"Oke, jadi ada 3 kandidat disini, Kim." Ujar Seulgi menunjuk layar tablet nya.
"Pertama ada putri dari YG company yang juga gila kerja seperti dirimu. Lalisa Manoban lebih muda dua tahun, kesehatan vital baik, pernah menggugurkan kandungannya saat kelulusan SMA, latar belakang pendidikan tidak terlalu baik–tapi nilainya tertolong dengan menyuap para guru, pemberontak, gadis—ralat maksudku wanita yang nakal dan binal dalam urusan ranjang dan—" Seulgi menoleh ke Taehyung yang justru sibuk dengan ponselnya sendiri.
"Baca saja sendiri, aku menyarankan kandidat nomor tiga." Ujar Seulgi melempar pelan tablet nya di dada Taehyung, mengalihkan atensi Taehyung dari ponselnya.
Taehyung mendesah lelah. "Apa kau mau kekasihmu ini jadi milik orang lain nanti 'hm?" Tanyanya, lalu menarik tangan Seulgi yang hendak pergi lantas mendudukkan Seulgi di pangkuannya.
"Mau tidak mau, akhirnya kau tidak akan menjadi milikku Kim." Seulgi membuang muka, menghindari wajah Taehyung yang mendekat hendak menciumnya.
"Aku hanya menginginkanmu." Taehyung menangkup wajah Seulgi dengan kedua tangannya memandangi sekertaris sekaligus kekasihnya dengan lekat-lekat.
"Hentikan Kim, jangan sampai perusahaan merugi. Cepat tentukan pilihan mu." Ujar Seulgi bangkit kemudian pergi.
Taehyung mendesah lelah kemudian membaca profil 3 kandidat calon pasangannya. Ya, dia ingin melamar salah satu dari ketiganya. Tak akan ada yang mau menolak Taehyung dengan paras tampan dan kesuksesan gemilang nya di usia muda, tapi Taehyung harus memilih orang yang benar-benar menguntungkan karena perusahaan miliknya kehilangan 50% persen saham akibat salah satu teman yang sudah dipercayai nya menghilang membawa puluhan juta uang, dan merusak citra perusahaan dengan kasus narkoba yang tidak pernah Taehyung bayangkan.
Taehyung menggeser-geser layar tablet tersebut, ada yang menarik perhatiannya. Park Irene putri dari pemilik perusahaan raksasa di Korea, Park Company.
Taehyung bangkit menyusul Seulgi di ruang makan lalu bergabung untuk makan malam. "Sudah kuputuskan, Park Irene sepertinya akan cocok denganku."
"Kandidat nomor tiga, ya? Dia yang terkaya memegang saham paling besar dalam perusahaan, umur ayahnya tidak banyak—dan sebentar lagi perusahaan akan jatuh padanya. Yah, maksudmu cocok begitu 'kan?" Seulgi tersenyum.
"Benar. Aku hanya membutuhkan uang mereka toh." Ujar Taehyung lalu meneguk segelas vodka.
"Great." Seulgi tersenyum tanpa Taehyung sadari.
── ⌑ ──
[Seminggu setelah Taehyung melamar Irene dan disetujui oleh Tuan Park.]
"Yak Park Irenee! Kau akan menikah yaa! Gila! Aaaa!"
"Hei gila, jangan berteriak, suaramu benar-benar jelek." Ujar Irene memutus panggilan telepon. Terlalu malu karena ia sedang di lobi perusahaan Taehyung dan pembicaraan di telepon tadi membuat beberapa karyawan menoleh.
"Irene-ssi? Maaf membuatmu menunggu, mari kita berangkat. Tuan Kim ada rapat mendadak jadi ia menyuruhku untuk mengantarmu memilih gaun pernikahan." Ujar Seulgi tersenyum ramah.
"Oh begitu, baiklah." Irene bangkit dari duduknya mengekori Seulgi ke tempat parkir kantor. Melewati ruang rapat Taehyung, sekilas Irene melihat Taehyung sedang menjelaskan sesuatu di layar proyeksi dengan memakai kacamata dan kelihatan sangat profesional.
"Tunggu apa hanya kita berdua?" Ujar Irene saat Seulgi hendak masuk ke kursi kemudi.
"Iya, supir pribadi Tuan Kim sedang sakit sejak dua hari yang lalu. Aku minta maaf untuk ketidaknyamanannya.." Seulgi sedikit canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Husband
FanfictionSetelah terbangun dari koma selama 5 tahun, Irene mendapati jari manisnya telah terpasang cincin. Tak hanya itu saja, seorang pria asing dengan suara baritone-nya selalu menemaninya di awal dan penghujung hari tanpa memberi kejelasan akan identitasn...