Ketua Klub Seni

1.9K 328 35
                                    

Seminggu berlalu sejak ia bertemu Suguru, kakak kelas berambut cepol itu tak menampakkan batang hidungnya lagi. Padahal Yuuji masih penasaran apakah Suguru juga menyukai seni seperti dirinya atau tidak.

Yuuji membasuh wajahnya di kran air yang ada di dekat lapangan. Pelajaran olahraga membuatnya sedikit gerah karena harus berlari, tak terlalu banyak hal yang mencolok di hidupnya, niat ingin ikut club seni pun masih belum sempat karena kurangnya informasi tentang club tersebut.

Usai berganti baju saatnya kembali ke kelas, Yuuji mengedarkan pandangannya ketika menyusuri koridor. Pupilnya menangkap perawakan siswa tinggi dengan kacamata hitam. Siswa itu tampak berjalan menuju ke suatu tempat, Yuuji terbelalak kala melihat lukisan yang ia bawa.

Niat awal ingin kembali ke kelas kini sirna. Yuuji malah mengikuti siswa tersebut, walaupun tak tau kemana, yang penting Yuuji ingin melihat lukisan apa yang orang itu bawa.

Langkah si surai putih terhenti, ia berdiri tepat di depan sebuah tong kosong yang berada di dekat gedung olahraga. Iris hazelnut nya terbelalak kala siswa itu membuang lukisannya.

"Kenapa dia membuang nya ?" monolog Yuuji. Si surai putih pergi begitu saja setelah membuang kanvas kecil tersebut. Kala ia kian menjauh Yuuji menghampiri tong tadi, ia mengangkat dan memperhatikan lukisan yang tercetak jelas.

"Woah lukisan mawar putih, mirip seperti yang di rumah ! Tapi kenapa dia membuangnya? Padahal mawar putih ini sangat bagus, walaupun pemandangan di belakangnya hitam semua" tanpa persetujuan si surai putih, Yuuji membawa lukisan itu bersamanya. Ia tidak tau kenapa, mungkin jika mereka bertemu lagi, Yuuji akan bertanya alasan si pemuda jangkung membuang lukisannya.

.
.

Setelah mendapat informasi tentang dimana letak ruangan klub seni, Yuuji langsung bergegas menuju ke sana ketika bel pulang berbunyi. Yuuji berharap kakak kelasnya bisa membimbing Yuuji dalam dunia seni.

Pada saat ingin mengetuk pintu, tiba-tiba ada seseorang yang berlari keluar dari ruangan itu dengan wajah panik dan menangis. Yuuji hanya menatapnya, sampai pemuda itu berbelok ke gedung lain dan tak terlihat lagi.

"Dia kenapa ? Seperti habis liat setan" Yuuji bingung, apa barusan orang itu baru saja melihat hantu. Ia membuang pemikiran negatifnya dan masuk ke dalam ruang klub.

Maniknya menangkap dua orang yang jelas pernah ia temui sebelumnya. Mereka berdua tengah tertawa sembari memegang kertas yang berisi beberapa tulisan.

"Anu permisi" sapa Yuuji gugup. Entah mengapa perasaannya sedikit tidak enak saat memasuki ruangan.

"Itadori ? Apa yang kau lakukan di sini?" Suguru menghampiri si surai merah muda, sedangkan pemuda yang satunya tetap duduk diam tanpa ada niat menyapa.

"Aku ingin ikut club ini, tapi baru dapat informasi sekarang" Yuuji menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Tak lama ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lukisan yang ia bawa tadi. Suguru dan Satoru melotot tak percaya ketika adik kelas mereka mengeluarkan lukisan.

"Oi bagaimana bisa kau membawanya?" tanya Satoru dingin. Yuuji hanya menatap polos, ia ingat kalau Satoru yang membuang lukisan tadi.

"Oh ini, tadi aku pungut di tong. Padahal bagus, kenapa kakak membuangnya ?" Yuuji meletakkan lukisan itu di meja, lalu ekor matanya memperhatikan setiap sudut ruang klub seni. Ia tampak tak paham kalau Satoru menatapnya dengan raut tak senang.

"Banyak sekali lukisan disini, tapi sangat gelap. Semuanya terasa mati" Satoru semakin tidak senang mendengar ucapan Yuuji barusan, seolah kalimat itu adalah sebuah hinaan baginya. Karena kebanyakan lukisan yang terpajang adalah karya buatan si surai putih.

Iridescent [Goyuu]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang