2 - Memalukan
"Jangan asal menuduh dong!" geram Amara menatap nyalang pria yang ada dihadapannya ini, tersenyum angkuh.
"Iya, kamu nih nakal banget! baru nemuin Omah, pas tau Omah kecelakaan," geram Icha menjewer telinga cucunya, membuat pria itu meringis dan Amara menahan tawanya.
"Maaf Omah, Kean banyak kerjaan," ucap Kean berusaha menahan sakit ditelinganya.
"Omah, lepasssss, Kean malu," keluh Kean sesekali melirik tajam Amara yang menahan tawanya.
"Kamu harus janji dulu, kalau seminggu menginap ke rumah Omah minimal tiga kali," tawar Icha membuat Kean mendengkus.
"Seminggu sekali ya, Omah," nego Kean masih dengan telinganya dijewer Icha.
"Jangan nego, Kean. Pokoknya harus minimal tiga kali sekali, titik!" pekik Icha mulai kesal, lalu melepaskan jewerannya saat Kean menjawab sesuai keinginannya.
"Ya sudah, ayo antar kita ke rumah Nenek," ucap Icha, ia meninggalkan Kean sambil memegang lengan Amara agar mengikutinya.
Amara menoleh sebentar melirik Kean, lalu menjulurkan lidah meledek membuat Kean geram. Tapi mengikuti langkah mereka.
"Awas kamuu," ucap Kean tanpa suara.
Icha masuk mobil bersama Amara, sedangkan Kean menerima telepon terlebih dahulu membuat kedua wanita itu menunggu. Selesai berbincang, Kean langsung mengemudi lalu menatap tajam Amara yang terlihat di spion.
"Kenapa wanita itu ikut, Omah," ucap Kean dengan nada kesal.
"Memangnya kenapa, dia akan menemani Omah di rumah," sahut Icha lalu mulai berbincang dengan Amara lagi.
Mulut Amara terbuka saat memandang rumah milik nenek yang ditolong, Kean yang melihat tingkah gadis dibawa Omahnya tersenyum mengejek.
"Tutup mulutmu! norak sekali," ejek Kean mendapatkan cubitan dipinggang oleh Neneknya, sedangkan Amara menatap kesal ke arah cucu wanita yang ditolongnya.
"Ayoo sayang, jangan hiraukan dia. Omah antarkan kamu ke kamar," ujar Icha menarik lengan Amara untuk mengikutinya.
"Omah, biarkan pembantu saja yang mengantarnya. Omah harus istirahat," tutur Kean membuat Icha berhenti dan menatap kesal ke arahnya, ia menggeleng sambil mengoyangkan satu jarinya.
"Noooo, Omah yang akan mengantarkan Amara, kamu pergilah ke kamar dan mengganti pakaianmu itu," kata Icha membuat Kean mengembuskan napasnya kasar; lalu mengangguk melangkah pergi ke kamarnya.
"Omah, kasian cucu Omah. Jangan terlalu mengomelinya dia pasti sangat malu," tegur Amara pelan dibalas senyuman Icha.
"Tak apa, dia memang membuatku selalu kesal," keluh Icha saat masuk ke kamar lalu menghempaskan bokongnya di ranjang.
"Ini kamar Omah?" tanya Amara menatap kesekeliling ruangan yang luas ini.
"Ini kamarmu," sahut Icha menatap Amara yang membuka mulutnya tak percaya.
"Ini terlalu besar, untuk aku yang hanya seorang pembantu, Omah," tolak Amara dibalas gelengan oleh Icha.
"Jangan membantah atau menolakku Mara, turuti saja aku ini majikanmu," ujar Icha tegas hanya dibalas anggukan oleh Amara.
"Kamu pergi mandi gih, terus turun ke bawah kita makan bersama." Icha segera pergi keluar kamar Amara, karena tubuhnya juga sudah penuh dengan keringat.
Amara melangkah menutup pintu kamar, meraih handuk lalu masuk ke kamar mandi. Lekas menanggalkan pakaian lalu berendam dengan air hangat membuatnya rileks.
"Nikmatnyaaaa," gumam Amara lalu memejamkan mata.
Tidak terasa Amara malah terlelap, suara gedoran pintu membuat ia membuka matanya dan mengerjap - ngerjap.
"Sebentarrrr," sahut Amara bangkit lalu meraih handuk dan memakainya.
Setelah rasanya handuk itu tidak akan melorot, ia membuka pintu toilet lalu membulatkan mata saat maniknya bertabrakan dengan netra Kean.
"Ahhhhhhhh, apa yang kamu lakukan, berbaliklah!" jerit Amara membuat Kean terkejut lalu tanpa sadar menurut perintah wanita yang sekarang dibelakangnya.
"Kamu berisik sekali," gerutu Kean mengembuskan napasnya kesal.
"Ngapain masuk ke kamarku, kamu pasti mau mengintip ya!" tuduh Amara lekas mengambil pakaian lalu masuk ke toilet untuk memakainya.
"Aku ke sini karna perintah Omah, cepat turun waktunya makan malam," ujar Kean dingin.
"Iya, nanti aku ke sana, sudah kamu pergilah," usir Amara dengan nada ketus.
"Kamu seperti tau letak dimana meja makan saja," ejek Kean membuat Amara terdiam saat membuka pintu.
"Eh, iya. Tunggu sebentar, aku tidak akan lama," kata Amara melangkah ke meja rias, lalu meraih sisir dan memakai bedak tabur tak lupa lipbalm.
"Sudah ayoo." Amara bangkit lalu melangkah melewati Kean.
"Gadis tidak tau diri," gerutu Kean mengikuti Amara lalu mendahului wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Usai Di talak
RandomHadir di KBM App, Goodnovel. Cerita ini sudah tamat disana. Amara, seorang wanita yang ditalak oleh suaminya, yang tak sengaja menumpahkan kopi ke adik madu yang lebih tua dari Amara. Fadli ---suaminya menyiksa terlebih dahulu, lalu pergi mening...