Dia; Vemoon

104 3 0
                                    

Aku mempunyai tiga teman di dekat rumahku. Mereka semuanya itu laki-laki dan itu tak menjadi pembatas untukku. Tapi ada seorang anak dari komplek sebelah yang sering ikut aku dan teman-temanku bermain bola di lapangan. Ya kami asik-asik saja karena pertambahan pemain. Hingga hampir setiap sore kami selalu bermain bersama.

Pernah saat selesai bermain bola, dia mendekatiku dan berkata...

"Vina kamu cantik" lalu dia tersenyum.

Aku terkekeh karena lelucon yang dia buat. Bahkan saat itu rambutku berantakan akibat bermain bola. Dan wajahku yang penuh keringat. Juga aku hanya memakai kaos bergambar berbi dan celana pendek.

Dan di lain waktu lagi, selesai sholat Maghrib di masjid aku berjalan pulang ke rumah sendirian. Langit belum sepenuhnya bewarna hitam gelap. Bintang belum ingin menampakkan dirinya. Lalu dari arah belakang seseorang memanggil namaku.

"Vina!"

Aku membalikkan badanku. Dia lagi, si anak laki-laki dari komplek sebelah dengan sarung di sampirkan ke pundaknya. Aku melihatnya tadi di shaf paling depan saat solat.

"Aku suka sama kamu" katanya.

Aku mengernyit. Aku masih kelas enam SD dan sangat polos saat itu, sehingga aku hanya menganggap angin lalu ucapannya. Aku menganggapnya sebagai candaan. Aku tersenyum padanya dan membalikkan badan kembali pada jalanan menuju ke rumah.

Sebulan kemudian, aku mendengar kabar bahwa dia akan mondok, aku tidak tau tepatnya di pesantren mana. Namun belum selesai dengan pesantrennya, dia sudah balik ke rumahnya. Entah karena alasan apa dia berhenti untuk mondok. Kira-kira dia tinggal di pesantren hanya setahun. Saat itu aku sudah kelas dua SMP. Dan dia menjadi murid baru di sekolahanku.

Waktu itu dia menyatakan perasaannya lagi padaku. Di tengah-tengah lapangan setelah upacara selesai. Tentu keadannya masih sangat ramai. Bayangkan, saat itu keadaannya dia masih anak baru di sekolah. Namun, lagi-lagi aku masih tidak meresponnya.

Di sekolah, dia berusaha untuk bisa terus bersamaku. Dia terus mendekatiku, mengajakku ngobrol, dan memberitahu kan pada teman-temannya bahwa dia menyukaiku. Dan semenjak kejadian setelah upacara lalu dengan sikapnya terhadapku, aku dan dia di kenal dengan julukan 'Pasangan Tanpa Status'. Sedangkan dia nya sendiri selalu di bicarakan kaum hawa tentang sifatnya yang sangat setia. Dan kau pasti tau lah gosip tentang diriku sendiri bagaimana. Mereka bilang aku seperti wanita bodoh yang menolak cinta dari laki-laki yang setia.

Saat aku sudah kelas tiga SMP, lagi-lagi dia mengatakan bahwa dia menyukaiku. Saat itu kami di dalam kelas yang sama. Bahkan dia benar-benar menembakku di depan kelas yang keadaannya sedang rame-ramenya.

"Mau nggak kamu jadi pacar aku?" dia bertanya. Dan tentu seisi kelas langsung riuh dibuatnya.

"Ha?" tentu aku terkejut. Aku tidak menyangka bahwa dirinya akan mengatakan itu padaku. Bahkan ayahnya adalah seorang guru di salah satu pesantren di Jawa tengah. Menurut yang ku dengar dari kakaknya, dia di larang berpacaran oleh ayahnya.

"Iya, kamu mau nggak jadi pacar aku?" dia bertanya sekali lagi.

"Aku nggak pacaran. Lagian itu juga dosa" bahkan aku dapat kata-kata ini dari ayahnya saat sedang berceramah.

Ia terdiam. Kulihat kekecewaan di matanya. Begitu pun dengan para penonton. Namun aku tak begitu memikirkannya. Karena memang prinsipku seperti itu. Entah karena dorongan apa, aku sama sekali tidak ingin berpacaran. Aku berfikir menyukainya saja tidak.

Hingga pada saat ini. Aku telah lulus ujian nasional tingkat SMP. Saat itu acara perpisahan sedang berlangsung di sebuah gedung. Kami semua juga para orang tua tengah menyaksikan penampilan yang di suguhkan adik kelas. Acara berlangsung dengan baik dan tertata. Sampai pada penghujung acara, dia naik ke atas panggung. Melihat langsung ke arahku, seperti tau bahwa aku duduk di barisan kedua. Ku lihat dia batuk sebentar, terlihat gugup di mataku. Dan mulai menaruh mik di depan bibirnya.

Amor Verus (Cerpen Romansa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang