Jeno sudah berada dalam mobilnya setelah kepergian Jaemin beberapa menit yang lalu untuk mengantarkan anaknya, sekilas ia melihat pipinya di spion yang tampak memerah.
"Ini sebenarnya kenapa?" Jeno segera mengingat-ingat apa yang dilakukannya semalam.
Sebenarnya ia tidak berniat untuk mabuk, tapi tiba-tiba saja dia merindukan istrinya sampai tidak sadar sudah minum banyak.
Samar-samar ia mengingat saat Jaemin datang ke dapur dengan polosnya, kemudian ia yang tiba-tiba menghampiri lelaki itu, lalu mencium bahkan mengigitnya sampai ia baru menyadari pipinya merah karena apa.
"Astaga! Jadi semalam itu?!" Jeno langsung membentur-benturkan kepalanya.
Bagaimana ia bisa melupakan hal yang memalukan seperti semalam pada temannya? Apalagi dia menuduh Jaemin ceroboh, padahal yang ceroboh itu dirinya.
Pantas Jaemin bersikap aneh padanya, ingin ditaruh dimana wajahnya jika nanti bertemu dengan lelaki manis itu?
Jeno kemudian melajukan mobilnya, sebari memikirkan apa yang akan dia lalukan nanti, walau bagaimanapun dirinya harus minta maaf, apalagi bibir Jaemin sampai terluka seperti itu.
...
Jaemin terkekeh saat mendapati Jisung dan Daegal tengah duduk dekat jendela, apalagi cara duduk Jisung yang menggemaskan, sepertinya anak itu menunggunya selesai beres-beres.
Sore ini mereka akan pergi untuk berjalan-jalan, tentunya tidak berdua, melainkan dengan Jeno yang akan menyusul setelah pulang bekerja.
Tiba-tiba saja siang tadi Jeno menghubunginya dan memintanya untuk mengurus Jisung.
Jisung menoleh menyadari kedatangan Jaemin, bahkan anak itu nyaris terjatuh, untungnya lelaki manis itu segera menggendongnya.
"Umm~ Mama halum~"
"Babynya Mama juga halum dan tampan." Jaemin menirukan cara bicara Jisung yang cadel.
Jisung mencium bibir Jaemin begitu gemas, "Poppo buat Mama, abisna Mama uda nda poppo Icung lagi. Jadina icung poppo duluan hihi."
Jaemin tersenyum dibuatnya, mungkin Haneul sering begitu pada Jisung, ia tidak keberatan jika melakukannya.
Entah kenapa dirinya menjadi sangat sayang pada anak itu, padahal sebelumnya biasa saja bahkan dipanggil Mama saja ia merasa aneh. Mungkin karena sekarang sudah terbiasa dan nyaman dipanggil Mama.
"Mama lamun-lamun, ayo belangkat jalan-jalan!"
Guk guk
Daegal berputar di kaki Jaemin, lelaki manis itu kemudian berjongkok.
"Daegal dilumah aja, nanti Mamanya cape kalo gendong Daegal juga, kata Papa, Mama ngga boleh cape-cape."
Untuk kesekian kalinya Jaemin terkekeh dan tak kuasa mencubit pelan pipi anak itu karena gemas.
Jaemin kemudian menggendong Daegal dan memasukkannya ke kandang, "Baik-baik di rumah, kita tidak akan lama."
...
Jeno terpaku sesaat melihat sosok manis sekaligus cantik yang tengah menggendong puteranya, apalagi saat lelaki itu tersenyum ke arahnya dan melambaikan tangan.
Jeno kemudian menggelengkan kepalanya, Jaemin tetaplah temannya bukan Haneul, dirinya jangan berpikiran macam-macam.
"Sudah lama menunggu? Kenapa tidak menelponku jika kau sudah sampai." Jaemin segera duduk di kursi depan Jeno, keringat tipis terlihat di dahi lelaki manis itu, sepertinya buru-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdirku | NOMIN
FanfictionBerawal dari seorang anak yang memanggil Jaemin Mama. Pertemuan mereka terus berlanjut, membuat lelaki manis itu terjebak dalam sebuah takdir yang tak pernah ia duga. Walaupun menyangkalnya, takdir itu menariknya masuk ke dalam keluarga kecil ini.