☞0.3☜

2 2 0
                                    

🍑 Happy Reading🍑
Siap untuk ramaikan setiap paragraf?!!

Surabaya, Indonesia 2018

Malam yang dingin di Surabaya. Arka merebahkan tubuhnya ke kasur empuk, ia sedikit gelisah tentang keputusannya.

Ya keputusan tentang ia akan kuliah di universitas Melbourne, Australia. Sempat bertengkar dengan kedua orangtuanya membuat ia pasrah dan mengikuti semua kemauan orangtuanya.

Tertekan? Tentu saja siapa yang tidak tertekan jika suatu kehendak selalu dilandasi kemauan orang tua.

Mengingat Melbourne ia jadi mengingat wanita pelayan di cafetaria tadi siang. Ia bilang ingin kuliah disana, tetapi orang tuanya seakan menolak tegas kemauan tersebut.

Mungkin kekurangan ekonomi? Tapi tidak mungkin jika dilihat dari baju yang dipakai cewe itu terlihat barang brended dan terbilang cukup mahal. Jadi apa masalah orang tuanya menolak?

Ah..., Arka kenapa kau peduli tentang seseorang yang bahkan belum kau kenal! Buang pikiran mu yang seperti itu! Mari pikirkan nasib mu.

Arka mengambil hpnya yang sedari tadi ia changer di meja belajarnya. Mulai mengotak-atik benda pipih itu mencari nama kontak yang tertera dihp nya 'Gibran'.

🍑🍑

Gibran terperanjat dari tidurnya, ia mendengar hpnya berbunyi yang bernada lagu not shy dari itzy. Bisa kalian bayangkan lagu not shy intro nya saja sudah bikin jantungan! Dasar kurang kerjaan!

Gibran mengambil hpnya malas, ia berani sumpah yang menelpon dirinya adalah Arka. Dan benar tertampang idnya disana, huh...dasar ada apa malam-malam begini nelpon!

"Ada apa?" Tanyanya tidak ingin berbasa-basi.

"Hanya ingin mengabari bahwa gue bakal kuliah di Melbourne." Terkejut dengan pernyataan yang Arka ucapkan.

"Katanya kau tidak ingin! Kenapa sekarang berubah pikiran?!"

"Gua tidak ingin membangkang itu saja."

"Hati Lo terbuat dari apa sih? Kok mudah banget dipengaruhi, ayolah kawan kali-kali membangkang tidak masalah!" Bujuk Gibran. Institusi teman tidak berperilaku baik, jangan dicontoh kawan!

"Gua sudah banyak ngebangkang, gua takut dosa!"

Sudah! Hentikan! Gibran capek temannya ini tidak bisakah sekali saja melakukan apa yang diri sendirinya mau jangan mau dirinya dibuat seperti robot oleh orangtuanya.

Gibran berpikir sejenak, ia tau alur awal dari mereka berdua menelpon.

"Bisa apa gua sekarang?" Gibran bertanya hati-hati.

"Gua mau lu ikut juga Ama gua."

Boom!! Benarkan sudah diduga bahwa Arka tidak akan pergi ke negara yang jauh dari tempat lahirnya. Ia butuh teman, bukan ia tidak mau Melbourne mendengarnya saja sudah tidak mau!

"Nggak semudah itu buat gua nerima permintaan elo!"

"Kenapa? Bukannya selama ini Lo gk keberatan." Bukan hanya bisa dikelabui Arka juga egois tingkat akut. Camkan itu!

Gibran menghela nafas kasar. "Kapan elo berangkat?!" Kedua sudut bibir arka terangkat. "Seminggu lagi!"

"Entar gua bilang ke papa dulu suruh nyiapin dokumen gua, udah sampai sini saja?" Hendak menutup sambungan telepon, dihalangi oleh Arka yang berbicara diseberang sana.

"Gua harap elo ikhlas ngelakuin ini buat gue! Udah gua tutup ya."

Tut Tut Tut

Sambungan telepon berhenti, Gibran masih mematung mendengar ucapan terakhir arka di telepon.

Apa apaan sih!

🍑🍑

Melbourne, Australia Musim dingin dimulai, hush...terpaan angin yang cukup dingin yang dapat menusuk ke seluruh tubuh.

Walaupun salju belum turun, cuaca dingin ini membuat para warga malas untuk keluar. Beda hal dengan seorang laki-laki, mereka sedang duduk di balkon apartemen sambil menikmati kopi yang dapat menghangatkan tubuh mereka.

"Ternyata lagi musim dingin, sial seharusnya awal tahun saja datang kesini!"

"Kali-kali lah Bran, Kita juga jarang ngerasain musim dingin!"

"Gila aja mati kedinginan gua!" Arka hanya terkekeh kecil.

"Fakultas bidang apa?" Sedikit bingung dengan pertanyaan Arka, "maksudnya?"

Menghela nafas, kenapa temennya yang satu ini bodohnya kelewatan batas sekali!

"Lu kalo bodoh jangan lama-lama deh!"

"Suer, gua nggak paham!"

"Udah ngga usah dibahas capek! Gua mau tidur besok kita harus ikut akademik di musim dingin bukan?"

"Kau tertekan?" Tanya Gibran hati-hati.

"Ya? Tidak juga ini udah jalan hidup gua!"

"Ngga paham lagi deh gua Ama alur pikiran Lo."

"Lo kira gua nikmatin semua?" Arka menghela nafas berat, "harta nggak menjamin bahagia. Gua harap lu bisa bahagia ya jangan kaya' gua!"

"Hidup emang butuh perjuangan sama layak nya dengan cinta." Ucap sok bijak dari Gibran.

"Sok banget lu, pernah pacaran aja kagak!" Ucap Arka sambil melempar bantal kearah Gibran, tepat sasaran! Bantal yang tadi dilempar kena mukanya.

"Sialan...,"

******

Hai apa kabar? Baik-baik aja pasti ya_^
Buat yang ngga baik-baik aja tetep semangat and get well soon

Aku update nih semoga ngena ya feel-nya. Aku seneng banget kalo kalian vote and komen di story ini. Ayok ramaikan story' ini ajak semua temen,keluarga, saudara, atau yang lain buat baca...

Don't forget untuk vote and komen story ini ya kawan_^

SPAM UNTUK NEXT STORY INI!!! SEE YOU😘👋

Memories in MelbourneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang