22

3K 493 21
                                    

"Jam 12 malem telepon, maksa lagi. Otakmu udah terkikis atau loncat diam-diam?" Junkyu bertanya sebal.

Sementar Haruto di seberang sana malah tersenyum kegirangan, melamun, nostalgia jaman pacaran.

Padahal nggak ada kenangan yang menyenangkan.

"Kalau cuma diam mending dimatikan. Telkonslet operatornya mahal," kata Junkyu sambil tidur menyamping.

Ngomong-ngomong Jaehyuk lagi nongkrong ke alun-alun kota seberang. Jadi malam ini hanya ada Haruto dan Junkyu yang jadi pemegang skenario. Eaa

Haruto berdeham. "Kan aku yang telepon."

"Yo tetep larang. Kamu Telkonslet juga kan?" tanya Junkyu memastikan. (Ya tetap mahal)

"Cie perhatian, masih sayang ya?" Nadanya terdengar bahagia.

"Kasihan saja sih, kamu makan sehari-hari hasil malak tetangga masa punya duit cuma buat beli pulsa?"

Lumayan tajam dan menusyuk!

Lama-lama diam karena Haruto kehabisan topik dan Junkyu yang nggak enak kalau harus mematikan duluan.

Biarpun diputusin dengan menyebalkan tapi dia tidak mau dendam. Biar orang bilang dia belum move on karena menanggapi Haruto selalu. Kan justru yang begini bikin mantan menyesal sampai ulu hati.

"Eh, Kyu!"

"Ya, Haru?" tanya Junkyu setengah mengantuk.

Haruto tak kuasa menahan senyum. 'Haru' panggilan pas pacaran. Hehe jimayu.

"Bulannya indah ya?" Dia mencoba peruntungan dengan menggombal.

Tapi Junkyu tetaplah Junkyu.

"Jelek ah. Buktinya 4 tahun jadian bisa putus juga gara-gara nggak sempurna."

Terdengar bunyi barang terlempar. Haruto di seberang sana mungkin sedang kesal karena masa lalu diungkit terus sama Junkyu.

"Ya maaf kalau selama ini aku nggak bisa jadi orang yang bisa buat kamu senang dan terkesan bikin sensi berketerusan. Cuma ya ini aku, kan kamu tahu sendiri kalau Haruto sayang sama orang sikapnya emang cuek cenderung biasa saja. Nggak bisa romantis jangka panjang seperti bpjs, bisanya bersikap spontan tapi nggak kelihatan." Haruto ungkapkan unek-uneknya.

Junkyu menunggu beberapa detik kemudian bersuara. "Sudah? Nah kalau kamu sadar punya sikap begitu kenapa masih membandingkan aku sama Soodam dan parahnya milih dia? Aku ngediemin kamu kalau punya pacar lain bukan buat kayak gini. Dipikir aku nggak bisa marah, sakit hati, sama kecewa?"

"Apa susahnya ngomong kalau kamu cemburu kalau aku banyak pacar?" Haruto coba membela diri.

"KAMU YANG NGELARANG!"

Jujur baru kali ini Haruto dengar Junkyu penuh dengan emosi. Sekesal apapun si manis dia nggak akan menaikkan nada bicara sampai segitunya.

"Junkyu, hey tenang."

"Pikir-pikir lagi deh, kamu dulu bilang benci punya pacar terlalu humble dan clingy kayak aku kan? Udah diturutin cuek malah sambat dan cari yang lain. Sekarang apa? Makan tuh nikmat sesaat nggak usah cari-cari aku lagi."

Sambungan diputus sepihak bikin Haruto panik dan kelabakan.

Bukan masalah hubungan makin rumit. Tapi suara Junkyu terdengar sumbang bikin panik. Selama ini dia nggak pernah dengar seorang Kim Junkyu emosional dan mudah menangis.

Enggak. Haruto tidak boleh membuat Junkyu menangis. Jadi dengan pikiran kalang kabut dia ambil dompet dan kunci mobil langsung meluncur ke Bandung tanpa mengabari siapapun.

Padahal besok Haruto ada kelas praktik wajib. Tapi nggak apa-apa, demi cinta nilai C pun tidak masalah.

Maklum ya, namanya juga bucin yang sempat pending.










—————tbc

Kalo ini sih kejadian beneran. Temen gue pernah berantem gara-gara pacarnya cemburu dia belajar kelompok sama cewek2 eh disamperin ke kosnya. Tapi yang ini kebalik, si cowok nyamperin ke Solo masih pake boxer sama kaos.

Pacaran | Harukyu [1] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang