Kesalahpahaman

1.2K 203 11
                                    

Tubuh tinggi sang pemuda meringkuk sembari memeluk lutut, lantai dingin jadi alas untuk duduk. Tatapan beberapa perawat yang lewat ia abaikan, begitu enggan beranjak dari depan pintu, namun tak siap hati ingin masuk kembali.

Satoru tidak tahu bagaimana cara menempatkan perasaan, bila bahagia sekarang masih terlalu cepat, memilih sedih malah seperti tak mensyukuri. Amat frustasi dengan permasalahan hidup benar-benar membuatnya menjadi hilang arah.

"Minum dulu" satu botol air mineral dingin tertempel di pipi. Sang pemberi tersenyum ramah seolah menitah Satoru tenang sejenak.

"Terima kasih" ucapnya seraya menerima minuman.

Yuuji tersenyum, duduk di samping Satoru sembari memainkan tutup botol miliknya. Mata sembab dan hidung berair cukup menjelaskan tak ada hal yang dilakukan Satoru selain menangis. Walaupun Yuuji tidak punya orang tua, tapi ia mengerti bagaimana rasanya.

"Jangan bilang orang lain aku menangis hari ini"

Si iris hazel menoleh. Disituasi seperti ini tetap saja mempertahankan harga dirinya, lagipula untuk apa ia menyebarkan berita tentang Satoru yang menangis karena bertemu sang ibu.

"Tidak, untuk apa juga" sahut Yuuji.

"Kak Gojo tidak lapar ? Ini sudah jam sembilan" maniknya melirik jam tangan, kemudian kembali menatap lantai koridor.

"Tidak"

Baru saja berkata begitu, suara gemuruh keluar dari dalam perutnya. Yuuji cuma bisa terkekeh, kebohongan yang tak dapat ditutupi.

"Setelah seharian bekerja keras mana mungkin tidak lapar. Mulut dan kenyataan itu bisa bertolak belakang" timpal Yuuji.

"Aku harus-"

"Memberitahu kak Geto untuk menjaga ibu kak Gojo, benarkan ?"

Satoru tertegun. Kali ini isi kepalanya dapat terbaca si adik kelas.

"Dia sudah tau, katanya tak apa kalau kak Gojo istirahat sebentar. Kita bisa bergantian untuk berjaga"

Lagi-lagi Satoru bungkam. Yuuji dan Suguru sangat mengerti tentang dirinya, ia tak habis pikir mengapa orang yang selalu egois dan selalu menyusahkan bisa mendapatkan teman sebaik Yuuji dan Suguru.

Terlalu terlarut dalam pikiran tidak jelas hingga tersadar saat tangan Yuuji membawa Satoru pergi dari koridor rumah sakit. Kedai ramen sederhana jadi tempat bersinggah, memesan menu hangat untuk melepaskan sedikit rasa tegang yang melanda.

Lirikan Yuuji tak lepas dari iris biru kristal milik Satoru. Wajah putus asa dan bimbang terpampang jelas, ingin bersikap tak acuh namun hati tetap tak tega membiarkan begitu saja.

"Kalau kak Gojo sedih terus, nanti ibu kak Gojo juga sedih"

Yuuji bertanya-tanya dalam benaknya, adakah hal yang membuat Satoru ragu untuk menemui ibunya lagi ? Pasalnya ia sama sekali belum mengatakan apapun.

"Tidak mungkin"

"Benarkah ?"

Dua mangkuk ramen hangat disajikan pelayan. Yuuji tersenyum tipis tanda terima kasihnya pada sang pelayan. Percakapan sempat tertunda, hingga Yuuji kembali melanjutkan.

"Kenapa kak Gojo tidak jujur saja ? Kalau lari terus tidak akan menyelesaikan semuanya"

"Mudah berucap. Ayah ku itu gila, tidak heran ibu pergi meninggalkannya. Pasti ibu juga membenciku"

"Tidak mungkin, seorang ibu pasti sangat menyayangi anaknya"

"Kalau tidak kenapa dia meninggalkanku ? Aku selalu membenci diriku karena tidak pernah bisa melakukan apapun" rutuk Satoru kesal.

Iridescent [Goyuu]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang