1

39 17 8
                                    


I.
POV
Ujian masuk SMA ternama akan dilakukan dalam 2 hari lagi, seorang gadis yang baru beranjak remaja akan masuk ke Sekolah Menengah Atas. Semua persiapan telah dilakukannya.

“kakak oviiiii” seorang bocah cilik berumur 4 tahun masuk kekamar kakaknya yang tidak lain adalah Yovie.

“ekhh Yogaa, lu ngapain ??” Yovie menatap adik kecilnya itu dengan bingung.
karena tidak biasanya adik kecilnya itu akan berani masuk ke kamarnya tanpa ijin dari Ayahnya sendiri.

“oga rindu kakak, papa lagi keluar, makanya oga berani masuk kamar kakak” jawab bocah kecil tersebut.

Yahhh seperti itulah kehidupan Yovie. Dia merasa bahwa Ayahnya terlalu mengasingkan dirinya dan terlalu pilih kasih kepadanya.

“ohh gitu” Yovie menjawab dengan nada cuek dan melanjutkan aktivitas belajarnya.

“kak, main sama oga dong. Temen2 oga selalu main bareng sama kakaknya, Cuma oga yang gak pernah” dengan wajah merah dan tertunduk memohon belas kasihan pada kakaknya agar dapat bermain.

“nggak !! pergi sana, nanti papa datang, gue juga yang kenak marah” Yovie menjawab dengan nada ketus.

Tanpa disadarinya Yoga adiknya itu menangis dan membuat Yovie tiba2 merasa bersalah, dan saat Yovie hendak merangkul adik kecilnya itu, suara baritone yang agak keras dan sedikit menakutkan membuat Yovie mengurungkan niat untuk memeluk adiknya itu.

“sudah papa bilang jangan main kesini, kenapa kamu bandel?” yah, Ayah Yovie ternyata datang ke kamarnya.

“oga cuma mau main sama kak ovi, temen2 oga selalu main sama kakaknya, Cuma oga yang gak pernah” jawab Yoga dengan nada suara yang sedikit bergetar.

“kan bisa main sama papa, papa kan gak pernah larang oga buat main sama papa”

Deggg,  seperti tertusuk ribuan kaca, dengan wajah kaget dan sedikit terkejut Yovie hanya menatap punggung Ayahnya yang membelakangi dirinya.
Pria setengah baya itu menjawab pernyataan putera kecilnya dengan santai tanpa memandang putrinya yang telah memandangnya dengan tatapan miris padanya.

“akhhhh udah biasa gue diginiin mah”  batin Yovie.

Tanpa basa-basi dengan Yovie, Ayahnya melangkah keluar dengan menggendong sikecil Yoga. Dan Yovie hanya bisa menatap punggung ayahnya yang melangkah keluar tanpa berbicara sepatah katapun padanya.

Haloo semua...
Ini cerita pertama yang aku publish
Terima kasih karena sudah mampir dan membaca cerita yang aku buat.
Aku harap kalian menyukainya, aku terima kritik dan saran dari kalian..
Karena aku juga baru belajar buat jadi penulis cerita.
Dan jangan lupa untuk komen dan tinggalkan bintangnya ya teman2..
Terima kasih

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang