1

1K 103 23
                                    

Gana Guntara hanya pemuda yang luntang-lantung tidak jelas setelah berhasil pergi dari rumah sang ayah tiri.

19 tahun lamanya ia berada di bawah tekanan pria kaya yang ia anggap iblis  itu, ia baru terbebas empat bulan lalu dengan hanya berbekal sebuah ransel berisi beberapa lembar pakaian dan sejumlah uang yang sebelumnya ia simpan diam-diam untuk keadaan darurat.

Empat bulan lamanya ia hanya berpindah dari satu hotel ke hotel lain, menghamburkan saldo di rekeningnya lalu berakhir tak punya sepeserpun uang bahkan untuk makan.

Gana di DO dari kampusnya di tahun ketiganya, karena menghajar anak dari rektor kampusnya tanpa ampun, hingga hidungnya patah dan kehilangan jari telunjuk kirinya. Ia beruntung hanya di DO, bukannya diistirahatkan dari urusan dunia dibalik jeruji besi.

"PERGI KAMU! AKU MUAK DENGAN TINGKAH LAKUMU GANA! DASAR ANAK SETAN! HARUSNYA ANAK SEPERTIMU TIDAK PERLU LAHIR!"

Begitu kira-kira teriakan dari ibu Gana begitu Gana di DO dari kampus tempat ia belajar, itupun dengan usaha dari ayah tirinya yang membujuk sang rektor untuk meringankan ganjaran untuk Gana yang menghilangkan satu jari anaknya.

Ayah dan ibu kandung Gana bercerai di 2 tahun usia Gana, dan di usia 10 tahun Galvan, kakaknya. Mereka sepakat untuk membagi anak dengan catatan tidak perlu ada komunikasi apapun antara mereka.

Gana kecil berpisah dari sang kakak di usia balita, dan tidak pernah lagi bertukar kabar dengan kakak dan ayah kandungnya. Ia tumbuh di bawah asuhan Ibu dan Ayah tirinya dengan tekanan yang luar biasa berat.

Dan ketika ibunya sendiri yang mengusir  Gana, pemuda itu tersenyum senang.

Sebelum pergi, ia hanya membisikkan satu kalimat pada ibunya "suami ibu itu Bisex."

...

Mahesa yang biasa dipanggil Mahes itu manusia biasa.

Meski ia sosok yang berwibawa, tegas dalam bersikap terutama dalam menolak permintaan keluarganya untuk menikah lagi setelah 7 tahun lamanya orang yang melahirkan putranya pergi, Mahes bisa terenyuh juga ketika siang itu anaknya pulang dari sekolah dengan rambut berantakan, pipi berdarah karena goresan kuku seseorang, dan saku bajunya robek.

"Sayang, kamu kenapa?"

Mahes yang awalnya fokus pada berkas-berkas di mejanya segera bangkit menghampiri anaknya, panik. Galvind kecilnya pulang dalam keadaan luka dan lusuh.

Supir yang biasa mengantar dan menjemput putra kesayangannya sekolah sama sekali tidak mengabari bahwa anaknya tidak baik-baik saja, bahkan bukannya pulang ke rumah, malah minta diantar ke kantor ayahnya.

"Ayah, avin mau berhenti sekolah," cicit si kecil sambil memeluk leher Mahes. Avin memang panggilan sayang semua orang untuk di kecil.

"Sayang, bukannya kamu bilang kamu suka sekolah?" Mahes membalas pelukan anaknya, sambil mengangkatnya, membawa si kecil itu ke sofa.

"Suka sekolah, tapi benci teman-teman disana...mereka jahat," Adu galvind. Matanya memerah siap mengucurkan air mata.

Mahes diam sejenak.

"Baiklah, kita bicarakan itu nanti. Kita harus obati dulu lukamu," Mahes memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh melihat anaknya begitu emosional.

Ayah satu anak itu mengambil kotak P3K dan mulai membersihkan bekas cakaran kuku di pipi anaknya.

"Sakit?" Tanya Mahes melihat anaknya meringis.

Galvind mengangguk.

"Avin lapar? Atau mau cemilan?" Tanya Mahes lagi.

GANA GUNTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang