4| Gitu ya, Nay

121 13 1
                                    

Ruka

Terhitung satu bulan sudah semenjak Naya chat gue dan bilang minta maaf. Ada sedikit kemajuan, yaa... Walaupun nggak maju-maju amat sih.
Cuma Naya sekarang udah bisa bales chat gue tanpa gue spam dan teror lewat telepon. Pernah juga beberapa kali kita sempet jalan bareng, yang berakhir ngga pernah sesuai ekspetasi gue. Karena Naya selalu nyuruh Adi dan Dhanu buat ikut. Yang kemudian kita selalu jalan ber-empat.

Satu bulan sudah juga gue sekolah di sini, di SMA Gold Garuda. Gue juga udah lumayan kenal sama lingkungan sekolah dan murid-muridnya. Bahkan gue hapal siapa aja nama yang dagang di kantin sekolah.

Hari ini, ada pelajaran olahraga. Tapi beruntungnya, gurunya nggak masuk. katanya,istrinya mau lahiran. Buat kelas gue jadi free dan gue memanfaatkan kesempatan itu dengan baik. Kebetulan kelas gue sama Naya sebelahan, jadi gue memutuskan untuk duduk di depan kelasnya bareng Adi dan Dhanu sambil nunggu jam istirahat datang.

Gue dan Adi sedang mendengarkan curhatan Dhanu yang perasaanya ditarik ulur terus oleh Clarissa, yang gue tau adalah mantan pacarnya, dan putus karena gara-gara menurut Clarissa, Dhanu terlalu baik untuknya. Yang gue pikir itu adalah cuma cara halus dan munafik untuk memutuskan hubungan. Ya karena, kalau Dhanu terlalu baik buat Clarissa, kenapa Clarissa juga nggak bisa menjadi baik buat Dhanu?

"Maksudnya Clarissa itu apa sih?! Kenapa dia harus dateng lagi ke gue, di saat gue udah mulai lupain dia. Kenapa hah kenapa?!. Kesel deh gue"

"Perasaan gue tuh bukan layang-layang ya, yang bisanya cuma ditarik ulur doang." Curhatnya dengan kesal.

"Udah lah,Nu. Yang penting kan nggak lo respon lagi si Clasrissa nya, nanti juga dia bakal cape sendiri kalau lo cuekin terus." Adi menepuk-nepuk pundak Dhanu menenangkan, karena mungkin bosen juga denger dia udah ngomong Clarissa Clarissa terus dari satu minggu yang lalu. Sedangkan gue hanya mengangguk menyetujui ucapan Adi.

"Yaiya! Udah gue nggak respon dia lagi, tapi kenapa tuh dia suka chat gue terus. Mana so perhatian, cih. Bikin gue baper lagi aja. Lama-lama gue kan luluh lagi." Dhanu terus mencibir sambil menarik rambutnya frustasi. Yang bikin gue ikut meringis merasa prihatin.

"Iya Nu, Iya. Gue ngerti kok. Mending sekarang lo nyari cewek lain aja dah, lo nggak liat noh banyak adik kelas cantik yang lirik-lirik lo." Kata gue sambil menunjuk ke salah satu gerombolan ciwi-ciwi yang gue duga adik kelas.

"Tapi masalahnya, cuma Clarissa doang yang bisa ngertiin gue, tanpa gue cerita, dia udah tau gue kenapa." Keluhnya sambil memasang wajah melas.

Dhanu ini adalah tipe cowok yang menerapkan #selflove. Kalau sekiranya itu nyakitin buat dia ,ya tinggalin. Kenapa juga harus diperjuangin. Dan sekarang dia bingung sama perasaan dirinya sendiri. Gue paham sih, di satu sisi dia emang masih sayang sama Clarissa, tapi di sisi lain dia juga sayang sama dirinya sendiri dan nggak mau patah hati untuk kedua kalinya apalagi dengan orang yang sama. Karena katanya; mencintai adalah seni sederhana untuk menyakiti diri sendiri.

"Wah!" Adi terkejut lebay bahkan sampai menutup mulutnya pake tangan. Bikin gue jadi ngakak.

"Berarti Clarissa cenayang dong! Hebat banget emang Clarissa, gue juga mau dong cewek kayak dia satuuuu aja" lanjutnya dengan sarkas.

Dhanu menoyor Adi, "Ya nggak gitu juga maksud gue anjirrr"

"Nih ya, Clarissa itu cewek satu-satunya yang paling mengerti gue. Kalau gue salah, dia nggak pernah menjudge gue atau memperbesar-besarkan masalah. Dia cuma bakal bilang 'Gapapa, lain kali jangan kayak gitu lagi ya' Tuh! coba gimana gue nggak bisa ngelupain dia hah?!" Tanyanya dengan meledak-ledak

"Ya kalau gitu, kenapa lo nggak ajak dia balikan lagi?. Kalau lo berdua masih sama-sama sayang mah"

"Ya gue gengsilah, udah gue di putusin, minta balikan lagi. Mau di taro di mana muka gue anjirrr, di lubang pantat Batman gitu?!"

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang