4. Ucapan Terimakasih
***
"Tadi kita tuh mau kerumahnya Lexa kak Hiks, Terus tiba tiba dijalan dihadang. Akhirnya kita bertiga lawan mereka semua" Ganetha menceritakan semua kejadian yang mereka alami dengan menangis.
Jevan mengusap punggung Ganetha mencoba menenangkan nya. "Te—Terus Lexa. Dia dia di pukul pake kayu tengkuknya kak! hiks" Ganetha menangis sejadi jadinya di dalam pelukan Jevan.
Rajendra segera mengangkat tubuh Lexa, Lalu membuka jaket lepis yang melekat di tubuh nya. Pandangan Rajendra menajam melihat kemeja putih dengan banyak noda merah.
"Shit!".
Alan membulatkan matanya saat melihat darah itu "Sialan! Lovator bener bener gak bisa didiemin gitu aja!" Ucap nya.
Rajendra menyobek asal kain yang ada di hadapannya lalu membalut tengkuk Lexa untuk menghentikan pendarahan Lexa.
Jesslyn menundukan wajahnya menangis dalam diam, ini pasti gara gara dia salah ketik alamat semua jadi celaka. Jordan mengambil tangan Jesslyn mengelusnya membuat Jesslyn menatap kedua mata Jordan.
"Ini semua salah gue hiks ! Ka—Kalo gue gak salah ketik alamat kita gak akan berakhir begini Jo"Ucap Jesslyn.
"Gak usah nyalahin diri sendiri, Lo tenang aja Lexa bakal baik baik aja oke"Ucap Jordan yang mencoba menenangkan Jesslyn.
"Telpon dokter! Gue bawa dia ke kamar atas".
Alan segera mengeluarkan ponselnya menelpon seorang dokter untuk menangani Lexa. Setelah beberapa menit menunggu, pria yang agak tua memakai jas putih pun segera menuju kamar yang ditempati Lexa.
Dokter itu tengah menangani Lexa, Rajendra terus memandangi semua kegiatan yang dilakukan dokter itu.
"Untung saja kamu melakukan pertolongan pertama, Dengan membalut menggunakan kain sehingga alirannya dapat dihambat dan tidak terlalu deras. Bagusnya tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan. Saya sudah tangani dan pasien saya sarankan untuk beristirahat penuh dalam rangka proses pemulihan" Ucap Dokter.
"Kira kira kenapa masih belum sadar ya Dok?" Tanya Rajendra.
"Tulang tengkuk gadis ini terkena pukulan yang kuat dan keras, makanya mengakibatkan terhentinya aliran darah dan aliran saraf di sekitar tengkuk berhenti beberapa saat, sehingga aliran darah dan saraf dari tengkuk ke otak terhenti dan mengakibatkan pingsan. Tapi tenang dia akan segera bangun, Kamu temani dia saja" Jawab sang Dokter.
Rajendra mengangguk "Terimakasih banyak Dok" Dokter tua itu tersenyum lembut "Saya pamit undur diri".
Rajendra berjalan kelantai bawah menemui teman temannya "Kalian berdua udah di obatin?" Ganetha dan Jesslyn mengangguk sebagai jawaban.
"Jordan lo anter Jesslyn pulang, Jev gue titip adek gue sama lo ya, Gue percaya lo"Kata Rajendra "Alan lo jaga kamar atas, Kalo ada apa apa segera hubungin gue, dan lo Jayden lo ikut gue kita urus Lovator sekarang".
"Asiap!".
***
Lexa membuka kedua matanya perlahan, pandangannya mengedar sekelilingnya merasa tampak begitu asing dengan pandangan yang di lihatnya. "Akh" Mencoba menegakan badannya yang terasa pegal pegal.
Ceklek
Pintu terbuka, Lexa menatap seorang yang tengah berjalan kearahnya. "Kak Alan?". Alan tersenyum.
"Ada yang bisa gue bantu?" Tanya Alan, Lexa menggelengkan kepalanya lalu memberikan senyumanya pada Alan.
"Gue disini dari kapan?" Tanya Lexa. "Hm kayanya 2 jam yang lalu, Bentar ya" Jawab Alan. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menelpon seseorang.
"Udah sadar bro".
"_"
"Oke cepet sini, kalo gak gu—
tut tut
Alan menggerutu sebal saat panggilannya diputus begitu saja. "Tunggu ya Lexa, lo tiduran aja, bentar lagi Rajendra kesini" Lexa mengangguk lalu membaringkan tubuhnya menatap langit langit kamar.
Ceklek
"Nah tuh dia orangnya gue tinggal Lex" Lexa mengangguk "Makasih ya kak".
Lexa menatap mata hijau keabu abuan itu "Hai kak Rajen!" Sapanya dengan semangat. Sedangkan Rajendra tidak membalas apa apa, Iya meletakan kantok plastik putih di atas nakas. "Gue bawa bubur".
"Gak ah gue gak laper kak"Ucap Lexa.
"Makan, Lo pasti banyak ngeluarin tenaga tadi"Ucap Rajendra.
"Yaudah bantuin bangun dong, Badan gue pegel pegel semua susah buat bangun". Rajendra membantu Lexa duduk bersandar.
Rajendra mengkat alisnya melihat cewek didepannya hanya diam saja. "Apa lagi?" Lexa mengerucutkan bibirnya "Suapain dong kak! Gue kan masih sakit".
"Kedua tangan lo gak luka, makan sendiri"Ucap Rajendra, Raut wajah Lexa berubah sedih seketika ia menundukan wajah nya dalam dalam membuat Rajen menghela nafasnya. "Angkat kepala lo gue suapain".
Lexa mengangkat kepalanya memberikan senyum paling manis kepada Rajen "Aaa" Rajendra menyuapinya dengan telaten senyum tidak luntur dari wajah Lexa.
Setelah menghabiskan bubur Rajen membantu Lexa untuk minum. Lexa menatap lekat cowok dihadapannya.
"Istirahat".
Cup
Lexa mencium pipi Rajendra "Makasih banyak kak!" lalu memejamkan kedua matanya, ia tidak berani menatap wajah
Rajen. Sedangkan Rajendra, bibirnya mendadak mengukir senyum kecil lalu menyentuh pipinya."Shit!".
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Governat
JugendliteraturDamares Rajendra Dewangga, yang biasa di kenal dengan sebutan Rajen. Sang pemimpin Governat, Ia Rajendra sang penguasa jalanan, Ia Rajendra yang sangat disegani, Ia Rajendra berhati batu tidak mengenal kata ampun untuk sang lawan. Hidup nya benar be...