Urutan Prioritas

9 1 0
                                    


Ketika ada yang bertanya kepadaku tentang kamu, maka akan ku jawab:

"Dia itu orang yang luar biasa hebatanya. Dia dicintai banyak orang. Keluarganya, sahabatnya, teman-temannya, dan orang-orang di sekitarnya. Dia adalah sosok yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Walaupun dia tidak menyadari itu bahkan menganggap itu hal negatif. Aku tidak memiliki hak untuk menjadi prioritas utamanya dan malah aku tidak ingin. Karena prioritas nomor satunya adalah ketika dia menjadi umat yang taat kepada Tuhannya. Nomor duanya adalah ketika dia menjadi sosok anak bagi orangtuanya dan menjadi kakak bagi adik-adiknya atau adik yang penurut di mata kakaknya. Nomor tiganya adalah ketika dia menjadi sahabat dan teman bagi mereka yang membutuhkan telinga dan saran darinya. Lalu nomor empatnya adalah ketika dia menjadi seorang pekerja keras yang mengeluarkan tenaganya demi mendapatkan uang. 

Terus kamu nomor keberapa?

Kesekian. 

Kenapa tidak jadi yang utama?

Kalau aku jadi yang utama, itu kesalahan. Aku adalah pelengkap. Dibutuhkan tapi bukan yang utama. Kalau dia bisa menjalakan prioritas-prioritas teratasnya, pasti dia bisa menjadi sosok yang sebenarnya aku butuhkan. Bukan hanya dia yang membutuhkan aku, tapi aku juga membutuhkan dia. Lebih tepatnya saling melengkapi. Hubungan itu saling, bukan paling. Dia adalah manusia yang manis bagiku. Sangat! Kamu pasti tidak setuju sebab dia terlihat begitu dingin dan menakutkan. Itu tergantung kamu melihatnya dari sisi yang mana. Dan aku adalah orang yang beruntung karena bisa melihat sisi manisnya itu. Ah, aku tidak mau menjabarkan seperti apa manisnya. Nanti kamu akan suka dan berusaha mendapatkannya. Walaupun dia tidak akan tertarik, tapi aku akan tetap cemburu. Dia milikku!"

Jawabku dengan bangga.

In The Name of Pen & PaperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang