Malaikat dan Dua Iblis

3.8K 343 13
                                    

Event yang di adakan galeri seni membuat Yuuji kelimpungan, pasalnya mereka harus mencari dan mencocokkan warna yang di dapat untuk pasangannya. Sebenarnya bukan pasangan dalam artian khusus, hanya saja acara kali ini adalah menebak karakteristik seseorang dari warna yang di dapat. Yuuji mendapatkan kertas berwarna biru, ia bingung siapa yang cocok menerima kertasnya.

Inilah kebiasaan Yuuji, ia sangat suka dengan hal berbau seni. Tak jarang ia mengunjungi beberapa galeri seni yang ada di kota yang ia tinggali. Kegemarannya sejak kecil akan seni membuat Yuuji bercita-cita ingin membuka galeri seni sendiri.

Hari ini galeri seni mengadakan acara menarik, dimana para pengunjung dapat saling berkenalan melalui kertas warna. Setiap warna memiliki filosofi tersendiri, jadi acara kali ini di sambut antusias beberapa orang yang datang.

Yuuji mengambil warna biru, ia tidak tau kenapa mengambil warna tersebut. Padahal dirinya juga datang sendiri ke galeri seni. Iris hazelnut itu melirik sekitar, barangkali ada orang yang cocok untuk kertas yang ia bawa.

Terlalu sibuk mencari, Yuuji sampai tak sadar telah menabrak seseorang yang lebih tinggi darinya. Pemuda bersurai hitam dengan ikat cepol tersebut menatapnya.

"Maaf, aku tidak sengaja" ucapnya dengan nada sopan. Pemuda itu tersenyum, lalu menggeleng pelan.

"Tak apa" balasnya.

"Kau sedang mencari pasangan ya ?" Yuuji mengangguk ketika pertanyaan itu di lontarkan. Pasti pemuda itu juga sedang kebingungan, sama seperti Yuuji.

Ia menyodorkan kertas berwana kuning miliknya pada Yuuji. Si surai merah muda sedikit linglung.

"Untukku ?" tanya Yuuji memastikan. Pemuda itu tersenyum ramah sembari mengangguk.

"Wuah! Terima kasih, aku tidak menyangka dapat warna kuning" mereka berdua tertawa. Yuuji tak mengira akan ada orang yang memberinya warna yang memiliki arti sebagus itu.

"Tapi aku cuma punya warna biru, menurutku kakak cocok warna hijau bukan biru" si pemuda mengernyit. Menurutnya, si lawan bicara cukup peka menebak warna apa yang cocok untuk dirinya. Tadi teman baiknya yang paham warna juga berucap hal sama.

"Geto Suguru, itu namaku. Siapa namamu ?" ujarnya seraya memperkenalkan diri. Cahaya mata si iris hazelnut berbinar, ia tidak menyangka akan mendapat teman di galeri seni.

"Namaku-"

"Suguru, kau lama sekali. Cepatlah aku mau pulang" sela satu pemuda lagi. Ia datang dengan wajah di tekuk, tampaknya pemuda itu sedang kesal. Yuuji diam, ia memperhatikan kedua orang itu saja.

"Sabar, baru saja aku dapat orang yang cocok. Padahal acara ini adalah idemu, tapi kenapa bersikap tak peduli begini" balas pemuda bernama Suguru. Pemuda berkacamata tak peduli, yang ia inginkan adalah menjauh dari tempat itu saat ini. Perdebatan kecil mereka menyadarkan Yuuji, sekarang ia tau untuk siapa kertas birunya di berikan.

"Kak, ini" Yuuji memberikan kertas miliknya ke pemuda di sebelah Suguru. Mungkin saja mereka teman, kalau tidak mana mungkin berbicara seakrab itu.

Pemuda berkacamata hitam tersebut melirik Yuuji, ia menerima kertas Yuuji tanpa mengatakan apapun. Senyuman cerah Yuuji menyilaukan matanya, kenapa aura anak itu begitu ceria.

"Oranye" gumamnya sambil melempar sebuah kertas berwarna oranye ke Yuuji, tak lama ia beranjak meninggalkan Yuuji dan Suguru. Yuuji tak menyangka si pemuda berkacamata hitam akan sedingin itu, padahal menurutnya biru adalah warna yang cocok si pemuda berkacamata hitam.

"Maaf ya, suasana hati temanku sedang buruk hari ini. Lain kali kita bertemu lagi, sampai nanti" Yuuji melambaikan tangannya ketika Suguru meninggalkannya sendirian. Tak apalah di hiraukan, setidaknya ia tak memberi kertas yang salah pada orang lain.

Iridescent [Goyuu]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang