Beli Cilok

11 4 2
                                    

***

"Apa-apaan sih? Lepas!" bentaknya seraya memberontak.

"Apa kata lo? Lepas? Gak!! Lo udah berani nampar gue! Gue harus bales yang lebih dari ini!" ujar Rere dengan melayangkan tatapan tajam.

Si Rere pun menampar Bulan dengan kuat, lalu menjambak kuat rambutnya, membuat gadis itu mendongak ke atas.

Dengan cepat Rere mencengkram dagu Bulan dengan kuat.

"Gak usah belagu jadi orang!" ujar Rere. Lalu mengangkat satu tangannya keatas, hendak menamparnya lagi. Namun, tangan si Rere di cegah oleh tangan seseorang.

"Jangan pernah lo sentuh sahabat gue!" sergah seorang siswi yang baru saja masuk ke dalam toilet.

"Jangan ikut campur urusan gue, Beca!" ucap si Rere dengan menatap tajam ke arah siswi itu yang dipanggil Beca.

"Gue, Rebeca. Gue akan selalu lindungin orang yang gue sayang! Tangan kotor lo jangan pernah nyentuh sedikit pun ke dia!" ujar Rebeca dengan suara yang sedikit ditinggikan.

"Sayangnya, gue tadi udah nampar dia. Dan gue, gak puas!" ucapnya dengan senyum miringnya.

Rebeca melototkan matanya, emosinya tersulut.

"Sekali lagi lo berani macem-macem sama sahabat gue! Gue gak akan segan-segan kasih lo pelajaran!"

Rere terkekeh, "Sok jagoan lo."

Rebeca tak memperdulikan ucapan Rere, ia memilih menarik tangan Bulan untuk keluar dari dalam toilet.

"Lo gapapa kan, Lan?" ujar Rebeca khawatir.

Gadis itu menggeleng, "Gue gapapa, Ca."

"Cewe biadab, udah dibutakan oleh cinta jadinya begitu," ujarnya seraya menghela nafasnya.

"Lain kali jangan berhadapan sama cewe dedemit kayak dia."

"Hushh, kalo ngomong suka ngawur. Dia manusia, bukan dedemit."

"Bodo ah, sifatnya sama aja kayak setan."

"Ca!" tegur Bulan pada Rebeca, ucapan Rebeca itu sudah ngawur.

"Udah lah, ayo ke kelas," kata Rebeca seraya menarik tangan Bulan.

Sampai dalam kelas, Rebeca, membawa Bulan duduk bersamanya.

"Loh? Lo kenapa, Lan?" tanya Rena terkejut, melihat pipi Bulan merah.

"Itu tuh, biasa, sih nenek lampir. Untung aja gue ke toilet, kalo engga, Bulan udah di hajar habis sama nenek lampir itu."

"Ca! Udah ih, lo kalo ngomong gak bener semua. Dia itu manusia, bukan nenek lampir," protes Bulan dengan ekspresi tak suka.

"Lah, emang kok Lan. Lo napa sih gak lawan aja tuh si iblis betina," dengus Rebeca dengan kesal.

"Gue udah lawan kalik, tapi mereka bertiga. Ya jelas gue kalah," ucap Bulan.

Tak lama, bel pun berbunyi.

"Assalamualaikum warahmatullahi Wabarokatuh, diinfokan untuk para anak kami. Kalian jangan pulang dulu, akan ada pengumuman dari wali kesiswaan. Jadi, ibu harap kalian baris di lapangan sekarang! Jangan ada yang kabur!"

Suara dari mic itu membuat para siswa mendesah kecewa, pasti akan lama berdiri di lapangan sekolah. Terpaksa mereka berjalan menuju ke lapangan untuk berbaris.

"Tuh, kita suruh baris. Yok," ajak Rena yang sudah berdiri.

Mereka bertiga pun melangkahkan kakinya menuju ke lapangan.

Bulan (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang