Patah hati boleh, tapi jangan sampai terpuruk juga.
_Aldara_
....
Sepulang sekolah, bukannya langsung pulang ke rumah, Dara malah lebih memilih untuk bertendeng ke apartemen sepupunya. Katanya jika ia pulang ke rumah, bukannya membaik, moodnya kemungkinan besar akan semakin memburuk. Karena di sana ada si Mama Singa juga si Bocil yang akan selalu mengganggunya dengan ini itu.
"Dar, bisa nggak sih lo duduknya normal aja," cibir Sarah melihat tingkah sepupu merangkak menjadi musuhnya itu yang duduk, ralat berbaring tepatnya, dengan kedua kaki lurus di sandaran sofa sementara punggunnya merebah dengan kepala yang menjulur ke lantai dan tangannya sibuk menyuap Apel berwarna hijau ke mulut. Benar-benar sengklek!
"Sar, gua lagi badmood ini, hibur kek apa kek. Jangan malah dibentak-bentak," ujar Dara kemudian kembali menggigit apel dan mengunyahnya dengan brutal.
Memutar bola mata malas, Sarah berkata, "gua juga liat lo kek gini, tiba-tiba mood gua jadi berantakan." Gadis itu memukul pelan paha sahabatnya, "pulang sana!" usirnya dengan terang-terangan, yang semakin membuat Dara jengkel karena bukannya menghibur sahabatnya itu malah mengusirnya dengan kasar. Sialan memang!
"Dasar tidak berprikesesepuan dan kepersahabatan."
"Hilih, ngiming ipi sih li?" cibir Sarah begitu mendengar ucapan Dara yang alih-alih mengatakan berprikesepupuan dia malah berkata berprikesesepuan. Emang dikira mereka ini sesepuh?
"Pulang sana, belajar ngomong dulu baru balik lagi ke sini."
Dara menggeleng, "biarin gua di sini dulu Sar," rengeknya seperti anak kecil yang keinginannya tidak dituruti, yang tanpa sadar telah membuat Sarah berkeinginan untuk mencekiknya saat itu juga. Sahabatnya ini, sudah dibilang jangan suka sama si Julian fuckboy karena pasti seperti ini hasilnya. Mau marah karena cemburu, mereka tidak memiliki hubungan apapun selain sebagai teman, dibiarkan juga pasti rasanya nyesek banget. Diam-diam Sarah menghela nafas berat, mencoba meredakan emosinya.
"Yaudah terserah lo aja, gua mau tidur dan lo jangan ngganggu!" peringat Sarah kemudian berjalan menuju kamarnya untuk berhibernasi.
Sementara Dara yang ditinggal sendiri, malah tidak mengindahkan ultimatum yang diberi oleh Sarah, gadis itu justru berteriak menyebut berbagai nama hewan yang terlintas di kepalanya sambil diselingi makian kepada Kaira yang kemungkinan telinganya sudah memanas sekarang.
Sedang Sarah yang mendengar teriakan menggila dari sepupunya lantas ikut berteriak dengan kesal, "ALDARA!"
🐬🐬🐬
Kini Dara sudah tiba di rumah, dengan wajah tertekuk sempurna.
Setelah insiden pengabsenan nama-nama hewan tadi, Sarah yang sudah masuk kamar dan berniat tidur, malah kembali lagi ke ruang tamu dengan raut wajah yang sudah menyerupai Singa, sedang Dara yang masih pada posisi abnormalnya hanya mampu meneguk ludah dengan kasar, karena perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Ia seperti melihat Malaikat maut yang bersiap mencabut nyawanya saat itu juga.
Sambil menyengir lebar Dara bangkit dari tidurnya dan segera menghadap ke arah Sarah. "Eh Sarah, lo keganggu ya? Sorry gua lupa, hehehe." Gadis itu terkekeh garing sambari menggaruk tenguknya yang tidak gatal.
Sedang Sarah yang sudah kepalang kesal dengan tingkah sahabatnya, tanpa mengatakan apapun ia langsung menarik paksa lengan Dara, menyeretnya sampai keluar pintu, dan bahkan ia tidak segan menendang bokong gadis itu hingga ia mengaduh kesakitan.
Sambil menghela nafas kasar, Dara segera masuk ke kamar dan melempar asal tasnya, ia bahkan tidak peduli dengan si Bocil yang terus mengikutinya sambil berceloteh panjang lebar.
"Kakak kenapa?" Pertanyaan pertama yang Bocil lontarkan, terhitung sejak menginjakkan kaki di dalam kamar bernuansa k-pop ini, yang Dara abaikan, dengan cara pura-pura memejamkan mata. Tetapi sepertinya adiknya itu memiliki banyak pertanyaan, karena meskipun sudah diabaikan dia masih saja tetap berceloteh ini itu.
"Kakak tidak lupa pelmenku kan?" Aras nama bocah laki-laki itu, mengikuti Dara naik ke tempat tidur, bahkan tangan kecilnya sudah bertengger dikedua mata sang kakak dan dengan beraninya memaksa kedua kelopak mata itu untuk terbuka. Sejujurnya ia juga kesal karena sedari tadi kakaknya itu sama sekali tidak menanggapi satupun pertanyaannya.
"KAK DALA! TIDAK LUPA PELMENKU KAN?!" Aras berteriak dengan keras di depan mata sang kakak hingga membuat gadis itu spontan memundurkan wajah kaget. Dan saat itulah Dara sadar bahwa rambutnya kini sudah dipenuhi dengan kubangan iler, yang bisa ditebak siapa penyebabnya.
"Bocil, bocah tengilll!"
Dara bangkit dari tidurnya dan langsung mengejar Aras yang sudah lebih dulu berlari ke luar ketika dirinya tadi sedang berteriak meratapi rambutnya. Bocah itu benar-benar bisa memanfaatkan keadaan.
"Bocil sini lo!" teriak Dara yang berusah mengejar sang adik yang sudah berlari ke arah dapur mencari perlindungan.
"Mama! Kak Dala mau pukul Alas!" adu bocah itu kepada Ratih.
Sementara Ratih yang tidak mengerti hanya mengerinyitkan dahi bingung, menatap anak bungsunya yang ngos-ngosan dengan wajah gelisah. Dan belum sempat ia mengajukan pertanyaan, Dara sudah muncul dengan wajah memerah sambil menatap ke arah Aras yang langsung bersembunyi di belakang punggung sang Mama.
"Bocil jangan sembunyi lo!" panggil Dara sekali lagi sambil berusaha meraih tangan Aras yang terus menghindari jangkauannya.
"Ma tolongin Alas," bisik Aras kepada Ratih, ia benar-benar takut terkena slepetan maut kakaknya. Bisa-bisa pantatnya yang buncit itu langsung mengempes, akibat disasar Dara.
"Kalian kenapa lagi sih?" Ratih menarik kedua lengan putrinya, agar tidak lagi bergerak liar dan berusaha mencelakai sang adik. Lagipula wanita paruh baya itu sudah cukup jengah melihat pertengkaran kedua anaknya yang berbeda usia sangat jauh itu.
"Itu mah, masa rambut aku diilerin Aras. Mana mulutnya tuh bocah tengil busuk banget lagi, kek Naga." Dara masih berusaha melepaskan diri dari cengkraman Ratih, tentu saja karena ia masih merasa kesal dengan adik laknatnya yang saat ini sedang berdiri di belakang sang Mama dengan tampang seolah dirinyalah yang dirugikan.
"Hush, kamu ngomong apa sih? Gitu-gitu, Aras tetep adek kamu."
"Tapi Mah rambut aku ...."
"Udah-udah mending kamu mandi aja sana! entar juga bersih," ujar Ratih kemudian ketika dirasa keadaan sudah terkendali perlahan ia melepaskan cekalannya, dan kesempatan itu langsung digunakan oleh Dara untuk mendaratkan satu pukulan maut ke lengan sang adik. Kemudian setelahnya ia langsung berlari ke luar sambil tertawa jahannam. Sedang Ratih ia hanya mampu menggeleng, ketika menyadari bahwa perkiraannya salah dan kini putra bungsunya sudah memasang ekspresi cemberut bersiap untuk menangis.
Awalnya Dara berfikir jika moodnya akan memburuk seharian ini. Tapi ternyata ia salah, cukup dengan membuat Aras menangis maka moodnya akan kembali naik.
Inilah salah-satu keuntungan mempunyai adik.[Bersambung]
Typo bertebaran
Jangan lupa mampir juga ke cerita aku yang judulnya Rangga Irwana, biar bisa sekalian kenalan sama anak-anak Bellatrix.
Salam dari Rangga Irwana, Alphanya Bellatrix
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love
Teen Fiction"Lo ... mau nggak jadi pacar gua?!" Karena terlalu gugup Dara tanpa sadar berteriak keras. Sedang cowok bersepatu convers itu hanya dapat mengerjapkan mata terkejut atas tindakan gadis di depannya ini barusan. Apa baru saja ia ditembak? Oleh seoran...