9 - Perjodohan

303 5 0
                                    

9 - Perjodohan

"Bersinmu menganggu momen saja," keluh Selena menatap suaminya yang dibalas cengiran.

"Maafkan, aku gak bisa tahan lagi sayang," seru suaminya.

"Bisa Omah lanjutkan?" tanya Omah melihat anak dan menantunya malah berdebat.

"Eh, iya Omah, ayo lanjutkan," sahut mereka berdua.

"Kita nikahkan Amara dengan Kean," ucapan Omah dibalas anggukan oleh kedua orang tua pria itu, sedangkan Amara membulatkan matanya.

"Apaan sih Omah, main nikah - nikahin aja!" seru Kean mendekati meja makan dan mengambil ponsel-nya.

"Kalian lagi, ngapain setuju - setuju aja. Kalian aja gak tau asal usul wanita ini." tunjuk Kean ke wajah Amara yang menunduk.

"Kamu lagi diam aja!" ketus Kean menatap Amara.

"Iya Omah, jangan main nikah - nikahin aja. Mara juga belum selesai masa iddah," ujar Amara pelan sambil memainkan jari, kedua orang tua Kean terkejut mendengarnya.

"Kamu janda? Tante kira masih gadis," kata Selena dengan wajah terkejut.

"Iya Tan." Amara menunduk malu.

"Tapi gak papa, kalau pilihan Omah pasti oke," ucap Selena dibalas tatapan tajam oleh Kean.

"Oke - oke aja, Kean yang gak setuju Mah!" ketus Kean.

"Aku juga gak mau, Omah," kata Amara sambil menggelengkan kepalanya.

Kean melirik sinis Amara, lalu pergi meninggalkan semua orang.

"Omahhh." Amara memanggil lagi dengan suara sendu.

"Nanti kamu pikirkan lagi Mara, jangan langsung memutuskan," ucap Omah membuat Amara menghela napas  dan mengangguk mengerti.

"Ya sudah, ayoo bersihkan yang kotor ini, lalu istirahatlah!" perintah Omah dibalas anggukan Amara, wanita itu lekas mengambil piring dan dan kawan - kawan yang kotor lalu membawanya untuk di cuci.

"Omah, ajak aku jalan - jalan. Sudah lama tak ke sini," ucap Selena bangkit dan mendekati Ibunya.

Omah mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku ini Ibumu bukan nenekmu! kenapa ikut memanggil Omah," keluh Omah menatap emosi pada anaknya.

"Hehehe, maaf Omah, sudah terbiasa karena mengajakkan Kean dulu memanggilmu," balas Selena lalu terdiam mengingat kenangan dulu saat dia masih mengurus Kean.

"Dasar! aku jadi terdengar semakin tua," desis Omah lalu tertawa saat melihat wajah pucat anaknya.

"Hahahaha, aku bercanda sayang, ayoo nanti kita jalan - jalan bersama," ajak Omah lalu menautkan jari tangan mereka dan tersenyum senang.

"Bareng Kean ya, aku rindu bersamanya," bisik Selena di telinga Ibunya.

"Iya, kita jalan - jalan bersama, termasuk Amara," ucap Omah dibalas anggukan dan ancungan jempol Selena.

Baskara telah diatas kepala, Kean dan Papanya bersidekap sambil bersandar di mobil. Memandang pintu rumah yang masih tertutup, menunggu para wanita berdandan. Para lelaki bersamaan mengembuskan napas lega saat semua keluar.

"Lambat," gumam Kean saat ketiga wanita itu sampai di dekatnya.

Omah mendengkus lalu mengangkat tas dan mengeplak kepala Kean membuat pria itu mengaduh.

"Omahhhh, kalau Kean geger otak gitu," keluh Kean mengusap - usap kepalanya.

"Aduh Omah, jangan dipukul. Kasian Kean," ujar Selena mendekati Kean hendak mengusap kepalanya tetapi pria itu malah mundur, membuat Selena tersenyum kecut lalu melangkah kebelakang lagi.

"Jangan kasihani pria itu, dia sangat menyebalkan!" ketus Omah memandang cucunya.

"Ayo cepat masuk, apa kalian mau kulitnya jadi hitam," kata Kean ia membukakan pintu agar mereka masuk.

Bahagia Usai Di talak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang