1 - Jatuh talak

700 16 0
                                    

1 - Jatuh talak

Amara diam saja tak melawan, saat dirinya siram oleh Fadli, suaminya pria itu memaki dan menampar kali, disaksikan adik madu yang lebih tua darinya.

"Dasar wanita mandul, sberulangudah bagus aku tidak menceraikanmu! kamu malah hendak mmebahayakan calon anakku," sentak Fadli.

"Massss, dengarkan aku, aku tadi dijegal olehnya, membuat minuman itu tumpah ke dia sendiri. Mas," ujar Amara membela dirinya.

"Tega sekali kamu, Ra. Malah menuduhku," isak Mawar, membuat Fadli semakin marah.

"Sayang jangan menangis, kasian anak kita," ucap Fadli mengusap air mata Mawar, Amara hanya bisa diam membisu tak bisa melakukan apapun.

"Ayo kita pergi jalan - jalan ya, kamu duluan ke mobilnya," pinta Fadli dibalas anggukan oleh Mawar.

Setelah kepergian Mawar, pria itu menatap Amara lagi dengan tatapan marah. Ia mendekat menatap tajam istri pertamanya, dengan lantang mengucapkan kalimat yang membuat hati Amara seperti tertusuk beribu-ribu benda tajam.

"Amara saya talak kamu." Setelah mengucapkan itu, Fadli meninggalkan Amara yang mematung.

"Kamu tega sekali Mas, aku yang bersamamu dari nol. Setelah sukses kamu malah memilih dia yang baru sebentar kamu kenal," isak Amara ia berlari ke kamar untuk merapikan pakaiannya, dia harus pergi karena ini bukan lagi rumahnya.

Suara deru mobil terdengar, menandakan Fadli dan Mawar telah pergi. Amara kembali menangis, sungguh ini sangat sesak karena hatinya masih mencintai lelaki yang berkhianat itu. Dengan langka lunglai keluar, kediaman dulunya seperti surga beberapa bulan ini bak neraka. Menyusuri jalan setapak dengan wajah menunduk, tak mau memperlihatkan kesedihannya. Matanya menangkap seorang nenek tengah menyebrang, tiba - tiba ada motor kencang menyerempetnya. Amara lekas berlari melihat keadaannya, ia bersyukur karena melihat orangtua masih membuka netranya.

"Ayoo Nek, kita ke pukesmas dulu, obatin luka Nenek," ajak Amara memapah Nenek itu.

"Makasih, Neng," balas Nenek itu membuat Amara mengangguk.

Amara sedikit kesusahan, karena tas yang dibawanya. Setelah sampai Nenek langsung diobati, Amara berdiri menunggu sesuai permintan wanita itu.

"Neng, namanya siapa?" tanya Nenek sedikit meringis saat lukanya tengah diobati oleh suster.

"Amara, Nek," sahutnya pelan.

"Amara, tolong telepon cucu, Nenek. Beritahu jika Nenek ada disini," pinta Nenek itu, memberikan ponsel-nya.

Amara langsung mengambil benda pipih itu. "Namanya siapa Nek?" tanya Amara mulai mencari kontak.

"Cucu Es," balas Nenek, membuat Amara melongo mendengarnya. Cepat - cepat mencari benar saja, nama kontaknya seperti yang disebutkan, ingin sekali Amara tertawa.

"Hallo Tuan," sapa Amara pelan, ia menghela napas saat sahutan dingin menyambutnya.

"Siapa? kenapa memakai handphone Nenek," balas pria yang disebut Nenek cucu es itu.

"Nenek Tuan, ada di pukesmas. Tolong segera ke sini karena Nenek yang meminta," ujar Amara.

"Share lokasi," sahutnya singkat lalu menutup telepon membuat Amara sedikit kesal.

"Nek, disuruh sharelok," ucap Amara menatap Nenek yang sudah selesai diobati.

"Sharelok aja, Ra. Kamu sibuk gak, tolong temenin Nenek di sini ya," pinta Nenek, Amara terdiam, ia masih bingung akan tinggal di mana karena dirinya yatim piatu. Malam nanti tidur gimana? itulah yang ada dalam benak Amara.

"Iya Nek," ucapnya, ia tersenyum saat Nenek mengembangkan senyumannya.

"Kamu mau ke mana, kok bawa tas besar?" tanya Nenek sambil menepuk brankar agar aku ikut duduk di sana.

"Aku baru saja ditalak Nek, jadi aku pergi dari rumah yang seperti neraka itu," gumam Amara pelan, entah Nenek mendengar atau enggak. Wanita itu menunduk, rasa nyeri menyerang hatinya.

"Astagfirullah, sabar ya Ra. Sekarang kamu mau ke mana, rumah orangtuamu?" tanya Nenek mengusap punggungku dengan lembut.

"Mereka sudah bahagia di surga, Nek." Amara berujar dengan nada gemetar, sungguh ia ingin bersandar mencurahkan isi hatinya yang sekarang sudah hancur berkeping - keping.

Nenek terdiam, rasa iba hinggap ia memegang jemari Amara, membuat wanita itu menatapnya.

"Terus kamu nanti mau ke mana, Ra?" tanya Nenek.

"Gak tau Nek, Ara bingung," balas Amara seadanya.

"Kamu tinggal di rumah Nenek, mau? temani Nenek," tawar Nenek membuat Amara tersenyum lembut.

"Apa tidak merepotkan Nek, Ara gak mau hanya tinggal, Ara jadi pembantu aja ya," ujar Amara membuat Nenek mengembuskan napasnya kasar.

"Ya sudah, kalau itu yang membuatmu nyaman, Nenek setuju.

"Oh ya, nama Nenek Icha, panggil Oma  Icha aja ya, jangan Nenek, Oma tak terbiasa," kekeh Oma membuat Amara mengangguk, lalu mereka berbincang hal - hal lucu.

Suara pintu berdecit, membuat kedua wanita itu menoleh ke asal suara. Netra Amara terpaku sedangkan Icha tersenyum.

"Dia siapa? dia yang membuat Oma kecelakaan," tuduh seorang pria yang baru saja masuk, Oma mencubit pinggang Cucu kesayangan sekaligus menyebalkan itu.

Bahagia Usai Di talak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang