You are Mine ✓

3.3K 435 200
                                    

-------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------------------------------------

Tidak menyenangkan.

Sangat menganggu.

Menyakitkan mata.

Begitulah deskripsi pemandangan di depan keluarga Xiao saat ini di meja makan. Masalahnya Zhan tidak mau lepas dari pangkuan Yibo meski pemuda itu sudah menyuruhnya turun sekalipun. Yibo merasa tidak enak karena terus-terusan dipelototi oleh keempat bodyguard Zhan yang siap melakukan pembunuhan.

"Zhan Zhan mau di sini!" rengek si pemuda manis ketika keempat kakak memaksa dirinya turun. "Gege semua, kan, sudah tahu kalau Zhan Zhan sudah berciuman sama Bobo. Jadi, nggak boleh melarang Zhan Zhan dekat sama Bobo. Titik!" Ia berteriak di akhir kalimat hingga napasnya terengah.

Sang ayah memijat keningnya, pasrah. Sedangkan keempat kakaknya mendesah berat.

Melihat situasi yang ada, sang paman merasa tidak enak karena telah membawa Yibo bersamanya dalam liburan kali ini. Dan tidak menyangka kalau ternyata para keponakannya terlibat sesuatu yang tidak menyenangkan dengan Yibo.

"Guan ge, maafkan aku. Aku jadi merasa tidak enak pada kalian semua," ucap Han pelan.

Tuan Xiao melambaikan tangannya di udara. "Bukan salahmu," katanya. "Memang anak-anakku saja yang bermasalah. Alangkah senangnya jika ada anak perempuan seperti Wu yang duduk manis." Ia tersenyum pada Wu yang hanya jadi penonton sejak tadi.

"Kau tidak tahu saja," Han menjawab. "Wu juga bisa nakal seperti Zhan Zhan."

"Tetapi paling tidak masih terkendali. Sedangkan Zhan Zhan ..." Guan menggeleng kepala.

Han terkekeh. "Meski begitu, Zhan Zhan tumbuh jadi anak yang baik dan berlimpah kasih sayang walau tidak ada ibunya. Kau termasuk berhasil membesarkannya."

"Membesarkan, sih, bisa. Mendidiknya itu ..."

"Kau memiliki empat anak yang berperan penuh atas perkembangan dan karakter Zhan Zhan."

"Ya, kami semua sangat memanjakannya. Bagi kami kebahagiaannya adalah nomor satu." Ayah menatap kelima putranya, yang masih berdebat, dengan lembut.

"Zhan Zhan, kau bisa turun dulu?" ucap Yibo setelah lama mendengar pertengkaran kakak beradik di depannya.

"Kenapa? Kau tidak mau aku lagi?" Zhan menuding dengan tajam.

"Bukan begitu, kakiku kesemutan." Saat Yibo mengangkat tangannya ingin mencubit pipi Zhan seperti biasa, ia menghentikannya. Lalu segera menurunkan tangannya lagi karena diperhatikan oleh keempat kakak Zhan. "Coba pikir sudah berapa lama kau duduk di atas pahaku?"

Zhan sungguh-sungguh berpikir dan menghitung lama waktunya. "Oh," mulutnya memberengut lucu membuat Yibo harus menahan diri agar tidak menciumnya. Zhan pun turun dari pangkuan Yibo.

LOVE ME, IF YOU DARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang