Minggu siang pukul setengah satu, Haruto memarkirkan mobilnya di salah satu coffee shop dekat apartemen tempatnya tinggal.
Ia barusaja pulang dari tempat gym dan sedang ingin sepotong chocolate cake dengan full whipped cream, juga segelas ice americano dengan banyak es batu usai tenaganya terkuras habis karena latihan angkat beban.
Setidaknya, begitu niatnya kala masuk kedalam coffee shop, sebelum akhirnya menemukan seseorang yang cukup familiar kini membaca buku di sofa bagian dalam coffee shop yang cukup sepi.
Diatas mejanya, terdapat ice chocolate dan sepotong cheese cake yang belum tersentuh sedikitpun diatas piring kecil dan diletakkan jadi satu diatas nampan kayu.
Haruto duduk di sofa lain dengan jarak dua meja jauhnya. Sengaja memberi ruang selagi memperhatikan bagaimana raut serius sosok yang kini membaca buku tersebut.
Cukup menarik dimata Haruto, mengingat dirinya sendiri tidak begitu suka membaca dan tidak begitu mau meluangkan waktunya untuk membaca. Maka, melihat seseorang yang membaca buku dengan begitu serius menarik perhatian Haruto.
Waktu berlalu cukup tenang, Haruto menikmati chocolate cake pesanannya juga segelas americano dingin yang mengalir menuju lambungnya.
Sebenarnya, sepintas keraguan sejenak hinggap dibenak Haruto sedari tadi. Kebimbangan harus menyapa lebih dulu atau menunggu sosok yang sibuk membaca menyadari kehadirannya lebih dulu.
Begitu terus, hingga sosok yang sedari tadi menjadi pusat pandangan Haruto meletakkan jarinya sebagai pembatas buku sejenak untuk menyeruput ice chocolate yang gelas kacanya sudah berembun begitu banyak dibagian luarnya.
Sosok tersebut sejenak tersentak, lalu lebih dulu mengangguk sambil tersenyum, menyapa Haruto yang jarak sofanya tak begitu jauh.
Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, Haruto memberanikan diri membawa pesanannya yang tersisa sebagian diatas nampan menuju kursi seseorang yang barusaja menyapanya.
"Dari tadi?" Sapa sosok tersebut, membereskan beberapa buku tebalnya yang tadi sempat memenuhi meja, lalu memindahkannya keatas ransel yang tergeletak diatas sofa agar ada ruang untuk nampan Haruto.
Haruto mengangguk, "Sejaman mungkin?" Katanya menebak waktu. "Sendirian aja lo, Woo? Nggak sama Asahi?" Lanjut Haruto bertanya.
"Kak Sahi sama Kak Jaehyuk lagi nggak dirumah. Abis nyiapin sarapan, mereka pergi kerumah Kakek Neneknya Kak Sahi." Katanya. "Lo darimana? Tasnya keliatan berat banget," Tanya Jeongwoo, sosok yang sedari tadi Haruto perhatikan.
"Ngegym, isinya baju kotor doang sama sepatu," Ujar Haruto tenang.
Jeongwoo mengangguk mengerti, tangannya yang menganggur menyuapkan satu sendok kecil cheese cake kedalam mulutnya. "Mau cheese cake nggak?" Tawarnya pada Haruto.
Yang ditawari menggeleng, "Gue sukanya yang manis-manis. Kayak kur cokelat yang gue pesen sekarang, whipped creamnya penuh," Ujar Haruto menunjuk kuenya dengan telunjuk.
Jeongwoo tertawa renyah, "Diabetes mampus lo," Ejeknya bercanda.
Haruto balas tertawa, "Dari jam berapa lo disini?" Tanya Haruto memulai percakapan.
Malu-malu Jeongwoo tersenyum, "Jam setengah sepuluh?" Jawabnya ragu.
Haruto memasang wajah kagetnya, "Ngapain aja dari jam setengah sepuluh? Bantuin yang punya coffee shop?" Tanyanya heran.
Jeongwoo mengangkat buku yang ia bawa, tampak judul The President's Daughter dibagian depan buku, "Baca buku?" Jawabnya lagi.
"Serius? Lo baca buku di coffee shop dari jam setengah sepuluh sampai jam setengah dua? Kuat banget?" Tanya Haruto kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remuk Redam (Jaesahi/Hasahi/Hajeongwoo)
FanfictionRutinitas yang berputar begitu saja menjadikan apa-apa yang seharusnya indah jadi membosankan. Yang tadinya dilalui dengan suka cita, kini dihabiskan dengan penuh luka. Asahi X Jaehyuk X Haruto bexgonisaur's proudly presents Remuk Redam Start 26-06...