☞0.4☜

2 2 0
                                    

⬇️⬇️

Pertanyaan dulu nih, edisi kangen sekolah:

Kantin or perpus?

Jajanan apa yang kalian kangen?

Buku novel apa yang kalian kangen?

Guru siapa yang kalian kangen?

Siap ramaikan setiap paragraf?!
Jangan lupa komen jika ada typo:')

🍑 Happy Reading🍑

Adelaide, Australia 2018

"Omah, Kei datang!!"

"Kei cucuku!" Ucap wanita paruh baya bisa dikatakan umurnya sudah hampir setengah abad lebih, mendekat kearah kei lalu memeluknya sambil sesekali mencium pucuk kepalanya.

"Akhirnya kau datang, bagaimana kau bisa sampai disini?"

Terdiam sejenak, haruskah dirinya mengatakan yang sebenarnya?

"Hiks.. ngga ada cara lain omah hiks... Kei kabur dari rumah," ucap Kei sambil menahan buliran air bening yang siap terjun kapan saja.

"Kenapa kau membangkang?!" Ucap sinis Albert, opah Kei yang datang tiba-tiba dari dalam rumah.

"Bisakah kau tidak membuatnya merasa tertekan?!" Bela Amora, omah Kei yang menatap tajam kearah Albert.

"Keluarga kita, keluarga berada dengan adanya dia datang disini dengan cara yang tak labil bisa merusak reputasi!!"

"Opah!! Apa kau tidak senang aku berada disini!" Ucapan Albert yang terlontar cukup membuat dirinya emosi. Karena bagi opah nya harta adalah segalanya!

Albert memang sangat tidak menyukai Kei, ia lebih menyukai Kelvin dibanding dirinya. Kelvin memang sering membuat nama keluarganya terkenal dikalangan masyarakat berada.

Mengikuti ajang kompetisi teknologi informasi, bahkan sampai ikut majalah model top dunia. Wah... Jika dibandingkan dengan Kei? Kei tidak pernah dianggap oleh keluarganya.

Ia memang pintar, tapi tak sepintar kakaknya. Ia pandai bermain alat musik bahkan pernah ia ikut temannya mengadakan konser amal di jogjakarta untuk membantu panti asuhan. Sungguh mulia bukan? Tapi kenapa dengan keluarganya? Merasa terasingkan!

"Jika kau tidak bisa menerimaku, baiklah aku akan hidup sendiri!" Amora yang terkejut saat melihat Kei mengambil koper dan berjalan keluar halaman rumah bergegas ia menahannya.

"Jangan pergi.." suara lirih Amora membuat hati Kei teriris-iris.

"Omah maaf, kalian tidak menerima diriku! Buat apa aku ada disini? Jaga diri baik-baik omah disini, kei bakal selalu jaga diri!" Kei perlahan pergi menjauh dan menghilang dari tatapan Amora.

Albert tersenyum sinis, "dasar tidak punya malu! Berani-beraninya muncul disini!"

Amora yang masih terisak-isak melihat kepergian Kei, lalu menatap tajam kearah Albert.

"Kenapa kau mengusirnya!! Dia sudah cukup tertekan akan hal ini! Kau malah menambah semua beban dirinya!"

Albert mendengus kesal,lalu beranjak dari tempatnya menuju ke dalam rumah lebih tepatnya kamar.

Sore hari, Kei berdiri di depan pintu apartemen seseorang. Ia sedikit ragu untuk memencet tombol agar sang pemilik keluar.

"Haruskah ku mengetuk atau memencet tombol saja? Bagaimana kalo kak Tara juga tidak menerima ku?" Pusing, kei mengacak rambutnya frustasi.

Saat hendak pergi, kei melihat Tara dari kejauhan menghampiri dirinya. Terlihat senyum yang mengembang sambil melambaikan tangan ke arah ku.

Ah..., Kak Tara selalu paling mengerti diriku. Untungnya masih ada dia jika tidak mungkin sore ini detik ini pun ia akan bunuh diri!

"Lagi?" Tanya kak Tara saat ia sudah berada didepan ku.

Sepertinya kak Tara mengetahui alur jalan cerita hidup ku, sudah ku bilang kak Tara emang paling mengerti diriku!

"Iyah..maaf," ucap ku lalu menunduk kepala merasa bersalah.

Itulah aku, selalu lari dari masalah dan melampiaskan kepada kak Tara. Anehnya kak Tara tak pernah marah ia selalu berusaha menyemangati diriku.

"Masuk, bicara didalam saja," ucapnya lalu membuka sandi pintu apartemennya.

Aku masuk terlebih dahulu lalu disusul oleh kak Tara. Ia menaruh tas belanjaan diatas meja dapur, sepertinya tadi ia keluar membeku kebutuhan pikir ku seperti itu.

"Mau minum apa? Udah makan?" Tuh kan pengertian sekali kak Tara, seakan ia tau bahwa daritadi dirinya menahan lapar.

"Air putih aja kak, kalo makanan apa saja," ucap kei sambil nyengir kuda.

Kak Tara hanya mengangguk lalu bergegas membuatkan sesuatu. Dasar perihal manusia tak tau malu!

"Kenapa?" Ucap kak Tara to the point, sambil memotong sebuah wortel dan sesekali menoleh kearah diriku.

"Apanya kak?" Kan yang ditanya dongo sekali. Sudah tak tau malu, dongo pula paket komplit banget!

"Ada masalah?"

"Gitu dong kak nanya detail kan aku bingung." Sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gini nih kamu tuh pinter atau hanya sampel kei? Lulusan terbaik tapi kali diajak ngobrol to the point dongo nya minta ampun!" Sudah! Kalo kak Tara begini kemungkinan besok pagi baru selesai ceramah!

"Cerita saja semuanya jangan takut." Diam sejenak apa kei harus menceritakan semua. Bukan karena dirinya takut hanya saja ia tidak sanggup jika ia harus menangis didepan kak Tara. Sungguh itu memalukan!

Ting tong

"Ah.. sepertinya paket ku sudah datang kau tunggu disini." Ucapnya lalu pergi ke depan pintu apartemen.

Takut? Sungguh bagaimana bisa ia menceritakan semua kejadian hidupnya tanpa meneteskan air mata.

"Biarkan begini lebih baik..." Gumam dirinya sesaat kak Tara datang lalu kembali ke dapur.

*******

Bagaiman kawan?! Seru? Atau bosen?
Pasti ya banyak yang bosen mengcapek emang:')

Please dong buat kalian jangan jadi siders, Aku tuh capek ngetik gini:') aku tau kalian pasti bisa menghargai karya imajinasi orang.

Setiap karya itu sebuah apresiasi terhadap sesuatu contohnya buat chapter cerita ini, aku bakalan makasih banget buat kalian yang ngevote. Satu vote aja udh berarti tau:')

Udah deh makasih buat kalian yang udah vote dan komen sayang banyakkkkkk banyakkkkkk buat kalian deh:')

See you next chapter ☺️👋

Memories in MelbourneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang