangkah ke tahap berikutnya, di sisi lain, akhirnya saya harus menghadapi orang tuanya yang kemungkinan besar bakal nolak saya. Kok bisa, mas? Ya sebab alasan yang udah disampaikan sebelumnya oleh temen saya itu. Tapi kembali saya teguhkan hati, "Sing penting saya udah berjuang sekuat tenaga, perihal hasilnya nanti gimana gimana, saya pasrahkan sepenuhnya padamu, ya rabb".
Alhasil, saya tutup hari itu dengan perasaan penuh syukur dan istigfar, seraya berharap, semoga kelak ada keajaiban atas hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tombak Merah Muda
RandomApa yang kamu pikirkan, ketika usia mu menginjak 20 tahun? Biar saya tebak, • Apakah tentang bersenang-senang bareng teman-teman? • Apakah tentang pekerjaan? • Apakah tentang membahagiakan kedua orang tua? • Apakah tentang menikah? • Apakah tentang...