Chapter 3

12.3K 1.5K 74
                                    

Hari sudah beranjak malam, Jeno membuka kompres demam dan menempelkannya di kening Jaemin, tadi saat ia menelpon lelaki itu, ia curiga terjadi sesuatu padanya, tanpa ragu lagi Jeno akhirnya mendatangi rumah Jaemin yang terbilang sangat sederhana.

Benar saja, lelaki manis itu sedang meringkuk di lantai, wajahnya begitu pucat dengan suhu tubuh yang sangat tinggi. Padahal saat terakhir bertemu dengan pemuda itu, dia masih terlihat normal.

Sekilas Jeno melirik pada anaknya yang kini tengah tidur memeluk lengan Jaemin, sepertinya anak itu lelah setelah lama menangis, bahkan saat tidur dia masih terlihat senggukan.

Jeno merasa Jisung rewel seperti itu karena rindu dengan pemuda yang mirip dengan istrinya itu.

Walau terdengar aneh, antara Jaemin dan Jisung seperti ada ikatan batin. Jika Jisung tidak menangis, mungkin ia juga tidak akan tahu Jaemin tengah sakit.

"Tuhan, apakah engkau kirimkan Na..."

"Hmm haus."

Jeno langsung menoleh ke arah Jaemin yang kini terbangun, sesegera mungkin ia mengambil air minum dan memberikannya pelan-pelan pada lelaki manis itu.

"Jangan dulu bangun, badanmu masih sangat panas."

"Jen-Jeno? Bagaimana bisa? Jam berapa ini?"

Jeno meraba leher Jaemin, "Nanti ku ceritakan, badanmu benar-benar masih panas. Kau makanlah dulu, biar nanti minum obat."

Jaemin hanya mengangguk.

Keduanya saling diam, bahkan saat Jeno menyuapi Jaemin. Suasana canggungpun dirasakan keduanya.

"Maaf jika buburnya tidak enak, aku tidak bisa memasak."

"Ini sudah enak, terimakasih... terimakasih sudah banyak membantuku."

Jeno tersenyum kemudian, "Ini hanya kebetulan saja, tidak sebanding dengan bantuanmu itu."

"Kau masih mengingat-ingat itu?"

"Tentu saja, Jisung adalah hidupku. Apapun akan kulakukan untuk anakku, sekalipun nyawaku. Jika saat itu Jisung tidak ditemukan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya."

Jaemin kembali mengangguk dan mengusap rambut Jisung, "Jujur saja aku tidak bisa terlalu dekat dengan anak kecil, tapi melihat anakmu ini, rasanya berbeda."

"Ah aku sampai lupa kau sedang sakit, minumlah obatnya biar aku bantu, setelah itu istirahat lagi."

Jeno membukakan obat untuk Jaemin, "Jen, biar aku saja yang melakukannya, aku bisa sendiri."

"Kau yakin?"

"I-iya aku yakin, berikan obatnya."

Jeno memberikan obat pada Jaemin, lelaki manis itu langsung meminumnya dengan mudah dan cepat.

"Sekarang minumlah obatnya, agar istriku yang cantik ini cepat sembuh." Jeno menyiapkan beberapa obat ditangannya.

"Kenapa obatnya sangat besar, aku tidak bisa menelannya."

"Ini kecil sayang, minumlah pelan-pelan."

"Bisakah aku tidak meminumnya? Ini pasti pahit~"

Jeno terkekeh, "Sekarang buka mulutnya, ayolah. Mamanya Jisung  yang cantik ini ingin sembuh bukan?"

"Iya~ Aaa~"

"Jeno? Jeno kau melamun?" Jeno langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Jaemin, baru saja ia teringat istrinya.

"Sudah selesai? Berikan padaku gelasnya."

Takdirku | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang