Sleeping Beauty Style - (Halice)

1.3K 77 4
                                    

Sebagai seseorang yang sebagian besar waktunya digunakan untuk tidur hal itu terkadang meresahkan yang lain. Ice memiliki keistimewaan dalam bidang tidur. Ia mudah tidur tanpa kenal tempat dan sekalinya tidur sangat pulas sampai tidak terbangun meskipun ada suara berisik. Halilintar yang notabenenya jutek dan pemarah bahkan mampu dibuat luluh oleh tidurnya pemuda bermata biru muda itu.

Ia yang paling sering menangani Ice saat tidur. Daripada membangunkan Ice ia lebih memilih untuk menggendongnya sampai kamar. Ice mengetahuinya karena sering mendengarnya dari yang lain. Suatu hari sesudah menonton tv Ice memutuskan untuk tidur di sofa. Saat ia baru menutup matanya Halilintar yang melihatnya terbaring di ruang tamu menghela napas kemudian mendekatinya.

"Kok malah tidur di ruang tamu." Setelah mendekati Ice Halilintar menggendongnya lalu membawanya ke kamar. Sebenarnya Ice belum tidur tapi ia tetap menutup matanya dengan wajah memerah. Selama ini ia sering digendong Halilintar tapi ini pertama kalinya ia merasakannya dalam keadaan sadar. Setelah Halilintar membaringkannya di kamar ia melihat wajah Ice kemudian berkata. "Dia imut juga kalo pipinya merah."

"Di ... Dia bilang aku imut?!" Ice bisa mempertahankan akting tidurnya namun semburat merah yang menghiasi wajahnya tidak bisa membohongi perasaannya setelah mendengar perkataan Halilintar yang tidak terduga.

Setelah Halilintar menutup pintu Ice segera berselimut dengan jantung berdebar-debar.

"Kamu mikir apa sih sampe bisa ngomong gitu ke orang yang lagi tidur?"

Besoknya

Cklek

"Hali." Panggil Ice setelah memasuki kamar Halilintar.

"Ya?" Halilintar yang sedang bermain ponsel di kasurnya menoleh.

"Lagi sibuk?" Ice duduk di samping Halilintar.

"Nggak sih. Kenapa?" Halilintar menaruh ponselnya.

"Coba berdiri sebentar." Ice beranjak dari kasur terlebih dahulu kemudian berdiri.

Halilintar pun ikut berdiri. Setelah memastikan posisinya sudah pas ia mendekati Halilintar kemudian memegang bahu Halilintar.

"Hali."

"Iya."

Wajah Ice memerah.

"Boleh gendong aku sebentar?"

Halilintar tidak menjawab melainkan langsung menggendong Ice. Perlahan tangan Ice terulur memegang pipi Halilintar. Halilintar hanya diam saja sambil menatapnya. Setelah itu Ice memeluk Halilintar.

"Kamu meluk karena pengen ato keenakan digendong?"

"Karena emang pengen." Ice melepas pelukannya kemudian membelai pipi Halilintar. "Sekarang turunin aku."

Setelah Halilintar menurunkan Ice ia berterimakasih kemudian keluar menyisakan tanda tanya bagi Halilintar.

"Haduh, nih anak pelornya udah sampe ke ubun-ubun. Mengkhawatirkan kalo di tempat umum bukan apa-apa." Halilintar pun menggendong Ice yang tertidur di sofa lalu membawanya ke kamar.

"Bisa-bisa kecopetan ato lebih buruk lagi pulang-pulang organ dalemnya ludes."

Setelah membaringkan Ice di kamarnya Halilintar hendak keluar namun Ice menahan tangannya.

"Tunggu."

"Aneh, biasanya nggak bangun pas kugendong." Halilintar yang hendak beranjak pun kembali duduk. "Btw kenapa?"

"Bisa kamu di sini lebih lama lagi?" Ice menepuk sisi sampingnya.

"Mau dikelonin?"

"Iya."

"Meski aku bakal makan space dari kasur kesayangan kamu ini?"

"Nggak apa-apa."

"Meski aku nggak tahu apa yang bisa aja kulakuin kalo terus di sini?" Halilintar tersenyum miring.

Wajah Ice memerah. Ia terdiam sejenak.

"Nggak apa-apa."

Halilintar terkekeh pelan kemudian berbaring di samping Ice dan memeluk Ice.

"Ada angin apa sih? Sampe minta dikelonin gini." Halilintar memainkan rambut Ice.

"Ini salah kamu."

"Lho, kok salah aku?"

"Kamu kalo mau ngomentarin orang jangan pas orangnya belum tidur dong. Itu bener-bener mengusikku."

"Itu pas kapan?"

"Kemarin."

"Oh, jadi kemarin belum tidur." Halilintar mengusak rambutnya kemudian memegang pipi Ice. "Aku bisa ngusik kamu lebih dari waktu itu."

Wajah Ice memerah. Tak lama kemudian ia memegang tangan Halilintar di pipinya.

"Itu ... Juga nggak apa-apa."

END

FroselaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang