04 ●

223 40 2
                                    

Yura mengerjap, ia ingat berpapasan dengan Sehun yang keluar dari bengkel lusuh itu bersama beberapa pengikutnya. "Tidak, bengkel nya tadi tutup."

"Aku mencurigai tempat itu. Serius noona tidak melihat apapun yang mencurigakan?"

"Tidak Taehyung~ habiskan dulu makananmu." Yura menambah lauk di piring Taehyung membuat Taehyung cemberut lucu.

"Aku tidak nafsu makan akhir-akhir ini." Kata Taehyung.

"Yaya. Masukkan saja makanannya ke mulutmu." Kini Yura langsung menyuapi Taehyung.

Yura kemudian pergi ke kamar Irene, duduk di pinggir ranjangnya dan mengelus tangan Irene. "Aku akan mencari solusi terbaik untuk kalian semua. Aku janji." Ujarnya.

Tak lama Taehyung juga menyusul ke kamar Irene. Yura yang menyadari kehadiran adiknya langsung terdiam dan kembali mengelus tangan Irene. Saat ini tidak ada yang boleh tahu rencananya.

"Noona menginaplah. Aku tidak bisa memastikan apa diluar sudah aman atau belum."

"Tidak bisa, barangku masih di rumah-." Yura membuang muka.

"Noona bisa pakai baju Irene sementara. Menetaplah. Tidak ada bantahan. Baju Irene ada di ruang ganti." Taehyung berubah menjadi tegas lalu keluar dari kamar Irene.

Selepas Taehyung pergi, Yura berjalan menuju ruang ganti milik Irene. Tidak ada yang salah sampai sebuah lemari kaca berisi tas selempang rajut berwarna kuning membuat Yura menitikkan air mata.

Flashback on

Pertengahan musim panas, Yura mengikuti acara camping di Korea bersama suaminya. Usia kandungan Yura 4 bulan, dan entah darimana ia berkeinginan untuk camping dengan alasan 'ngidam' akhirnya suami Yura mengiyakan keinginan istrinya.

Malam berbintang di bukit Yura habiskan dengan suaminya sembari membuat bulgogi. Tiba-tiba suami Yura mengalami serangan jantung. Suaminya merintih, Yura panik karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena ini pertama kalinya menghadapi situasi seperti inj. Ia berteriak meminta tolong sambil menggoyangkan badan suaminya agar tetap terjaga. Suaminya mulai tidak sadar, kemudian ada dua orang yang berjongkok mencoba menolong.

Irene dan Sehun keduanya datang bagai malaikat untuk Yura, mereka kompak mendudukkan suami Yura dengan paha Sehun sebagai sandaran, kemudian menanyai Yura jika saja punya obat, lalu Sehun menelepon ambulans dan Irene menyuruh Yura memberikan nafas buatan. Irene menepuk dada suami Yura berulang. Tak sampai lima menit ambulans datang dengan sigap menandu suami Yura.

Irene yang melihat Yura tegang menenangkannya, ia juga mengemas barang milik Yura beserta tenda mereka dan ikut menyusul Yura ke rumah sakit. Yura kaget melihat Irene terengah-engah sampai di depan ruang inap suaminya. "Apa sudah lewat masa kritis?"

"Iya, kau tidak apa? Sampai berkeringat begitu. Maaf menyusahkanmu, minumlah air dulu." Ujar Yura menuang segelas air untuk Irene.

"Ah tadi juga aku sudah mengemas perlengkapan kalian dan kemari menggunakan mobil kalian. Ini kuncinya." Irene tersenyum.

Tangis Yura pecah. "Maafkan aku sudah merepotkan mu. Sebelumnya aku tidak pernah terlibat situasi seperti ini. Ini juga pertama kalinya baginya."

"Gwenchana, aku juga dulu pernah sepertimu. Berterimakasih lah pada saudaraku. Dia tidak terlalu dekat denganku, tapi tadi langsung menarikku untuk ikut membantumu." Irene melebarkan senyumnya.

Tangis Yura tambah pecah, oh ia sangat bersyukur ada orang sebaik Irene dan Sehun. "Dimana saudaramu? Aku harus berterimakasih pada kalian."

Unknown HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang