T | 4

168 28 11
                                    

Chapter 4 ini sudah mulai membahas Junhui dan keluarganya
____________________

Mingyu menginjak remnya saat Bus itu berhenti tepat di halte terakhir, saat ia ingin kembali mengikuti Bus itu pandangannya teralih pada sosok pria China yang memakai topi biru.

"Ternyata benar Jaehyun ingin membuntutinya? Apakah Jaehyun ingin minta maaf karena pernah menabrak anak itu?" tanya Mingyu pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar ia keluar dari mobilnya dan mengikuti langkah anak itu. Ia menatap ke arah Cafe yang pernah ia datangi dengan Winwin dan menggangguk sudah pasti anak itu tinggal disekitar sini. Namun, keningnya mengernyit saat anak itu masuk ke dalam gang sempit dan dengan cepat ia mengikutinya. Tetapi langkahnya terhenti dan segera menyembunyikan diri saat melihat pria itu dicegat tiga preman.

"Aish, untuk apa dia ada disana?" heran Mingyu.

Tetapi tak lama setelah itu matanya membulat saat melihat pria bernama Wen Junhui menendang pisau preman itu. Ia yang berniat ingin membantu lalu kembali ke tempatnya dan hanya mengintip dari jauh dengan penasaran.

"Dasar penipu," gumam Mingyu kesal.

Ia tersenyum miring saat melihat Junhui menginjak wajah salah satu preman disana. Ternyata anak itu cukup kasar tidak seperti image yang ia berikan di Sekolah, sok baik dan sok polos. Jujur Mingyu benci melihat kepalsuan Wen Junhui. Lamunannya buyar saat melihat salah satu preman kembali ingin menodongkan pisaunya.

"...membunuhmu!"

Ctak

Mingyu terkesiap melihat refleks Junhui yang lebih cepat darinya. Di lihatnya wajah anak itu dari samping dan lagi-lagi ia tidak melihat wajah sok polos anak itu melainkan wajah seriusnya menatap tajam preman-preman yang sudah kabur itu.

"Jadi itu sebabnya?"

*****


Plak

"Kau berkelahi lagi hah? Aku sudah bilang jangan pamerkan keahlianmu itu dasar adik tak berguna," ketus gadis cantik itu.

Junhui hanya diam sembari memegang pipinya yang memerah karena dipukul oleh kakaknya itu. Ibunya juga tidak bisa melakukan apapun melihat anak perempuannya selalu mengamuk pada Junhui yang bahkan kadang diam saja tiba-tiba dijambak.

"Kak-"

"APA HAH? Kau pikir aku akan mengobati kakimu? Di dalam mimpimu!" serunya yang langsung meninggalkan Junhui di ruang tamu.

Ibunya yang melihat itu langsung meletakkan kotak p3k pada anak bungsunya. Junhui tidak pernah berharap sekalipun bahwa Ibunya sudi melakukan hal tersebut padanya. Pada kenyataannya juga Ibunya hanya meletakkan itu dan mengusap surainya sebelum pergi.

Apa yang terjadi pada keluarganya? Mungkin sudah 5 tahun sejak Kakak Junhui, Luna Wen stres karena belajar dan tidak berhasil menjadi peringkat satu dikelasnya dan karena itulah ia mengonsumsi obat pereda stres dari temannya. Oh, iya soal orang tuanya sebenarnya tidak ada yang memaksa keduanya untuk menjadi peringkat satu hanya saja Luna sejak kecil terobsesi menjadi nomor satu setelah melihat lingkungan sekitarnya yang menekan keras anak-anaknya untuk menjadi peringkat satu.

Melihat itu, Luna tentu saja ingin merasakannya. Ia ingin dipuji oleh orang tuanya karena berhasil menjadi peringkat satu dan marah ketika mengetahui orang tuanya menyuruh untuk tidak belajar terlalu giat dan selalu melupakan makannya. Junhui yang saat itu masih kecil juga sering diabaikan olehnya padahal Junhui ingin sekali dekat dengan Kakaknya tetapi mengetahui kakaknya itu terlalu sibuk membuat keduanya seperti orang asing.

Transparan [97l & 96l]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang