🕌 Puasa Ala Bianca

6.2K 454 28
                                    

"Hiks! Huaaaa...!" Kedua mata Bianca terbuka karena terkejut mendengar tabuhan suara membangunkan sahur yang khas dan ia menangis seketika.

Mia dan Rahil yang baru saja beranjak dan hendak keluar dari kamar usai salat langsung berhenti dan berbalik untuk menolong Bianca.

"Kok Adek nangis? Mimpikah?" tanya Rahil lembut sambil mengangkatnya dan menggendongnya.

"Hiks! Papa ... huaaa ... "

"Sssh! Nggak boleh nangis," bujuk Rahil.

Melihat si kecil yang sudah aman di tangan Papanya, Mia keluar kamar untuk menyiapkan sahur.

"Nakal!" kata Bianca sambil menunjuk tak jelas disela tangisannya.

"Siapa nakal?" tanya Rahil sambil menggendong Bianca ke kamar mandi untuk melepas pampersnya.

"Duk! Duk! Duk! Gitu."

Rahil mengangguk paham. "Adek kaget?"

Bianca mengangguk.

Rahil mencium kedua pipi si kecil yang masih basah air mata. "Cup. Cup. Anak gadis Papa kaget. Udahan yok nangisnya. Kita lepas pampers dulu. Adek ih udah gede kok masih ngompol. Padahal mau tidur pipis dulu."

"Aaaaah!" jerit Bianca gondok sambil memukul Papanya keras-keras dan kaki yang bergerak-gerak protes.

"Kok Papa dipukul sih?" tanya Rahil melas. "Kan sakit, Dek."

Bianca terdiam menatap Papanya. "Papa sakit?" tanyanya disela sesenggukannya.

Rahil mengangguk masih pasang tampang melas. Bianca yang merasa bersalah langsung mengusap badan Papanya yang dipukulnya tadi dan meniupnya lalu memeluk Papanya lebih erat sebagai tanda minta maaf.

Sepuluh menit kemudian Bianca yang sudah dilepas pampersnya duduk manis di depan TV menonton Dora The Explorer sementara Rahil membantu istrinya.

"Adek, makan sahur dulu yok?" panggil Rahil setelah semua siap. "Adek? Adek mana ya?"

Bianca yang sengaja menjahili Papanya dengan tengkurap dan menyembunyikan kepalanya di bawah bantal sofa semakin menyusupkan kepalanya.

"Adek? Adek mana ya? Kok hilang?" Rahil yang melihat tingkah putrinya tersenyum lebar. "Mama, Adek hilang nih?"

Mia yang mendengar ujaran suaminya saat menunggu dua orang terkasihnya itu hanya tersenyum. Ia tahu bahwa Bianca pasti tengah membuat ulah.

"Ini apa ya? Kilik-kilik!" seru Rahil sambil tertawa saat duduk di samping Bianca dan menggelitikinya.

"Hihihi ... " Bianca yang kegelian langsung terbangun sambil tertawa. "Ini Adek, Papa."

"Masa sih?"

"He eh." Bianca mengangguk imut.

"Coba cium Papa kalau ini Adek," goda Rahil.

Bianca segera menghambur ke pangkuan Papanya dan mencium kedua pipi sang Papa. "Sudah."

"Oh iya, ini Adek, bau ompol sih?" goda Rahil lagi sambil menggendong Bianca dan bangkit menuju ruang makan.

Bianca menggeleng. "Dak, Papa. Adek dak bau opol," bantahnya.

"Iya ih."

"Endaaak Papaaa ... "

"Iya."

"Aaah!" teriak Bianca nyaring yang membuat telinga Rahil pengang. Tapi ia tak keberatan dan terkekeh lalu tiba-tiba ia memeluk Bianca dengan sayang dan erat. Matanya berkaca-kaca.

Lovely Baby (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang