goyangi #10

378 92 15
                                    

GOYANGI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GOYANGI

#10

Ketika sibuk mengusap sisi rambut Taehyun yang sudah lebih panjang daripada Beomgyu sadari, Beomgyu terdiam. Dibanding perasaan penasaran yang meletup-letup, Beomgyu ingin mengabadikan momen bersama Taehyun. Rasanya seperti... tidak sendirian lagi. Beomgyu tersenyum tiap mengingat waktu mereka habiskan bersama. Taehyun itu tidak tertebak—tiap hari ada saja tingkahnya. Entah mengaung, menarik, menggigit, atau bahkan mencakar sisi lengannya. Tapi itu lah serunya.

Berpisah dari Taehyun adalah bencana.

"Tetap denganku, ya? Sampai kita tua kalau boleh."

Beomgyu jadi mendadak melow kalau menyinggung Taehyun. Seolah, dia sendiri yang membesarkan anak kucing hitam yang dahulu terlihat sangat ringkih, sekarang bobot tubuhnya hampir menyaingi Taehyun.

Dari arah pintu, Mingyu muncul dan berdeham. "Kau belum pulang, Gyu?"

"Aku.. aku akan di sini lebih lama. Kapan kau akan tutup?"

"Kurasa satu jam lagi, di luar ada banyak pelanggan. Kalau mau lebih berguna, kau bisa bangun dan bantu aku," pekiknya. Akhirnya, Beomgyu membiarkan Taehyun istirahat di kursi dekat pantry sedangkan dia mulai mengambil apron dan memasang di depan tubuh. "Beomgyu. Bagaimana perasaanmu?"

"Soal apa?"

"Soal Taehyun. Apakah kau memutuskan sesuatu? Kau terlihat agak sedih," katanya lantas mulai merapikan beberapa bahan kue di atas meja. "Aku selalu kenal dirimu luar dalam. Sepertinya, kali ini, kau sangat berhati-hati."

Beomgyu tidak tahu bagaimana mengatakannya. Jadi dia hanya menggaruk tengkuk dengan bingung. "Aku hanya takut saja... kalau sampai kami akhirnya berpisah."

"Kau nyaman dengannya, ya?"

"Apakah kau tidak?" celetuknya.

Mingyu mengedikan bahu. "Dia sudah seperti adikku, Gyu. Aku terbiasa dengannya.."

Ah, ya, terbiasa. Satu kata bagaikan mantra—terbiasa melihat, terbiasa dekat, dan terbiasa selalu ditemani. Terbiasa... bersamanya. Apakah ada cara agar tidak terbiasa?

"Tapi, apakah kau sempat berpikir, Gyu?" Suara Mingyu seringan kapas. Beomgyu sampai mendelik dan bergeser agar lebih jelas mendengar. "Kalau ternyata... dia punya keluarga di luar sana? Ayahnya? Ibunya? Atau saudaranya?"

.

.

Beomgyu mengantongi satu pak jeli yang baru dibeli dari kantin, kemudian berjalan menuju perpustakaan. Langkahnya berhenti kala matanya menangkap si gadis itu. Yuna nampak mencolok dengan wajahnya yang memerah, kemudian dia memperhatikan Beomgyu seolah Beomgyu berpakaian aneh ke sekolah. "Kau.. bau kucing."

"Oh, trims."

Namun, Yuna menahan tangan Beomgyu. "Kau mau dengar cerita aneh? Soal pulau Goyangi?" Mendadak suaranya jadi lebih berat daripada yang Beomgyu ingat. Yuna punya reputasi sebagai murid yang tidak begitu tersingkirkan tapi tidak populer juga. Yah, tengah-tengah. Kemungkinan dia berbicara hal wajar juga hampir seperti berharap ada hujan burger detik ini. "Maksudku, aku mau cerita saja."

"Untuk apa?" cetus Beomgyu, agak dingin. "Kurasa aku sibuk—"

"Mereka terkutuk. Siapa pun yang keluar dari pulau itu akan jadi iblis atau bahkan pembunuh keji. Kau tahu, kan? Kabarnya pulau itu mulai diketahui lagi, dan ada beberapa kelompok yang terbesar di Seoul ini. Aku.. aku sampai takut mendengarnya."

Beomgyu mengeryit. "Dan apa hubungannya denganku, Yuna?" Kesabarannya hampir di puncak. Sekali lagi Yuna mengoceh melantur seperti sekarang, Beomgyu mungkin tidak mau berpapasan dengannya lagi apalagi di waktu dia sensitif seperti sekarang."

"Aku kan cuman cerita! Jangan galak begitu."

Beomgyu mendengus pelan seraya masuk ke ruang perpustakaan. Aroma ruangan tercium dengan humidifier bekerja ekstra dekat si petugas. Sosok itu memperhatikan Beomgyu yang tengah mengisi daftar absen, sedangkan Yuna mengekori takut-takut di belakang.

"Kalau pulau itu memang ada, aku tidak punya urusan apa pun."

"Aku dengar, yang kabur menyamar jadi hewan peliharaan agar sosoknya tetap aman. Mungkin.. kucing?"

Kucing?

"Kucing hitam, seperti dalam dongeng, selalu menjadi tokoh jahat. Jadi, aku mau kau hati-hati saja," bisik Yuna sok misterius. Setelah Beomgyu bergeser, giliran si gadis itu yang mulai mengisi daftar absen. Seperti biasa, dia tersenyum aneh, kemudian mulai mengetikkan jemarinya lincah di atas keyboard putih.

.

.

Sore harinya, Beomgyu mampir lagi ke toko kue Mingyu. Benar saja, ada banyak berteduh dan juga banyak yang tengah duduk-duduk santai. Setengah basah melepaskan jas hujan, Beomgyu pun membenahi benda itu ke dalam kantung plastik sedangkan titik-titik hujan berjatuhan dari leher dan sisi wajahnya karena angin membuat hujan jadi kacau di luar sana.

"Beomgyu!"

Mingyu nampak sibuk di balik konter, sedangkan dia meminta Beomgyu mendekat. "Bisa kau bantu di pantry? Ada banyak pesanan sekarang, untung saja kau datang." Beomgyu mengangguk, kemudian berjalan ke pantry dengan jas hujan terlipat di tangan. Tidak berapa lama, dia melihat sosok itu tengah duduk dengan manis di satu kursi.

"Taehyun?"

Taehyun menoleh, nampak lucu tengah menjilati sendoknya. Di pangkuannya ada satu piring penuh makanan. Beomgyu tersenyum. "Kau sedang makan?" Dia mengangguk. Setelah beberapa saat, Beomgyu mengeluarkan jeli dari sakunya dan disodorkan ke dekat Taehyun. "Untukmu."

"Aaa..?" Ia menunjuk wajahnya, Beomgyu sontak mengangguk,

Taehyun langsung mendekap satu pak jeli itu dengan senyum kecil. Setelahnya, Beomgyu mulai bergerak mencuci tangan, mengganti pakaiannya dengan kaos bersih dari rak terdekat dan mulai melirik Taehyun. Bagaimana bisa Taehyun itu makhluk jahat? Yuna lebih cocok jadi pengoceh ulung daripada anak SMA yang terjebak dengannya.

"Gyu! Ini resepnya dan.. astaga, kau belikan jeli lagi? Dia jadi lebih aktif malam hari kalau kau beri makanan manis," protes Mingyu namun Taehyun sudah mengeong galak kala jelinya hendak direbut. "Aku serius."

"Maaf, aku tidak tahu."

Mingyu mengibaskan tangan, membawa loyang yang sudah kotor ke bak cuci piring. "Tolong buat pesanan ini dan ini.." Setelahnya dia memperhatikan Beomgyu dari dekat. "Oh ya, psst, dia jadi lebih lahap makan akhir-akhir ini. Masih masa pertumbuhan, kan? Wah, kau harus membayarkanku lebih." Beomgyu sudah mengedip setuju. "Serius, Gyu. Taehyun jadi lebih lahap akhir-akhir ini." Mereka memperhatikan pemuda yang kembali menyantap dengan sendok hampir tergelincir dari tangan. Namun karena cengkeramannya cukup meyakinkan, Taehyun makan dengan tenang.

"Tapi dia tidak mengacau, kan?"

"Selain berisik di malam hari, mengeong, dan terus mengacak tempat tidur? Yah, dia tidak mengacau," ujarnya kemudian mulai menepuk bahu Beomgyu.

Beomgyu meringis, kemudian mulai mengerjakan daftar yang ada di kertas dari Mingyu. Yah, setidaknya Taehyun belum membuat atap rumah rubuh atau mencakar dinding, atau bahkan melakukan tindakan lain hingga Paman merasa curiga. Beomgyu sudah cukup tenang kalau Taehyun bisa lebih tenang dengan duduk, memperhatikan atau bahkan mendelik kepadanya seolah dalam kepalanya yang mungil itu, dia punya rencana usilnya sendiri.

"Eong?"

[]

Makasih udah setia nungguin cerita ade hehehe <3 ditunggu next chapnya yaa, meow!!!

GOYANGI! (고양이) | beomtaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang