Chaos 7

674 19 0
                                    

[Media: Ludwig Beilschmidt]

enjoy.

~Tiga bulan kemudian~

From: Alex

Temui aku di atap waktu istirahat.

Kirana menunduk menatap ponselnya kemudian mengedarkan pandangannya ke segala penjuru atap. Namun ia tidak menemukan keberadaan Alex disana.

Kirana menghampiri pagar kawat yang menjadi pembatas atap dan menikmati pemandangan kota yang menakjubkan. Ia menyenderkan keningnya ke pagar kawat dan memejamkan kedua matanya saat dirasa angin musim salju berhembus pelan.

"Apa kakak salah kirim sms?" gumam Kirana pelan tanpa membuka matanya.

"Tidak. Aku memang mengirim sms padamu." Sepasang lengan melingkari tubuh Kirana dalam rengkuhan hangat.

Kirana membuka matanya, hendak menoleh namun pelukan Alex tidak membiarkannya. Pemuda itu menyandarkan kepalanya di pundak Kirana dan mengeratkan pelukannya.

Ini bukan pertama kalinya Alex memeluknya, tetapi ia tidak bisa untuk tidak terkejut. Sebelum ini, ia tidak pernah punya kakak laki-laki yang begitu posesif terhadapnya, jadi ia tidak tahu harus bersikap apa terhadap Alex.

Apa istilah untuk orang yang seperti ini? Sister-complex?

"Sampai sekarang, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku senang sekali memilikimu sebagai adikku, Kirana." bisik Alex lirih.

"A...Aku juga senang kau bisa jadi kakakku." Jawab Kirana gugup.

"Kalau sudah begini, aku tidak bisa menahan diri lagi." Alex membalik tubuh Kirana agar menghadap ke arahnya dan mencondongkan wajahnya.

Kirana tersentak saat bibir Alex menyentuh pipi kanannya dengan sangat lembut. Dengan refleks ia mendorong dada Alex keras hingga pemuda itu terjatuh dan mengambil jarak aman dari pemuda itu sembari menyentuh dadanya yang mendadak bergemuruh.

Ia teringat pada hari pertama ia tinggal di rumah keluarga Zimmer dan mengubah nama belakangnya menjadi Zimmer untuk sementara. Perpisahannya dengan keempat ayahnya terasa sangat emosional sampai-sampai ia tidak bisa untuk tidak meneteskan air mata setiap kali ia teringat.

.

.

"Papa, ada sesuatu yang ingin kubicarakan pada kalian." Ucap Kirana pelan di suatu malam ketika mereka berlima sedang berkumpul di ruang santai.

Lovino dan Ludwig yang sedang berdebat seperti biasa seketika menghentikan kegiatannya. Feliciano mengecilkan suara televisi hingga sama sekali tidak terdengar.

"Ap-apa yang ingin kau bicarakan, sayang?" Antonio bertanya sedikit terbata, tersedak ludahnya sendiri.

Kirana mengamati ekspresi keempat ayahnya dengan saksama selama beberapa saat sebelum memulai.

"Papa, aku sudah memutuskan..."

"..."

"..."

Lovino yang duduk di sebelah Kirana melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Kirana dan menyandarkan kepala gadis itu ke dada bidangnya. Ia tidak membiarkan gadis itu mengangkat kepala untuk melihat wajahnya.

"Kapan kau akan pergi?" tanya Lovino dengan nada lembut yang tidak biasa. Kirana tidak tahu apa yang terjadi karena ia tidak bisa melihat wajah pria itu.

"Dua hari lagi. Alex akan menjemput kesini." Jawab Kirana.

Lovino menggumamkan 'oh' pelan. Namun ia tidak melepaskan pelukannya selama lima menit selanjutnya hingga Antonio berkata pelan.

Chaotic DaddiesWhere stories live. Discover now