𖤜໋᳝݊Bagian Ketiga

1.2K 203 13
                                    

˗ˏˋ𖧷𝐌𝐚𝐚𝐟

.....

(Name) ingin ke pasar untuk membeli bahan dapur yang sudah habis.

Ia pergi sendiri, sebenarnya Takashi, kakaknya ingin menemaninya namun tawaran Takashi langsung ditolak oleh (Name). Nggak apa-apa, sekalian belajar mandiri katanya.

Jarak pasar dan rumah yang tak terlalu jauh membuat (Name) memutuskan untuk berjalan kaki, sekalian berolahraga, biar BB*nya turun.

*Berat Badan

Akhirnya sampai di tempat tujuan, yap, pasar.

(Name) meneliti dengan baik kualitas sayuran yang ingin ia beli.

Sayuran? Sudah, ikan? Ayam? Sudah, bumbu dapur? Sudah, (Name) mengabsen keperluan dapur, apakah ada yang belum ia beli? Berpikir sejenak. Ah iya (Name) melupakan buah-buahan.

Berjalan menuju toko buah, langkah kaki melambat, merasa ada seseorang yang mengikutinya. Berbalik, tidak ada siapa-siapa. Mencoba tenang, mengabaikan pikiran negatif lalu kembali ke tujuan awal, ya, toko buah.

"Permisi."

"Ha'i?"

"Saya ingin membeli buah apel dan melon ini, tolong ya.. Obaa-chan."

"Tunggu, ya, cantik."

(Name) tersenyum sembari berkeliling melihat buah-buahan yang ada di sana, sampai matanya terpaku pada sosok yang sedang memegang buah apel.

"Kurokawa-san?"

Izana menoleh "Ah sial, aku ketauan"

"Oh, Mitsuya, ada apa kemari?"

"Hm? bukannya aku, ya, yang harus bertanya seperti itu?"

"Ha? Ohh iya, hm.."

"Kurokawa-san, jangan bilang kau mengikutiku?"

"Ha? Apa? Tentu saja tidak."

"Ohh, lalu apa yang kau lakukan kesini?"

Terdiam membeku, tidak ada alasan untuk mengelak. Menghela nafas sejenak.

"Huh, iya aku mengikutimu."

"Eh? Buat apa?"

"Emm aku, Mitsuya─"

"Kurokawa-san, jangan memanggilku Mitsuya, karena kakakku juga Mitsuya. Kau boleh memanggil namaku."

"Ah, iya, (Name) aku ingin meminta maaf soal minggu lalu."

"Soal minggu lalu?"

Izana mengangguk, (Name) sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan soal kejadian minggu lalu toh juga udah lewat seminggu.

Namun otak (Name) yang isinya kejahilan memutuskan untuk menjahili orang yang berdiri di depannya.

"Ohh, tidak mau."

Izana yang awalnya tersenyum perlahan memudar mendengar ucapan dari (Name)

"Sudah ya, aku mau pulang."

"Tunggu, (Name)!!"

(Name) mengabaikan Izana yang sendari tadi mengekorinya seraya meminta maaf.

Sebenarnya Izana mah tidak peduli mau minta maaf atau tidaknya, tapi kalau soal (Name), dia harus bisa dapatkan maaf itu.

(Name) berhenti yang membuat Izana ikut berhenti.

"Astaga, aku lupa ambil buahnya!"

"Lho? Emang tadi kamu beli buah?"

"Ya beli lah, kalau nggak ngapain di sana!"

"Lihat-lihat buah?"

(Name) menahan amarahnya sambil tersenyum meninggalkan Izana yang melongo karena ditinggal (Name)

"(Name), tunggu!"

"Udah sana pergi, ini semua gara-gara kamu, Kurokawa-san!"

"Iya, maaf, biar aku aja yang ambil buahnya. Kamu lanjut pulang aja."

"Oke setuju."

.....

(Name) mondar-mandir depan rumah dengan raut wajah cemas karena Izana yang sendari tadi belum juga kembali dari pasar. Mana udah 1 jam.

"Nee san, kenapa?" tanya Luna

Pertanyaan Luna tak digubris (Name) dia sibuk dengan pikirannya, sampai Takashi datang menepuk pundaknya yang membuat lamunannya buyar.

"Dek, kamu kenapa? Kalau ada masalah sini cerita. Nii san dengerin."

Melirik ke arah Takashi, (Name) terpikir satu ide.

"Nii san, ada nomor Mikey?"

"Lho, kamu nggak ada?"

"Ada, cuma lagi habis pulsa hp* aku tuh."

*Handphone

Takashi mencari nomor Mikey di hpnya, baru saja Takashi mau memberikannya hp itu sudah direbut (Name).

Takashi cuman bisa hela nafas liat sifat adiknya.

"Ada apa sih, (Name)?"

"Udah nii san diem aja."

Takashi pergi ninggalin (Name) sendirian di teras sambil membawa Luna. Takut kokoronya sakit karna perkataan (Name).

"Halo? Mikey, woi!"

"Apa sih, (Name), langsung ngegas aja."

"Punya nomornya Kurokawa-san, nggak?"

"Punya, buat apa?"

"Kirim aja, cepat! Nggak usah banyak tanya."

"Iya iya."

(Name) langsung mematikan sambungan telepon dari Mikey dan beralih menelpon Izana.

Telpon itu berdering dan kemudian tersambung.

"Halo? Kurokawa-san? Halo!"

"Siapa?"

"Ini aku, (Name)."

"Oh (Name), ada apa?"

"Lagi dimana? Kok ditungguin nggak dateng-dateng?"

"Hm, lupa nanyain rumah kamu dimana."

(Name) terdiam lesu lalu menepuk dahinya, menghela nafas frustasi.

"Astaga.."






Tbc

I'm Happy With You | K. IzanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang