Chapter 7 : Saingan

311 44 7
                                        

•••

Diam-diam Jungkook memperhatikan Eunha yang sibuk melihat - lihat beberapa oleh - oleh dari Aiden Kim. Ya, pria yang dengan sejuta pesona itu dalam sekejap sangat berhasil membuat hati Eunha luluh.

Perempuan itu juga mulai tersenyum hangat saat Aiden mulai berani mengusap atau bahkan mencubit pipinya. Dan yang Jungkook lakukan di tempat duduk lain hanya diam dengan sedikit menggertakkan gigi.

Bahkan tangan pria itu tidak sadar ketika meremuk kuat kaleng soju varian rasa yang telah habis. Ya, dia benar - benar tidak sanggup lagi melihat senyum manis seorang Jeon Eunha itu di berikan untuk orang lain.

Apalagi Aiden yang bernotabane sebagai orang baru. Ya, dia tidak akan setuju jika Eunha di haruskan menikah dengan Aiden. Yang selalu menjaga sosok Eunha selama ini adalah dirinya. Bukan pria lain.

Pastinya, dia akan membujuk ibunya nanti. Kalau Eunha tidak berani menolak perjodohan ini, maka dia yang akan membantu. Toh, tidak ada yang dapat menolak jika dia sudah berbuat nekad.

"Yaak! Sampai kapan kau akan di sini?" Sungut Jungkook yang mulai memperlihatkan emosinya.

Pria dengan rambut blonde itupun menoleh. Tersenyum melihat wajah masam Jungkook membuatnya ingin tertawa. Dia bisa menebak suasana hati Jungkook ketika melihat kedekatannya dengan Eunha.

"Aku akan menginap." Ucapnya kemudian. "... Tante juga sudah memberikan izin."

Mengerutkan kening, Eunha pun beralih menatap Aiden di sampingnya yang kini tengah tersenyum. "Eh, tetapi tidak ada kamar kosong lagi. Bagaimana kalau kau tidur bersama..."

"Di sofa." Sergah Jungkook tajam.

"Aah! Loh? Tetapi dia bisa tidur di kamarmu, Jungkook." Bela Eunha yang detik berikutnya membuat Aiden hanya mampu mengulum senyum kebahagiaan. Selama ini dia tidak salah jika masih mempertahankan Eunha di hatinya. Tetapi sayangnya dengan tatapan yang tajam Jungkook menolak.

"Tidak bisa."

"Jeon Jungkook! Kau itu..."

"Tidak apa, princess. Aku tidur di sofa saja." Sahut Aiden setengah menyela. Dia bahkan masih bisa tersenyum meskipun sebenarnya sedang kesal. Dan wajah bersalah yang Eunha berikan membuat Aiden tidak bisa untuk tidak tersenyum. Entah bagaimana, dia merasa semakin antusias untuk mendekati Eunha.

"Huh! Dia itu benar - benar sangat kejam." Gerutu Eunha sembari memberengutkan wajahnya saat menatap Jungkook. Tetapi pria itu hanya mengedikkan bahu acuh tanpa memperdulikan apapun dan malah pergi.

"Woi! Kau mau kemana lagi?" Eunha segera bangkit dan ingin menyusul langkah Jungkook. Tetapi niatnya jadi urung karena ada Aiden yang menahan tangannya. Rasa tidak enak di hatinya mulai timbul.

"Tetaplah di sini! Biarkan aku yang menyusulnya." Ucap Aiden yang langsung beranjak pergi setelah memberi satu usapan kecil di kepala Eunha. Dia tahu kalau sosok itu sedang marah karena kehadirannya.

Tetapi apa yang salah?

Aiden kali ini hanya bisa menghela napas ketika melihat Jungkook yang sedang duduk di salah satu ayunan di taman bermain ketika mereka kecil dulu. Wajah tampan itu terlihat sangat jelek ketika sedang kesal.

Aiden tersenyum.

"Aku tahu kalau kau marah. Tetapi maaf... aku juga tidak bisa mengingkari janji itu." Ucapnya, kemudian ikut mendudukkan diri di ayunan yang lain. Ya, seperti anak kecil yang sedang bermain.

"Eunha bahkan tidak mengingat janji kalian, bukan? Dia juga bukan anak kecil lagi." Sungut Jungkook kesal. "... Seandainya kau tidak mengingatkannya, aku pastikan di manapun itu, dia tidak akan mengingatmu."

NOONA, I LOVE YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang