5

493 83 10
                                    

Tentang Galvan

Tujuh tahun tanpa pendamping bukan perkara mudah untuk Mahes. Selain ia tergolong masih sangat muda saat suaminya meninggal, sumber kesedihannya bukan hanya kepergian Galvan, tapi juga putra semata wayangnya yang selalu membuat hatinya miris.

Ada banyak kesempatan dimana dia bisa saja menempatkan seseorang untuk menggantikan almarhum suaminya, tapi selalu terhenti ketika ia teringat pada posisi si kecil.

Ia was-was. Takut pendampingnya kelak tidak mencintai putranya, dan jauh lebih takut putranya tidak mencintai manusia yang melahirkannya. Mahes tidak mau putranya melupakan Galvan.

Galvan melewati dua tahun tersulit dalam hidupnya bersama Mahes. Mulai dari penolakan Mahes terhadapnya, bersabar dengan sikap acuh bahkan keras Mahes, hingga drama menyesakkan bagaimana mereka harus bertengkar untuk mempertahankan kandungan Galvan.

Masih segar dalam ingatan Mahes bagaimana ia bisa luluh pada seorang Galvan yang menunggunya setiap malam, meski ia pulang dalam keadaan mabuk. Kadang Mahes pulang dengan seorang PSK, atau tidak pulang sama sekali.

Galvan tetap menunggunya di sofa ruang tamu.

Mahes akan berteriak bahkan menamparnya jika Galvan mencoba bertanya kemana ia pergi atau memintanya pulang minimal di malam hari.

"Sekali-kali makanlah di rumah Mahes... Ibumu kadang mengirim makanan kesini," itu yang diucapkan Galvan sambil berusaha melepaskan jas dan dasi Mahes yang mabuk dan terlentang di tempat tidur.

"Urus urusanmu sendiri, brengsek!" Sahut Mahes saat itu.

"Masakan ibumu enak. Aku rasa semua anak sewaktu-waktu akan merindukan masakan tangan ibunya kan? Aku juga ka-"

Plak!

"Diam! Kamu hanya barang jaminan yang beruntung bisa tidur di kamar tamu di rumah ini. Kamu tahu, ayahmu hampir bangkrut dan menggadaikanmu kepadaku. Jangan bertingkah!" Kata Mahes setengah sadar.

Galvan mendapatkan tamparan di pipinya seperti itu setiap kali berusaha bicara dengan Mahes. Tamparan-tamparan itu memang menghentikan Galvan untuk bicara, tapi ia tetap melakukan tugasnya membersihkan Mahes.

Mahes menyesalinya setelah menyadari bahwa Galvan pun hanya mengikuti apa yang ayahnya inginkan, sama seperti dirinya. Perlahan ia kasihan pada pria yang selalu mengantarkannya ke depan pintu tiap pagi dan menyambutnya setiap pulang kerja. Meski ia sendiri juga bekerja di tempat lain.

Mahes masih sangat jelas dengan wajah bingung Galvan ketika Mahes memintanya menemani Mahes ke sebuah acara keluarga untuk pertama kalinya.

"Aku? Ke pesta bersamamu?" Tanya pria bersurai kecoklatan itu bingung.

"Iya. Aku sudah siapkan bajumu. Cepat ganti baju," Jawab Mahes waktu itu.

"Mahes, kamu membawaku ke acara keluarga besar?" Tanya Galvan lagi.

"Banyak saudara jauhku yang ingin berkenalan denganmu. Mereka ingin tahu seperti apa suamiku jadi cepat bersiap," kata Mahes.

Rona merah di pipi Galvan ketika mendengarnya sangat Mahes sukai.

Hubungan mereka membaik, bahkan menghangat setelahnya. Tidak perlu ada pernyataan cinta, Mahes dan Galvan hidup sebagaimana layaknya pasangan yang sudah menikah pada umumnya. Suasana rumah menjadi sangat hidup dengan tingkah dua anak manusia yang sedang mabuk asmara.

Hingga satu waktu, Galvan mengeluh perutnya sakit.

Awalnya mereka pikir itu hanya sakit karena kebiasaan Galvan yang menyukai makanan pedas secara berlebihan jadi mereka mengabaikannya. Sakit perutnya biasanya membaik setelah meminum susu murni dan banyak minum air. Ia meminta seisi rumah untuk tidak memberi tahu Mahes.

GANA GUNTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang