10

466 81 12
                                    

"Ayah, jangan marah," suara kecil Galvind memaksa Mahes  untuk tersenyum.

Ia memeluk erat putra kesayangannya yang tertelungkup di atas tubuhnya sendiri, yang tengah terlentang di atas tempat tidur.

"Ayah tidak marah pada Avin. Jangan takut, sayang." Mahes mengelus rambut ikal Galvind.

"Jangan marah sama Aga juga. Aga hanya pinjam baju ayah bukan mencuri," Si kecil berusaha membela.

"Pinjam? Dia belum ijin pada ayah."

"Sudah ijin sama Avin. Kata Aga bajunya kotor semua jadi Aga pinjam baju ayah Galvan. Aga jadi tampan ayah, kenapa ayah marah?"

Tangan Mahes yang mengelus kepala Galvind terhenti beberapa saat.

"Sayang, baju ayah Galvan ada di kamar ayah Mahes, masuk ke kamar orang lain tanpa ijin itu tidak sopan."

Si kecil mengangguk kecil.

"Nanti Avin bilang ke Aga tidak boleh begitu lagi, tapi ayah tidak boleh marah lagi. Avin takut, Aga pasti juga takut."

Mahes mengecup pucuk kepala anaknya.

"Maaf ya, sayang."

Malam itu Mahes tertidur dengan pikiran campur aduk. Ia marah, kecewa, dan menyesal.

...

Berhari-hari Gana menghindari bertatap muka dengan Mahes. Ia sarapan ketika pria itu sudah berangkat ke kantor dan makan malam lebih awal lalu mengunci diri di kamar. Tenggelam dalam game yang ia mainkan sendiri.

Hingga di minggu pagi, pintu kamarnya diketuk kurang dari jam 6 pagi.

"Gana, ayo olah raga," suara Mahes terdengar dari luar.

Gan yang masih bergelung dibalik selimut langsung bangkit.

"Jam berapa sekarang? Kenapa sampai Om Mahes yang kesini?" Gana kalang kabut. Dengan rambut acak-acakan dan mata setengah terbuka ia segera bangkit.

"Iya, Om!" Sahut Gana sebelum ke kamar mandi.

Gana tidak banyak bicara. Ia hanya mengikuti kegiatan rutin dari seluruh penghuni rumah di akhir pekan itu. Sesekali ia mencuri pandang pada Mahes yang terlihat berpeluh dibalik kaos tanpa lengan dan celana pendeknya.

Ternyata Om Mahes besar sekali, batin Gana melihat lengan Mahes yang hampir lebih besar dari pahanya sendiri.

"Satu jam lagi kita ke mall. Cepat bersiap." Mahes mengusik lamunan Gana.

"Hah? Mau kemana, om?" Tanya Gana linglung.

"Ke mall. Avin ingin mengajakmu kesana." Jelas Mahes dan berlalu dari hadapan Gana.

Pemuda itu bengong.

"Om Mahes mengajakku ke mall? Bukannya dia masih marah?" Ucap Gana pada dirinya sendiri.

"Bodohlah! Sepertinya mood Om Mahes sedang baik, tidak boleh disia-siakan."

Gana bersiul sambil menaiki tangga. Secepat mungkin ia bersiap mengingat sudah lama matanya hanya melihat Mahes sekeluarga beserta pagar rumahnya. Ia jadi sangat bersemangat karena rindu dengan suasana luar rumah, lebih tepatnya, matanya rindu dengan gadis-gadis cantik.

Gana bersiap dalam waktu singkat. Ia berusaha tampil sebaik mungkin sesuai isi lemarinya tentu saja.

kaos putih dengan jaket dan celana panjang.

GANA GUNTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang