Part 26 | Kembali
Almara menatap telepon genggam di depannya. Tangannya beberapa kali terulur dan tertarik. Dia ragu harus menelpon atau tidak. Namun pada akhirnya dia mengambil telepon tersebut dan mulai menekan nomor.
Tak menunggu lama, telepon tersebut sudah tersambung. Terdengar sapaan dari telepon yang membuat Almara tersenyum.
"Ini gue, Almara."
"Serius?"
Almara menganggukkan kepalanya meskipun tidak ada yang akan melihatnya. Almara menelpon ketiga sahabatnya. Dia tahu jika disana ada tubuhnya, tapi untuk terakhir kalinya Almara ingin mengucapkan salam perpisahan.
"Kalian apa kabar disana? Gue kangen sama kalian." Ucap Almara sambil menahan air matanya yang ingin keluar.
"Apaan sih lo? Kita aja udah ketemu kemarin." Suara Cahya terdengar membuat Almara tersenyum miris. Itu bukan dirinya tapi banyak yang percaya jika itu dirinya.
"Tetep aja gue kangen."
"Jangan lupa ke rumah gue! Lo ingat kan kalau hari ini gue ulang tahun?"
Almara langsung menatap kalender di sampingnya. Benar saja hari itu Iven ulang tahun.
"Iya gue pasti datang." Ucap Almara. Dia memang berniat akan pergi ke dunia manusia untuk menyelesaikan semuanya.
"Oke kalau gitu! Sampai ketemu nanti malam!"
Tut..tut..
Almara keluar dari kamarnya dengan membawa telepon tersebut. Dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol 1 dimana para pelayan rumah berada. Saat pintu lift terbuka, Almara berjalan keluar dan langsung disambut oleh para pelayan rumah.
Dia tersenyum menatap satu persatu pelayan yang selama ini baik kepadanya. Mereka semua peduli kepada Almara dan sering mengajak Almara bermain saat raut wajahnya sedih atau sekedar saat berkelahi dengan Ruha. Mereka benar-benar mengerti bagaimana perasaan Almara.
"Kamu mau kemana, Almara?" Tanya Niki saat menatap dress selutut warna lilac yang dipakai oleh Almara.
"Ah, aku mau ke dunia manusia." Almara meletakkan telepon genggam ke atas meja.
"Apa Ruha mengajakmu kerja lagi?" Tanya Driva sambil menatap Almara.
"Mau ketemu keluarga aku, bukan kerja. Ruha dimana?"
"Tadi dia keluar, tapi gak tahu mau kemana."
Almara mengerutkan dahinya. Kemana Ruha pergi tanpa memberitahu dirinya?
***
Almara kini sudah berada di depan rumah Iven. Dia sedikit heran karena rumah Iven terlihat sepi padahal biasanya saat ulang tahun rumahnya akan ramai. Tidak ingin membuang banyak waktu, Almara langsung masuk ke dalam. Tubuhnya tembus membuatnya tidak kesusahan untuk masuk ke dalam.
"Almara, kok lo lama banget?" Suara Hani membuat Almara terkejut. Dia berjalan ke samping dan mata Hani mengikutinya.
Tidak lama terdengar langkah kaki menuruni anak tangga. Iven dan Cahya berlari ke arahnya dan langsung memeluk Almara dengan erat diikuti oleh Hani. Almara mematung merasa terkejut dengan semuanya. Bukankah tubuhnya tidak bisa dilihat? Tapi kenapa ketiga sahabatnya bisa memeluk dirinya?
"Kalian bisa lihat gue?" Tanya Almara saat ketiga sahabatnya melepaskan pelukan mereka.
"Emangnya kenapa? Lo pikir diri lo hantu?" Tanya Cahya sambil mengerutkan dahinya.
Almara merasa ada yang tidak beres. Semuanya tidak masuk akal dan terjadi secara tiba-tiba. Almara kembali ke depan pintu dan mulai berjalan melewatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Untuk Hantu ✅
Mystère / ThrillerAlmara, wanita berusia 20 tahun yang hidup berdampingan dengan kekayaan. Namun semuanya berubah semenjak adik laki-lakinya mengalami sakit parah. Tanpa disadarinya, dia dijadikan pengantin untuk hantu agar adik laki-lakinya bisa kembali sehat. #1 Pe...