CHAPTER 52

114 7 1
                                    

"Kalau di atas kapal ini ada dua menu makanan, manis dan asam kamu mau pilih yang mana? "

"Roti bakar, " jawab Kinara cepat.

"Tidak hangat tidak apa-apa? "

"Memang beneran ada? " tanyanya.

Rasya menyeka air mata di pipi Kinara, senyum manisnya ia tunjukkan dengan berani.

"Kamu cantik sekali jika sedang seperti sekarang, episode menyenangkan yang kalau di beri formalin bisa, saya mau kasih banyak, supaya bertahan lebih lama. "

"Manic? " tanya Kinara, lebih kepada dirinya sendiri yang di balas anggukan oleh Rasya.

"Berdiri di episode manik dengan air mata, apa nggak salah? "

"Senang buat kamu senang. "

"Sebenernya kamu juga nggak sih? Suka nggak duduk sama saya? "

Kinara menarik tubuhnya, iya bangkit dengan lekas. Jawaban tidak sudah jelas terlihat dengan gayanya yang sudah berhenti duduk.

Detik berikutnya ketika Rasya menjelaskan apa-apa yang ia miliki, termasuk susunan mimpi kecilnya, skenario yang ia bangun didalam isi kepala, kerangka perjalanan hidup di bumi yang  sebagian mau jadi, membuat Kinara berbinar. Senang, karena bahasa yang laki-laki utarakan di sebrangnya tidak menjelaskan seberapa hebat dirinya, tidak melebih-lebihkan apa-apa yang ia ketahui.

Kinara juga sangat menyukai hal yang berhubungan dengan psikologi, menyambung dengan tema hidupnya yang berantakan, yang mungkin jika bukan Rasya ia perlu ke rumah sakit jiwa. Ia menyukai hal gila, hal tidak masuk akal yang tidak sengaja diizinkan masuk dan beberapa diantara lainnya menyusup dengan berani kedalam isi kepalanya.

"Mana roti bakarnya? "

"Ada di dalam gambar, kalo mau yang nyata nanti tunggu malam hari ya? Enaknya di makan selagi hangat. "

"Jangan menawari kalo begitu! Aku laparnya sekarang! "

"Kalau martabak buah? "

"Ada memang? "

"Kan sudah ku bilang, itu juga cocok dinikmati kalo siang sudah berganti. "

"Sore-sore enaknya naik sepeda.  "

"Sekarang, habisi dulu susunya. Jangan buat ideologi sendiri kalo lagi sama saya."

"Sudah daritadi botolnya kosong."

"Mau isi ulang? "

"Mauuuuuuuu! "

"Tapi mineral. "

"Tidak jadi. " katanya lagi dengan air muka lucu yang jika diabadikan mungkin akan tersimpan apik di dalam ingatannya.

Rasya memandangi guyuran ombak di sebelahnya, menghantam-hantam kapal dengan geli, bermanja dengan perasaannya yang masih tertutup namun akan segera ia buka setelah sampai.

"Kamu mirip sekali dengan mendiang ibu saya, berubah-ubah. "

"Episode apa yang lo sukai dari almarhum? Udah lama pergi ninggalin bumi? "

"Seperti kamu sekarang, manic. Tidak ada penduduk bumi yang ingin sedih terus.  "

"Gue sedikit mau, "

"Setelah sampai, kita mampir ke rumahnya dulu ya? " tanyanya kemudian, memdiamkan dialog terakhir agar tidak bercabang.

"Tempat peristirahatan? " tanya Kinara, mendapat anggukan miris, iris matanya mengatakan bahwa ia rindu sekali.

"Kenapa tidak titip doa dari sini? Ombak bisa mengantarkan semoga. "

"Kata siapa? Sok tahu kamu, " balasnya.

BENAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang