2. Sweet Seventeen

23 4 1
                                    

Tidak ada yang lebih nyaman dari malam ini, lirik-lirik asmara menggema di ruang gelap milik Nadya. Poster-poster artis Korea tertempel di dinding kamar, yang menjadi titik fokus di sana adalah poto Nadya dengan Bima yang dihiasi lampu kerlap-kerlip pada bingkainya.

Tenang saja! Ini hanya bentuk persahabatan yang akan melegenda, sebuah tantangan untuk tidak saling mencinta namun saling berbagi rasa, suka dan duka.

Nada-nada dari handphone Nadya terus berputar, me-Nina bobokan gadis itu sampai terlelap dengan cepat.

Detik seakan berlari, mengejar malam untuk berganti hari.

Smooth like butter, like a criminal undercover
Gon' pop like trouble breaking into your heart like that (ooh)

Lagu-lagu romansa yang diputar oleh Nadya tiba-tiba terhenti, terganti dengan beberapa bait lagu Korea yang sudah terbiasa menjadi nada panggilan handphone milik Nadya.

Lagu Kpop itu terus terulang, sangat mengganggu! Gadis itu menggeliat, meraba nakas berharap menemukan ponsel miliknya.

Dia menatap layar setelah berhasil menemukan ponsel itu. Pertama, dia melihat waktu, tepat tengah malam. Kedua, ia melihat nama sang penelepon, tertera jelas, terdapat nama 'Monyet Kutub' di sana.

Tanpa pikir panjang, gadis itu mengangkat panggilan, memposisikan tubuh senyaman mungkin.

"Apa sih, Bim. Tengah malam gini, ya ampun!" ucap Nadya dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Happy birthday, kangguru pincang!" teriak Bima.

Mata Nadya melotot, ia berlari memencet sakelar. Kamar Nadya kini menjadi terang, warna merah muda kamarnya semakin mencolok terlihat.

Gadis itu merangkul boneka Hello Kitty yang berada di atas kasur. Memeluknya erat, seakan menjadi teman malam ini.

"Ih lu yang pertama ngucapin itu, loh. Makasih," ucap Nadya semangat. "Omong-omong, sengaja gadang cuma buat ngucapin ini gak sih?" tanya Nadya penasaran.

Apa Nadya tidak sadar? Jelas-jelas Arjun adalah orang pertama yang mengucapkan. Apa persahabatan lebih berharga dari pasangan?

Terdengar suara bising di seberang sana, Nadya berpikir, mungkin Bima sedang bermain play station bersama saudaranya.

Bima menjawab, "geer, gue kebangun aja. Baru nyadar gue dapet tugas dari ketua OSIS, katanya gue harus bikin proposal, ini-itu, padahal gue bukan sekretarisnya, pusing."

Nadya meraih segelas air di atas nakas. "Lu mau aja disuruh-suruh! Oke, gue mau gadang temenin lu."

"Tidur aja gih! Sayang nanti lu sakit."

"Gue ngantuk sih. Cuma, gak papa gue tidur duluan?" tanya Nadya. "Eh, gue mau video call boleh, mau lihat seberapa banyak kerjaannya lu."

Tanpa basa-basi, Bima memotong pembicaraan. "Enggak boleh! Lu tidur napa! Cewek itu harus disiplin waktu, nanti kesiangan bangunnya tau! Oh iya, besok gue bakalan pagi-pagi berangkat ke sekolahnya, katanya ada rapat OSIS lagi. Kalo mau barengan, lu juga pagi-pagi harus udah stay di depan rumah!"

"Oke!" jawan Nadya singkat.

Tidak ada yang berani memutus percakapan, waktu pembicaraan masih berjalan, namun mereka masih tetap diam.

Nadya meneguk air, kemudian kembali menyimpan gelas itu ke tempat semula.

"Oh iya. Semoga panjang umur, Nad. Tetep jadi Nanad yang gue kenal. Jangan banyak-banyak nonton drama Korea, karena seindah apapun dramanya, kalo lunya enggak dibikin bahagia, ya ... percuma! Sehat terus ya kangguru pincang! Gue gak mau direpotin lu lagi, sumpah! Selamat bobo!" jelas Bima panjang lebar.

I Can't Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang