"5"

29 3 0
                                    

Ridho Pov

"Hmm.... Etto kami dari perwakilan klub babminton, berharap agar senpai ikut dalam klub kami" Kata seseorang yang mengajukan kertas.

"Eh?" kurasa mereka bukan dari kelas Zakki dan Bushichi.

"Senpai, Tinggimu akan sia-sia jika tak mengikuti klub kami"

"Benarkah? Tapi aku tidak ingin..." kataku ragu

"Kumohon jangan bilang begitu senpai, kami butuh senpai untuk turnamen bulan depan melawan Honggo Gakuen" tutur mereka

"Mmm... bagaimana ini, terdengar seru tapi aku..." sepertinya aku pernah di minta seperti ini dan iyaa aku tidak begitu yakin akan hal ini "aku akan memikirkannya lagi"

"Wah... Arigatou senpai, kami akan tunggu jawaban senpai bahkan sampai Nobunaga-sama jadi-" Putus mereka

"Hah?! Sampai Onii-san menjadi apa? Kouhai-tachi" kata Oichi yang ku tebak baru datang dari luar dan langsung menghampiri mejaku, sepertinya dia mendengar pembicaraan dari adik-adik kelas sebelah.

"Iiii, nanimou Nara-Senpai, kami pergi" ucap seorang lalu mereka pergi dengan cepat.

"Dasar kelas satu, seharusnya aku lebih tegas pada mereka untuk tak menjadikan kepala sekolah sebagai alasan" kata Oichi sebari memegang dahinya, benar juga Oichi merupakan adik bungsu dari kepala sekolah Iwatobi Gakuen kupikir dia sosok gadis yang kuat, ramah, dan sempurna menangani segala hal di kelas ini.

"Ternyata Oichi-san adik dari kepala sekolah" Kataku tersenyum.

Oichi yang melihat itu pun membalasnya "Biasa saja kok Ridho-kun, lagian itu cuma gelar semata dari hasil kerja kerasnya dahulu" kata Oichi dengan rendah hati dan tersenyum.

"Mmm... Aku mengerti karena aku pun sering begitu" kataku lalu mengeluarkan sebuah gelang karet iya, karena bosan aku jadi ingin memainkannya saja.

Oichi hanya tersenyum "Jadi sudah memutuskan akan masuk klub babminton, tenis atau sebagainya"

"Aku masih belum tahu"

"So... Kalau begitu pikirkanlah karena sekolah kita sangat menjunjung peringkat, nilai, serta kebanggaan dari semua bidang hingga tiap murid bisa memilih satu atau dua klub sekaligus" tutur Oichi

Aku teringat lagi dengan hasil tes yang sangat esmezing, tentunya jika kami masih tinggal di Indonesia atau di desa maka kai akan mengantungku ke pohon pisang yang di kenal angker bagi masyarakat sana "aaa... Mendengarmu berbicara nilai membuatku..."

"Ridho-kun, yang waktu itu hanya kuis dan tak berdampak pada nilai kita" kata Oichi seakan menghibur tapi siapapun tahu dari mana bagusnya dapat nilai 15 dari pelajaran termudah sepanjang masa iyaa matematika.

"Aku harus mengantar buku ini dan jika ada yang menyinggung soal kepala sekolah tolong untuk tegas pada mereka juga"

"Itu terlihat berat, apa perlu aku bantu?" kataku sambil berdiri namun Oichi seakan mundur sedikit itu berarti dia tidak ingin di bantu.

"T-tidak usah, aku hanya tak ingin di musuhi seseorang" kata Oichi tersenyum dan ingin keluar.

"???"

Sebelum itu dia berkata "Pokoknya pikirkan klub mana yang Ridho-kun pilih, setidaknya itu akan membantu meskipun nilaimu anjlok sekalipun" setelah berkata demikian ternyata Oichi benar-benar pergi.

"Klub... kah? Kira-kira Zakki masuk klub, tidak ya?" kupikir mungkin sebaiknya ku ajak adik ikut namun tiba-tiba aku teringat sesuatu yang penting "Tidak! Kali ini Aku Ridho si besar dari amuntai harus bisa mandiri bahkan tanpa bantuan adikku

First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang