[BL] A Wealthy Subtitute Ex-Husband (Indonesia)

Ch 57 Pengemis

ImXuanyi

Ye Yihan tidak ingin memasuki dunia hiburan untuk menjadi aktor terkenal seperti Congyan. Dia ingin menjadi model seperti foto model yang terpajang di gedung pencakar langit di depannya, bersinar dan penuh pesona yang tak tertahankan.

Sedemikian rupa sehingga perguruan tinggi swasta yang mendaftarkannya untuk kedua kalinya diubah menjadi sesuatu yang lain di bawah bujukan seorang "pengemis".

Hanya ketika dia mengubah isi formulir, dia menemukan bahwa Erlin telah mengisinya dengan dunia seni non-pertunjukan.

Sederhananya, itu adalah mempelajari beberapa keterampilan dangkal yang sepele, dan keluar dari perguruan tinggi yang mahal dan terkenal untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Inilah yang dikatakan "pengemis".

"Aku sudah selesai mengisi lagi, apakah menurutmu ini benar?" Ye Yihan bertanya dengan senyum di bibirnya.

Guru berambut keriting yang mengenakan kacamata kuno di meja depan mengangguk, dengan bunga di hatinya.

Mahasiswa baru tahun ini benar-benar lebih rupawan dari sebelumnya.

Setelah mengoreksi, Ye Yihan berjalan keluar dari tempat pendaftaran yang didirikan oleh perguruan tinggi dan datang ke "pengemis" di luar gedung. Dia sedang duduk di antara tangga, memakan set burger besar yang dia belikan untuknya.

Kemeja hitam compang-camping, celana sobek lutut tertutup debu, perm putih-perak menutupi separuh wajah hitamnya yang kotor. Yang paling jelas adalah bekas luka bakar di bagian kanan wajahnya.

Itu terlihat menakutkan dari kejauhan dan terlihat lebih menakutkan dari dekat.

"Anak muda, dengan bunga persik di wajahmu, bintang emas di dahimu, dan fisik yang kuat, kamu pasti punya banyak uang..."

"Tolong berbicaralah dengan bahasa manusia." Ye Yihan menyela

Pengemis itu mengambil cola dan meminupnya dengan sekali teguk lalu bersendawa dan berkata, "Pinjamkan aku 2 juta dan aku akan membayarmu kembali 20 juta, dalam setahun."

Dia awalnya datang ke sini untuk mengirimkan informasi lain, dan tidak ingin dicegat olehnya dan mengatakan bahwa dia cocok untuk menjadi model. Karena Xun Si adalah seorang "pengemis", tidak akan ada kebencian, dan dia ingin mengikuti kata hatinya sendiri dan mengubahnya secara langsung.

Benar saja, apakah kamu akan mengikuti penipu?

"Apa yang membuatmu berpikir aku punya 2 juta?" tanyanya tidak senang.

Si "pengemis" tiba-tiba tertawa, mengangkat kepalanya sedikit dan mengamatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Nilai total seluruh tubuhmu lebih dari 500.000 yuan, tetapi kamu memiliki sesuatu yang lebih berharga." Dia menatap wajah Ye Yihan yang setengah tertutup oleh topi nelayan dengan senyum aneh.

Ye Yihan tidak tahu apakah itu hanya khayalannya saja, tapi dia selalu merasa dia pernah melihat "pengemis" ini di suatu tempat.

"Apakah kamu punya nama?"

"Shi Yanyu." Dia perlahan selesai makan kentang goreng yang ada di dalam kantong kertas, memasukkan semua makanan dan sampah ke dalam tasnya, melangkah maju menuruni tangga dan melanjutkan: "Aku menaruh catatan itu di sakumu, dan uangnya akan masuk ke sana. Sampai jumpa lagi, anak muda."

Sebelum Ye Yihan dapat menemukan catatan itu, sosoknya telah menghilang dari pandangannya, digantikan oleh pria lain yang bersandar di pegangan tangga.

Seorang psikopat.

Tidak jauh berbeda dari yang terakhir kali, atau kemeja panjang kerah abu-abu formal mengenakan dasi kotak-kotak hitam dan biru, celana setelan kaku tidak dapat menemukan jejak kerutan.

Ada dua kancing manset halus di bagian manset kemeja, yang bertekstur tulip.

Ye Yihan menoleh dan memilih untuk mengabaikan keberadaannya dan langsung turun.

Saat melewatinya, dia tiba-tiba berbicara.

"Tuan Ye." Suara rendah itu terdengar seperti cello.

"Kamu perlu sesuatu?" Ye Yihan bertanya dengan acuh tak acuh, telapak kakinya pergi tanpa mengurangi kecepatan.

Pihak lain juga berjalan ke arah yang sama dengannya, dan berkata: "Terakhir kali aku mengaku salah padamu, jadi aku ingin mengajakmu untuk makan sebagai permintaan maaf."

"Aku tidak lapar saat ini." Ye Yihan menolak dengan lugas.

Namun, pihak lain tidak terburu-buru dan berkata: "Besok baik-baik saja."

"Besok aku akan sakit."