Rambut urakan itu kini sudah terpotong rapi, garis pemisah yang sengaja berada di atas samping kanan membuat cowok itu semakin keren dipandang. Rambutnya mengkilap bersih tak seperti biasanya.
Cowok itu memakai sabuk berlogo SMA Garuda, tak lupa dengan dasi yang sudah menggantung di lehernya. Nampak berbeda, Arjun menaiki motor milik Oga, sedangkan Wisnu akan jalan sendiri menaiki motor pribadinya.
"Rapi bener!" teriak Oga.
Arjun terdiam. Ternyata, merubah diri secara spontan itu sangat merepotkan, Arjun yang biasanya tukang lawak dan super jail, kini harus menjadi pribadi yang kalem, entah apa rencana yang ada dalam pikiran Arjun.
SMA Garuda menyambut kedatangan siswa-siswa, bersih dan rapi.
Oga dan Wisnu memarkirkan kendaraannya di parkiran sekolah, namun Arjun sengaja pergi duluan karena ia sedang merencanakan sesuatu.
"Ga, Nu, gue cabut dulu bentar," kata Arjun.
Kedua sahabat Arjun itu hanya mengacungkan jempolnya bersamaan.
Suara hentakkan kaki Arjun mulai terdengar, nampaknya ia sedangtergesa-gesa.
"Ada Mayang?" tanya Arjun setelah ia sampai di kelas sepuluh IPA-I.
Semua siswa di sana langsung diam, kecuali siswi berambut sebahu dengan pita merah muda di kepalanya, "aku?" tanya Mayang memastikan.
"Iya, sini May! Ada yang mau gue omongin." Nafas Arjun mulai berat, sudah lama lelaki itu tidak melatih fisiknya dengan berolah raga, alhasil, ia harus kecapekan karena berlari dari parkiran ke deretan kelas sepuluh yabg terbilang jauh.
Mayang berdiri, kakinya melangkah anggun.
"Ikut gue!" pinta Arjun.
Gadis itu nurut-nurut saja, padahal ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Arjun.
Bel masuk kelas akan di mulai lima belas menit lagi, ini kesempatan Arjun, lagian ia tidak melihat Bima dan Nadya sudah datang ke sekolah.
Arjun membawa Mayang ke kantin di bagian belakang sekolah, karena di sana ia tidak akan ketahuan oleh Nadya maupun Bima.
"Ada apa, hah?" tanya Mayang mulai kesal.
"May. Nadya sukanya silver queen, kamu tolong kasih ini ke dia, ya? Oh, iya. Bima juga suka sama potato yang kayak gini, ini juga tolong kasih ke dia, please!" Arjun mengeluarkan dua barang itu dari tasnya, kemudian menyerahkannya ke tangan Mayang. "Maaf, ya! Bilang juga ini dari kamu, May! Jangan bawa nama-nama Arjun, Oga, atau Wisnu. Omong-omong namaku Arjun, pacar Nadya, Oga ama Wisnu yang kemarin, itu temen aku."
Mayang hanya mengangguk pelan saat lelaki di depannya nyerocos ke mana-mana.
'Aku-kamu' tak biasa Arjun ucapkan, namun, karena Mayang adalah siswi pindahan dan kesannya baru berkenalan, sebisa mungkin ia menggunakan kata sapa itu. Simpelnya, dia tidak mau dibilang 'sok akrab' apabila menggunakan kata ganti 'gue-lu,' begitupun dengan Mayang.
"Kenapa harus aku?" tanya Mayang.
Arjun menghela nafas, "kalau kamu suka sama Bima. Please! Ubah cara kamu deketin dia, dan jangan pernah sakitin Nadya! Lakuin apa saja yang membuat Nadya rela kalau nantinya Bima jadi milik kamu."
Dahi Mayang berkernyit, ia tak tahu maksud dari ucapan lelaki itu.
Arjun menjelaskan semuanya, mulai dari persahabatan Bima dan Nadya, apa yang diperlukan Nadya, sampai dengan hubungan dia dengan gadis yang sedang mereka bicarakan.
Mayang mengangguk. "Aku belum suka sama Bima, tapi aku usahain ngebuat Nadya paham sama ketulusan kamu."
Lelaki itu hanya tersenyum simpul, "makasih, May!"
§
Sebenarnya Mayang masih agak bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Seperti merebut Bima dari Nadya, tapi tidak membuat mereka berdua saling membenci satu sama lain. Gadis itu berpikir, apakah dia ini umpan, korban atau sebagai kelinci percobaan dalam rencananya Arjun?
Akan tetapi Mayang berusaha berbaik sangka, lantas ia menuruti apa saja yang dikatakan Arjun.
Tidak terasa jam istirahat sudah berbunyi, Mayang menoleh ke arah belakang. "Nad, minta waktu bentar!" bisik Mayang. Kemudian gadis itu menoleh ke kanan samping Nadya. "Kamu juga, ya, Bim!"
Respon yang nihil dari Nadya dan Bima, namun saat kelas mulai surut kedua sahabat itu masih duduk di tempatnya masing-masing.
Mayang membalikkan badannya. "Aku ada silver queen, buat kamu, Nad!"
Nadya melotot tak percaya, padahal baru kemarin dia membuat onar.
"Aku mau minta maaf juga soal kemarin. Oh iya, keripik kentangnya mau? Sini kita makan bareng!" ajak Mayang pada Bima.
Nadya masih saja terdiam.
"Sejak kapan kamu tahu kita suka itu?" tanya Bima ramah.
Gadis itu diam tak tahu harus menjawab apa, namun otak pintarnya mulai bekerja saat pertanyaan itu datang kepadanya.
"A-aku, emm, apa kebetulan, ya? Soalnya aku gak sengaja gitu belinya. Kok bisa pas, ya? Oh iya, sambil ngemil kita belajar matematika, yuk! Tadi pelajarannya gampang-gampang susah."
Mayang mengeluarkan buku pelajaran matematika, ia membukanya kemudian menunjukan halaman yang akab mereka pelajari. Tertera nilai sembilan puluh lima di sana.
Bima yang paham matematika ikut serta membenarkan jawaban Mayang yang salah serta menanyakan jawaban milik Bima yang berbeda dengan Mayang.
Nadya yang tadinya cemberut mulai tersenyum, ia penasaran, pasalnya cara Mayang memberi tahu maksud rumus-rumus matematika sangat mudah dipahami. Nadya merogoh tas untuk meraih buku matematikanya, ia tak insecure meskipun nilainya paling kecil.
Mayang dan Bima terus berdiskusi, Nadya pun ikut belajar dari mereka berdua.
"Ini aku makan, ya!" Nadya mulai meraih silver queen di depannya. Mereka mulai lebih akrab dari sebelumnya. Keripik kentang dalam kemasan pun ikut surut hampir habis.
Mayang tak sengaja menepatkan pandangannya ke jendela kelas bagian belakang. Ada Arjun di sana, lelaki itu tersenyum haru, baru kali ini ia dapat melihat Nadya tersenyum lepas, walaupun bukan untuknya.
Satu acungan jempul diberikan Arjun untuk Mayang, sedangkan gadis itu hanya tersenyum simpul.
§
Jam pulang
"Kapan-kapan belajar bareng lagi, ya!" teriak Mayang saat motor yang ia tumpangi mulai jalan, lelaki parubaya yang mengendarai motor itu ternyata ayah Mayang yang biasa antar jemput gadis itu.
"Oke!" balas Nadya.
Nadya hendak meraih helm dari tangan Bima, namun seseorang telah mendahuluinya.
"Pulang langsung, ya! Kayaknya sore ini bakalan ujan! Aku takut kalau nanti kamu sakit ke ujan," tegas Arjun seraya memakaikan helm itu ke kepala Nadya.
Gadis itu tidak merespon, ia hanya memegang perut Bima seraya berkata, "ayo, Bim! Jalan aja!"
Arjun tersenyum. "Jaga Nadya seperti biasanya, ya! Gue percaya sama lu!"
Bima mengangguk. Lantas lelaki itu pun menancap gas kemudian pulang.
Oga dan Wisnu sudah stay menunggu Arjun di depan sekolah.
Arjun sudah mulai keliatan, "itulah! Definisi jodoh dijaga orang," kata Oga.
Arjun tersenyum, kemudian menjitak kepala Oga cukup keras.