Chaos 6

679 33 0
                                    

enjoy.

Kirana menusuk-nusuk daging steak dengan garpu tanpa ada niatan untuk memasukkannya ke mulut. Gerakannya menimbulkan suara berdentang yang aneh sehingga menarik perhatian keempat pria yang berada di sekelilingnya.

“Apa dia baik-baik saja, Antonio? Dia tidak mau menyentuh makanannya.” Bisik Feliciano khawatir.

“Aku harap dia baik-baik saja. Tapi Willem dan Miranda tiba-tiba datang ke sekolah dan mengakui Kirana sebagai putri kandungnya.” bisik Antonio sangat lirih agar tidak dapat didengar Kirana.

“Astaga, Miranda?” Feliciano menutup mulutnya dengan cemas.

“Ya. Wanita itu telah datang.”

Lovino yang sedari tadi mendengarkan obrolan Antonio dan Feliciano dalam diam berdiri dan menggebrak meja makan cukup keras. Membuat keempat orang yang lain terkejut dan menatapnya penuh tanya.

“Kirana, cara, kau tidak suka makanannya?” tanya Lovino dengan nada berbahaya dan senyum manis yang mencurigakan. Mata auburn-nya menyipit penuh ancaman.

Kirana terbelalak takut melihat wajah Lovino yang mengerikan. Dengan takut-takut ia menggeleng, “A..aku suka kok.” Kemudian memakannya dengan terburu-buru.

“Setelah makan, segera pergi ke kamarmu dan belajar.” Perintah Lovino lagi, dengan “manis”.

“I-iya.” Kirana segera menghabiskan makanannya dan meneguk air putih. Kemudian setelah menaruh piring kotornya di wastafel, ia berderap menaiki tangga ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Kirana mengunci pintunya dari dalam dan merosot duduk.  

Wajah Miranda seketika terlintas dalam benaknya. Ia masih mengingat betul bagaimana detail dan fitur-fitur wajah Asia wanita itu. Matanya yang hitam bulat begitu mirip dengannya. Begitu juga dengan hidung dan rahang yang oval, Kirana dapat merasakan kemiripannya.

Dan yang terpenting adalah ikatan batin yang ia rasakan saat ada di dekat wanita itu. Tidak salah lagi, Miranda memang ibu kandungnya.

Tapi mengapa baru muncul sekarang? Mengapa Ibunya baru muncul ketika Kirana telah merasa nyaman tinggal dengan keempat ayahnya?

Apakah Tuhan sedang mengujinya?

--

“Sial sial sial sial sial siaaaaaaaaaaal!” Lovino menggosokkan spons ke piring-piring kotor dengan cepat. Setelah selesai menggosok ia meletakkan piring-piring itu ke bak wastafel dengan kasar hingga terdengar bunyi kelontang yang berisik.

Di sebelahnya ada Feliciano yang tengah membilas piring-piring yang sudah disabuni dengan tenang. Sepasang iris amber-nya yang identik dengan milik Lovino memandangi piring-piring yang tengah ia bilas dengan tatapan datar yang tergolong sangat langka mengingat Feliciano adalah orang yang selalu ceria dan ceroboh.

“Aku membencinya. Wanita itu.” Desis Lovino geram. “Aku tidak mau dia mengambil apa yang sudah menjadi milikku. Tidak akan kubiarkan dia menyentuhnya seujung jari pun.”

PRANG

Lovino terkejut mendengar suara piring yang pecah. Ia menoleh untuk memarahi Feliciano yang telah memecahkan piring untuk yang kesekian kalinya. Namun ia terdiam melihat wajah adiknya.

Feliciano menunduk memandangi jemarinya yang terluka karena tergores pecahan beling dengan tatapan yang begitu dingin. Setelah hening beberapa detik, ia mengangkat kepalanya dan menatap Lovino.

“Kirana bukan barang, fratello.” Ucapnya sinis.

Lovino menggeretakkan giginya, merasa kesal karena ucapan Feliciano tepat sasaran dan karena ekspresi dingin adiknya yang mampu membuatnya terpana.

Chaotic DaddiesWhere stories live. Discover now