Bagian 31, Cerita dari Mentari

560 118 136
                                    


"Lo gak pantes bahas masa lalu kita disaat lo sendiri udah terikat sama orang lain."

Cowok itu terdiam dengan dahi mengernyit dalam. Setelah perdebatan tadi, ia terus memikirkan ucapan Shenza yang tak cukup dimengerti.

Dirinya terikat dengan orang lain? Siapa? Selama ini Varo bahkan tidak pernah dekat dengan perempuan manapun kalau tidak terpaksa, itupun karena mereka terjebak dalam satu kelompok suatu mata pelajaran.

Eh? Tapi ... tunggu.

Mentari.

Beberapa waktu lalu ia pernah dekat dengan cewek itu. Mungkinkah Shenza salah paham? Tapi, dulu mereka hanya dekat dalam artian biasa saja meski Varo sempat membantu Mentari untuk membuat Langit cemburu.

Tidak ada kata mereka pura-pura pacaran kalau tidak salah. Varo tidak tahu saja, di belakangnya, Mentari mengaku mereka memiliki hubungan untuk memanas-manasi Shenza.

Merasa tak menemukan titik terang, Varo mengeluarkan ponsel dari saku. Bermaksud mengirimkan pesan pada adik kelas yang merangkap sebagai adik dari mantan kekasihnya.

Varo: Tari, pulang sekolah ada waktu?

Mentari: Ada kak, kenapa ya?

Varo: Bisa ngobrol bentar? Penting

Mentari: Oke, Kak. Di mana?

Cowok itu memasukan ponselnya ke laci setelah mendengar suara Bu Tatina yang memasuki kelas sembari memeluk beberapa buku paket. Mungkin nanti ia akan mencuri kesempatan untuk membalas chat dari Mentari.

Tak terasa bel pertanda pulang sekolah berbunyi. Varo segera menyantolkan tas ke bahu setelah memasukan semua alat tulisnya dengan cepat. Oji yang duduk di sebelahnya sampai terheran-heran. Biasanya Varo paling santai, malah menunggu teman-temannya keluar terlebih dahulu dengan alasan malas berdesakan.

"Ke mana? Ada undangan manggung?" tanya Oji saat Varo sudah bangkit dari duduknya.

Cowok itu menggeleng. Tanpa memberikan jawaban pasti, ia melangkah keluar ruangan, meninggalkan sahabatnya yang terus memanggil.

Sampai di lantai satu, Varo segera mendekati kelas Mentari yang kebetulan baru bubar. Tak perlu menunggu lama hingga cewek itu keluar dari ruangan.

"Hai, Kak!" sapa Mentari.

Varo membalas sapaannya lalu melirik sosok di sebelah Mentari yang tampak tidak suka dengan keberadaannya. Varo sempat mengernyit, tapi kemudian kembali menatap Mentari.

"Udah sana, katanya lagi buru-buru!" Cewek itu mendorong Langit yang tampak enggan beranjak.

"Kayaknya-"

"Gak usah alesan deh. Sana pulang!" usirnya menciptakan decakkan. Langit mengangguk dengan raut bertekuk.

Varo yang melihat keduanya jadi merasa salah waktu dan tempat. Ia memilih mundur satu langkah, mengalihkan pandangan dari drama picisan di depannya. Percuma datang buru-buru karena sekarang ia harus menunggu dengan sabar.

"Oke gue pulang, lo ... awas aja kalau nyari kesempatan sama di-"

"Apa sih ah! Gak ada yang kayak gitu!" Mentari memukul lengan cowok itu dan segera mendorong hingga cukup jauh. Sepertinya Langit, ia kembali menghampiri Varo. "Maaf ya, Kak. Dia lagi kambuh, jadi-"

"Dia cemburu sama gue?" potong Varo membuatnya membeliak.

Mentari menggeleng cepat. "Eng-enggak kok," elak cewek itu tergagu. "Ah ya, ada apa Kak Varo ngajak ketemu?"

TRIP-EX ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang