Chapter 8

9.7K 1.1K 240
                                    

Suhu tubuh Jisung semakin tinggi, anak itu sampai mengalami kejang namun segera Nyonya Lee atasi.

"Jeno ponselmu berbunyi, angkat saja."

"Tidak Ma, biarkan saja mungkin dari sekretarisku."

Jeno mengganti baju Jisung yang basah, dia khawatir terjadi sesuatu dengan anaknya.

"Tapi sudah berkali-kali sejak tadi nak."

Jeno mengambil ponselnya, "Ini Mark, aku akan menghubunginya dulu sebentar."

Jeno lantas keluar dari kamar anaknya dan menghubungi sahabatnya itu.

"Astaga, Jen 5 menit lagi kuhubungi. Jaemin sedang kesakitan."

"Kau bilang apa? Jaemin kesakitan? Dimana?"

Mark tidak mematikan sambungannya dengan Jeno karena panik.

"Dokter adik saya kesakitan di ruangan xxx cepat Dokter!"

"Baiklah, tunggu sebentar."

"Eh Jen kau belum mematikan telponmu?"

"Belum, dimana Jaemin sekarang?"

"Dia di Rumah Sakit Neo, cepat datang kesini Jen. Aku matikan dulu."

Jeno tampak kesal, kenapa mudah sekali orang-orang mematikan sambungan sepihak seperti ini. Yang jelas dirinya harus segera bertemu dengan Jaemin.

Ia langsung ke kamar ingin memberitahu Orangtuanya.

"Jaemin masuk Rumah Sakit, Mark memberitahuku barusan."

"Astaga cepat temui dia! Jika sesuatu terjadi padanya awas saja!"

Jeno menghela napas, "Iya Ma, tapi bagaimana dengan Jisung?"

"Jisung biar Mama yang urus, soal begini Mama sudah berpengalaman. Cepat tunggu apa lagi."

Jeno mengangguk, ia segera mencium kening anaknya dan pamit pergi. Semoga saja Jaemin bisa dibawa pulang olehnya malam ini.

"Maaf merepotkan kalian, aku pergi dulu."

.

.

.

Jeno hanya mampu menghela napas kecewa saat diberitahu jika Jaemin ternyata sudah tidak ada di ruangannya, Mark pun merasa tertipu kenapa mantan pegawainya itu berpura-pura kesakitan dan kabur?

"Apa kalian sedang ada masalah? Biasanya dia senang jika mendengar namamu."

"Iya."

"Jika kau tidak ingin memberitahu apa masalah kalian tidak apa-apa, aku menghargainya. Tapi Jaemin meninggalkan tasnya." Mark memberikan tas itu kepada Jeno.

Jeno mengecek tas Jaemin yang sedikit robek, tas itu berisikan sepotong roti, dua lembar uang dan surat untuk melamar pekerjaan.

"Aku khawatir padanya. Pasti dia tidak makan dengan baik."

"Kalau begitu, ayo kita cari mungkin saja dia masih belum jauh, Jen."

Takdirku | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang