"Seoul ucapkanlah Selamat Datang padaku..."
Jaemin menginjakkan kakinya disini untuk pertama kalinya, wajahnya terlihat sangat senang. Ternyata tempat yang semalam ia takutkan untuk ditinggali, begitu indah.
Begitu jauh dari bayangannya yang menakutkan. Apalagi dia harus tinggal disini sendirian, jauh dari ibunya karena tuntutan pekerjaan.
"Ibu benar, aku pasti bisa hidup disini walaupun sendirian."
Ia kemudian menuju satu rumah untuk ia tinggali, meskipun sederhana ia bersyukur karena bosnya tidak mengingkari janjinya, apa jadinya jika dia disana harus mencari-cari tempat tinggal?
Setelah masuk ia segera merapikan barang yang ia bawa, meskipun rumah itu perlu ia bersihkan sedikit.
Lelaki itu kemudian berbaring seraya mengecek ponselnya, melihat galeri dan memerhatikan foto seseorang disana.
"Gyul. Seandainya aku kaya, mungkin kau tidak akan membuangku dan memilih lelaki itu kan? Padahal aku tak pernah membuatmu menangis."
Jaemin melemparkan ponselnya kesal, "Aku lapar, aku harus mencari tempat murah untuk membeli makanan."
...
Lain Jaemin, lain juga dengan kehidupan seorang pria tampan yang kini tengah berkutat di dapur, keringat membasahi keningnya bahkan ia masih lengkap memakai kemeja kerjanya.
"Papa omulicenya belum? Icung lapel."
Seorang anak kecil berusia sekitar 4 tahun menghampirinya, menarik-narik celana pria itu agar segera menyelesaikan memasaknya.
"Jisungie duduk dulu, tunggu sebentar."
"Papa..."
"Sabar sayang, Papa sedang berusaha."
"Papa payah."
"Astaga ini gosong, aku harus membuat lagi. Tunggu nak."
Anak itu tampak kesal dan keluar dari dapur, tidak peduli pada Papanya yang masih 'berjuang' membuatkan omurice yang katanya mirip dengan masakan Mamanya.
"Daegal ayo pelgi ke lumah Mama, kita bangunin Mama bial macakin omulice yang enak buat kita."
Guk guk
Anjing kecil itu mengikuti anak itu yang bernama lengkap Lee Jisung, bahkan anak itu memakai sandalnya terbalik, entah mereka ingin kemana, yang jelas pria yang bernama Lee Jeno itu tidak sadar jika anaknya keluar bersama peliharaannya.
Jeno sudah menyelesaikan masakannya, meskipun omurice itu terlihat tidak menarik, semoga saja anaknya mau memakan masakan buatannya.
"Jisungie, Papa sudah selesai."
Tidak ada jawaban dari anaknya, Jeno lantas segera keluar dari dapur dan mencari anaknya namun tidak ada.
"Jisungie jangan bersembunyi, ayo makan. Papa ingin istirahat sudah lelah."
Tetap tidak ada jawaban sampai Jeno menyadari pintu rumahnya terbuka.
"Tidak mungkin!"
...
"Daegal lumahna Mama mana yaa, Icung capek."
Guk guk
Hanya itu yang dijawab oleh anjing kecil itu, Jisung sudah berada jauh dari rumahnya, mencari 'rumah sang Mama' yang sempat ditunjukkan Papanya.
Anak kecil itu serasa yakin jika jalan yang dilaluinya itu adalah tempatnya menuju rumah Mamanya.
Jisung hampir saja menyerah saat matanya melihat seorang yang tengah ia cari, anak itu berlari cepat namun langsung terjatuh karena sandal yang ia pakai terbalik membuatnya susah berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku | NOMIN
FanfictionBerawal dari seorang anak yang memanggil Jaemin Mama. Pertemuan mereka terus berlanjut, membuat lelaki manis itu terjebak dalam sebuah takdir yang tak pernah ia duga. Walaupun menyangkalnya, takdir itu menariknya masuk ke dalam keluarga kecil ini.