04. We are over

49 12 1
                                    

Selagi ada, dijaga,
karena jika telah hilang,
berharga nya ia, akan terasa sangat nyata.

- FROM HOME -

Pagi yang cerah namun tidak untuk suasana hati Khanaya, gadis itu sangat kacau, mata nya membengkak akibat menangis semalam.

Khanaya baru bisa tidur jam 2 pagi, dan kini harus bangun pagi-pagi. Hatinya masih sangat sakit ketika mengingat kejadian tadi malam, hal yang tidak pernah dibayangkan akan terjadi pada Khanaya.

Bahkan Narendra masih belum menghubunginya dan memberi penjelasan, atau mungkin laki-laki itu tidak tau soal gadis yang menelfon Khanaya semalam?

Bagad dan Chandra sedang menyantap sarapan pagi buatan Mama dengan lahap, begitupun dengan Keenan yang baru selesai memakai seragam sekolahnya.

"Idihhh, lihat keenan udah jadi anak SMA!!" Keenan berdiri di dekat meja makan sambil memukul-mukul dada nya dengan bangga, wajah songong nya membuat Chandra spontan melempar sendok dan tepat mengenai pundak Keenan.

"Aduh!!! Mama liat si aa lempar-lempar sendok" adu Keenan kepada sang Mama lantas mengundang tawa orang-orang disana.

"Katanya udah SMA, tapi masih anak mama apa-apa ngaduan, dasar!!" sindir Chandra.

Bagas tertawa terbahak-bahak melihat kedua adiknya yang hobi adu mulut, Chandra yang hobi menganggu adiknya dan adiknya yang mudah emosi dan selalu ingin membalas.

Keenan sudah mengambil sendok yang dilempar Chandra tadi, siap membalas dengan melemparnya kembali namun Mama sudah lebih dulu merangkul Keenan dan menyuruhnya duduk.

"Ya memang anak mama, memangnya kamu bukan anak mama???" begitu kata Mama membela, Keenan menjulurkan lidahnya sedangkan Chandra mati kutu dibuatnya.

Disela-sela keributan mereka diruang makan, semua dibuat terkejut ketika Khanaya berdiri dan sedikit menggeser kursi nya kebelakang, membuat suara yang mampu mencuri atensi orang rumah, semuanya terdiam melihat Khanaya.

"Naya berangkat dulu, assalamualaikum" tanpa menatap orang diruang makan, Khanaya sudah lebih dulu pergi, meninggalkan banyak pertanyaan.

- FROM HOME -

Khanaya menatap Juan yang duduk di atas motornya sambil menaikan satu alis ketika melihat Khanaya sudah berdiri didepan pagar.

Ntah kenapa melihat senyum Juan pagi itu membuat hati Khanaya sedikit tenang.

Khanaya menghampiri Juan dan menerima helm yang Juan sodorkan.

"Nah kan senyum gini enak dipandang" Juan menarik tangan Khanaya untuk lebih mendekat, sang gadis terpaku dibuatnya.

"Yang bener pakai helmnya, bodoh!" Juan mencubit hidung Khanaya sebelum mengaitkan pengait helm Khanaya, lantas gadis itu tertawa kecil.

Kebiasaan Juan menganggap nya bodoh.

Setelah Khanaya naik di jok belakang, Juan mengendarai motornya menuju sekolah namun dipersimpangan mereka berdua bertemu Narendra.

Narendra yang hendak belok ke arah rumah Khanaya berhenti ketika melihat Khanaya sudah dibonceng oleh kakak kembarnya, Juan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐅𝐑𝐎𝐌 𝐇𝐎𝐌𝐄 || 𝐉𝐄𝐍𝐎 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang