2. SABILA ALENNIA

42 26 41
                                    

Siap sama part ini vrenn?

Question of the day is :
1. Kalian suka warna apa?

2. Mencintai atau di cintai?

Kuyy gasss langsung scrooll:v

Pyreading💛

__________________

Dengan keadaan yang sama, Sabila masih berdiri sembari menunggu jemputan. Ia sedikit takut dengan insiden beberapa menit yang lalu. Setega itu, lelaki tadi meninggalkannya sendiri dengan keadaan terisak.

Ting!

Suara notifkasi dari ponsel Sabila menggerakkan tangannya untuk segera membukanya.

Papa Johan
| Lala, papa mnta maaf, papa ada meeting dadakan, jd ngga bisa jmput kmu. Kmu minta jemput pak bahri aja ya. Hati2 sayang |

Sabila terpaksa menarik senyumnya, padahal hari ini ia sangat menginginkan untuk di jemput papanya.

Sabila kemudian mencari nomor supir pribadi di keluarganya.

Pak Bahri
| Pak bisa jemput Lala skrg, sekolah udah sepi:( |

Beberapa menit ia menunggu, namun tak kunjung mendapat balasan. Sabila inisiatif untuk menelponnya saja.

Tut.

"Lah kenapa bisa mati gini sih?" Sabila kesal karena dengan tiba-tiba ponselnya menampilkan layar hitam yang tak bisa ia nyalakan kembali.

"Duh, terus aku gimana?" Sabila melirik kanan kiri, lalu ia melihat jam tangan yang terpasang di pergelangannya telah menunjukkan pukul 5 sore. Ya, lebih dari satu jam ia menunggu jemputan.

Sabila melangkahkan kakinya menuju halte tempat biasa angkutan umum lewat. Sabila mendudukkan dirinya di tempat kosong yang tersedia di halte. Ia menghela nafas.

"Padahal pengen banget di jemput papa." ujar Sabila.

Sabila mencoba bersabar, ia tidak boleh egois. Toh juga ayahnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan di keluarganya.

15 menit berlalu, sabila menunggu angkutan umum namun tak kunjung lewat di hadapannya.

Sudah di bentak, tidak di jemput ayahnya, sopirnya tidak bisa menjemputnya juga karna harus mengantar mamanya, dan sekarang di tambah angkutan umum tak kunjung lewat. Apa kesialan harus menimpa dirinya di hari pertamanya sekolah di SMA Nefelvin?

Sabila rasanya ingin menangis saja kalau seperti ini. Ia menarik nafas dalam-dalam mencoba sabar dan tabah.

Beberapa menit kemudian seorang ibu-ibu mengampirinya, ia tersenyum guna menyapa Sabila.

"Lagi nunggu angkot dek?" tanya ibu-ibu di sampingnya.

"Iya bu, tapi belum juga ada." balas Sabila lalu terpaksa menampilkan senyumnya.

"Biasanya kalo jam 4 lebih udah jarang yang ada dek. Tapi kadang juga ada kok. Rumahnya mana?"

"Gitu ya bu, Rumah saya komplek perumahan Graha Kencana. Kenapa bu?"

Sabila Alennia (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang