5 - Tampan tapi menyebalkan!

342 4 1
                                    

5 - Tampan tapi menyebalkan!

Sudah seminggu Amara tinggal bersama Omah Icha dan dia sangat bahagia, tapi sudah tujuh hari ia tak melihat batang hidung cucunya Omah yang menyebalkan tapi tampan itu. Padahal dia sudah berjanji pada Nenek, dasar cucu durhaka pikirnya.
Dirinya sekarang tengah menyiram tanaman - tanaman langka yang harganya luar biasa.
Suara deru mobil dan klason membuat Amara menoleh ke gerbang, ia lekas mematikan keran lalu berlari untuk membuka pagar besi itu. Setelah kendaraan roda empat masuk, Amara lekas menutupnya lagi melanjutkan kegiatan tadi tertunda.

"Omah di mana?" tanya Kean saat sudah berada di samping Amara.

Amara menatap Kean yang berada di sampingnya, lalu melanjutkan pekerjaan lagi. "Di dalam Tuan, Omah tengah sarapan," sahutnya.

Setelah mendapatkan jawaban dari Amara, Kean langsung masuk tanpa mengucapkan terimakasih. Menghampiri Omahnya yang baru saja selesai sarapan, ia menatap cucunya sinis.

"Omah kira, kamu lupa jalan ke sini!" sinis Omah bangkit dari duduknya dan menjewer telinga Kean yang berada disampingnya.

"Omahhhh, jangan jewer Kean dong malu, Kean udah dewasa lhooo," ujarnya memegang lengan Omahnya yang masih menjewer.

"Dewasa kok belum nikah!" sindir Omah melepaskan jewerannya saat melihat Amara masuk ke rumah.

"Omah sudah selesai sarapan," ucap Amara mendekati mereka.

"Sudah sayang," balas Omah mengulas senyum.

"Aku bereskan ya, apa Tuan juga mau sarapan," tawar Amara menyiapkan piring bersih.

"Boleh, aku juga sedang lapar," balas Kean dengan nada datar lalu duduk di kursi dan ia menunggu Amara sendokan.

"Ini Tuan." Amara memberikan piring yang berisi makanan yang ditunjuk Kean tadi.

"Cobain masakan Amara, enak semua lho," ujar Omah ikut duduk lagi.

"Omah terlalu memujinya, nanti dia besar kepala," sahut Kean mulai melahap makanan yang memang benar, rasanya lezat ia belum pernah mencicipi hidangan ini.

"Rasanya biasa saja," ucap Kean saat dirinya diperhatikan oleh Amara dan Omah.

"Cih! bilang biasa aja tapi nambah," sindir Omah.

"Aku lagi lapar, Omah." Kean tak mau mengakui jika memang masakan Amara sangat nikmat di lidah.

"Mara, kamu tunggu Kean sampai selesai sarapan, habis itu cuci piring kotor," perintah Omah dibalas anggukan Amara.

"Oke Omah."

Kean menyandarkan tubuhnya saat selesai sarapan, perutnya kembung karena terus makan.

"Kenapa masakannya sangat enak, aku jadi kembung'kan," gerutu Kean dalam hati, ia mengusap perutnya.

"Perutnya kenapa, Tuan?" tanya Amara saat melihat Kean.

"Tidak ada! pergilah, kau disuruh Omah cuci piring juga," hardik Kean membuat Amara mengerucutkan bibirnya kesal.

"Iya - iya Tuan, aku cuci piring dulu," ucap Amara ketus ia sangat kesal dengan kelakuan Tuannya.

"Dasar," cibir Kean ia bangkit lalu pergi menuju kamarnya, dirinya baru ingat bahwa ini hari minggu akhirnya pergi ke rumah Omah bukan kantor.

Setelah sampai kamar ia membuka pakaian dan mencari yang lebih santai di lemari, kaos lengan pendek dipadukan dengan jaket kulit dan celana lepis. Melirik jam yang masih menunjuk angka setengah sembilan, dirinya menghela napas dan tersenyum tipis tak nampak. Hari ini ingin dihabiskan untuk bersantai, bukan bersama berkas apalagi laptop. Melangkah pelan sambil sesekali bersiul pergi ke dapur, memandang Amara yang sibuk dengan cucian.

"Mara," panggil Kean membuat wanita itu menoleh.

"Iya, ada apa Tuan," sahut Amara terpaku dengan penampilan Kean.

"Buatkan aku secangkir kopi dengan gula sedikit saja," seru Kean tetapi tidak ada respon dari Amara, akhirnya pria itu menyentil dahi Amara sampai mengaduh.

"Aduhhh, sakit Tuan," keluh Amara mengusap dahinya membuat busa menempel di kening.

Kean tersenyum melihatnya, membuat Amara sekali lagi membatu. "Heiiii! buatkan aku secangkir kopi dengan gula sedikit dan antarkan ke taman oke," serunya dengan nada lebih keras membuat Amara terkejut dan mengangguk dengan spontan.

"Bagus, cepatlah!" perintah Kean lalu pergi meninggalkan Amara yang tersadar dari kekagumannya.

"Dia tampan tapi sayang menyebalkan," gumam Amara dalam hati, ia segera menyiapkan apa yang dipinta Kean.


Bahagia Usai Di talak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang