Pantai

4.8K 494 6
                                    

Almara membuka matanya perlahan. Pertama yang ditatapnya adalah jam di dinding yang menunjukkan pukul 1 siang. Almara menatap ke samping dan tidak mendapati Ruha.

"Apa gue tidur selama 15 jam?" Gumam Almara sambil beranjak duduk.

"Lo latihan mati, ya?"

Almara terkejut karena tiba-tiba Ruha berdiri di depannya.
"Kenapa lo muncul tiba-tiba gini sih?"

Ruha duduk di samping Almara dan langsung menempelkan telapak tangannya di dahi Almara.

"Untunglah lo udah gak lagi demam." Ucap Ruha sambil tersenyum.

Almara melongo saat Ruha tersenyum kepadanya. Dia seakan terpanah visual Ruha yang tampan. Apa lagi saat ada angin yang tiba-tiba menerpa wajah Ruha.

"Kenapa lo natap gue kayak gitu?" Tanya Ruha yang membuat Almara langsung mengalihkan pandangannya.

"Gak, biasa aja."

"Lo harus siap-siap sekarang." Ucap Ruha sambil berdiri dari duduknya.

"Lo mau nyuruh gue nemenin lo kerja lagi?"

"Bukan."

"Terus?" Tanya Almara sambil mengerutkan dahinya.

"Gue mau ngajak lo makan."

***

"Wah, enak banget!" Pekik Almara senang saat dia mencoba makanan yang tersaji di depannya.

"Diem, nanti di dengar orang." Bisik Ruha. Dia benar-benar malu saat orang-orang di restoran menatap ke arah mereka setelah mendengar pekikan Almara.

Almara tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Dia memang tidak pernah menjaga image di depan orang-orang. Mungkin karena itu tidak ada yang mau mendekatinya.

"Restoran ini akan jadi tempat makan favorit gue." Ucap Almara yang membuat Ruha langsung menganggukkan kepalanya.

"Iya terserah lo. Tapi lo makan biasa aja dong. Malu dilihat orang."

"Lo pikir gue peduli? Cih, mimpi!" Ketus Almara sambil membuang muka.

"Nyesel gue ngajak lo makan disini." Gumam Ruha yang masih didengar oleh Almara.

"Dan mereka hantu, bukan orang. Mereka gak mungkin peduli." Bisik Almara sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Ruha.

Ruha hanya diam bahkan setelah Almara menjauhkan wajahnya. Dia tidak tahu lagi harus berkata apa.

"Sebenarnya gue mau nanya sama lo." Ucap Almara yang membuat Ruha langsung mengerutkan dahinya.

"Lo bener gak tahu tubuh gue ada dimana?"

"Enggak lah. Emang gue harus tahu?"

"Siapa tahu kan lo sengaja nyembunyiin tubuh gue biar gue gak bisa balik." Tuduh Almara.

"Gak ada gunanya juga." Ucap Ruha sambil mengambil segelas minuman di depannya, kemudian dia meminumnya.

Almara menundukkan kepalanya. Dia benar-benar berharap Ruha tahu tubuhnya ada dimana. Mimpi yang dialaminya kemarin terasa sangat nyata dan membuatnya sedikit merasa takut jika saja tubuhnya dijadikan bahan percobaan atau organ tubuhnya akan diambil dan dijual. Bayangan itu selalu menghantuinya.

Ruha yang melihat Almara seperti itu hanya mengembuskan napas kasar.

"Lo mau tahu dimana tubuh lo?" Tanya Ruha yang membuat Almara langsung menatapnya.

"Lo tahu?" Tanya Almara dengan mata berbinar.

"Gak tahu."

"Terus kenapa lo nanya?!"

Pengantin Untuk Hantu ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang