Senjata untuk masa depan

10 2 0
                                    

....

Karena bosan di rumah Dara memutuskan untuk keluar, mencari udara segar, sekalian membeli persediaan apel yang memang sudah tinggal sedikit.

Gadis itu saat ini mengenakan dress chello selutut berwarna navy, yang membuat betis putih mulusnya terekspos dengan jelas. Sementara rabut yang sudah ia tata bergelombang, dibiarkan tergerai ke punggung yang membuat penampilannya terlihat semakin segar. Oh dan jangan lupakan sepatu sneakers berwarna putih, yang menjadi pelengkap.

Baru saja Dara membuka pintu ketika tiba-tiba didapatinya sang adik yang sudah berdiri di sana dengan pandangan bingung yang tertuju kepadanya

"Kakak mau kemana?" tanya Aras, tatkala menemukan kakaknya yang sudah terlihat lebih rapi dari sebelumnya. Namun bukannya menjawab, Dara justru langsung melongos pergi mengabaikan sang adik yang kini sudah mengekor di belakangnya. Benar-benar seperti anak ayam.

"Kak Dala mau pelgi ya? Alas ikut."

"Nggak boleh!" selorohnya cepat.

Adiknya itu jika dibiarkan ikut, pasti akan sangat merepotkan. Dia akan meminta dibelikan ini itu, dan jika tidak dituruti maka ia akan langsung nangis kejer. Kan malu-maluin banget.

"Alas ikut." Anak itu mulai merengek, sambil menarik-narik lengan sang kakak, bahkan ia sudah menampilkan poppy eyesnya yang membuat siapapun tidak tahan untuk mengarunginya dan dibawa pulang.

"Alas bosen di lumah telus."

Dara mengerutkan alis was-was, sambil terus memberikan dirinya peringatan agar tidak tergoda oleh buaian keimutan sang adik. Jika dianimasi mungkin saat ini dahi Dara sudah dipenuhi dengan keringat.

"Enggak bisa Cil!"

"Tapi kak, Alas bosen. Alas mau ikut." Aras masih merengek sambil menyentak-nyentak pelan tangan Dara yang berada dalam genggamannya.

"Tapi ...."

Gadis itu menggigit bibir, tidak kuasa melanjutkan ucapannya, sejujurnya dia juga kasian dengan adiknya ini yang seharian hanya terkurung di dalam rumah, karena belum bisa pergi sendiri sebab masih kecil.

Menghela nafas pasrah, Dara kemudian mengangguk pelan yang langsung dihadiahi dengan pekikan senang oleh Aras.

"Buruan siap-siap, nggak pake lama. Kalo lama gua tinggal!" peringat Dara kepada sang adik. Yang dibalas dengan gerakan hormat.

"Aye aye captain."

Setelah mengatakan itu, Aras lantas segera berlari menuju kamarnya sendiri yang sebenarnya bersebelahan dengan kamar milik Dara.

Hampir sepuluh menit berlalu, Aras belum juga keluar dari kamar yang membuat Dara geram setengah mati.
Ia bahkan sudah menscroll beranda facebooknya dua kali tapi adiknya itu belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Ck, si bocil tidur keknya lama banget." Dara berdecak sambil menaruh ponsel di sampingnya dan bersiap untuk berdiri. Barang kali adiknya itu memang ketiduran.

Tapi belum juga ia melangkah, suara cempreng khas bocah itu berhasil mengintrupsi pergerakannya. Dan kini pandangan Dara terpaku pada satu objek yaitu Aras.

Penampilan bocah itu sangat berbeda, ia terlihat mengenakan kemeja panjang berwarna biru yang digulung hingga siku, dengan bawahan celana jins berwarna cokelat yang terlihat sepadan dengan sepatu abu-abu bersoll putih yang ia kenakan. Rambut yang biasanya berantakan kini sudah terlihat begitu rapi karena disisir secara menyamping. Dan sebagai pemanis, Aras juga terlihata mengenakan jam tangan hitam di tangan kirinya. Hingga membuatnya terlihat semakin tampan sekaligus menggemaskan.

Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang